Friday, November 8, 2013

Produksi Tanaman Kedelai

UNVERSITAS JEMBER
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN
LABORATORIUM PRODUKSI TANAMAN
LAPORAN PRAKTIKUM
NAMA                                         : REZKI HERU ADITYA
NIM                                             : 111510501122
GOLONGAN / KELOMPOK     : SENIN / 3
ANGGOTA                                 : 1. DERRY M                            (111510501001)
                                                       2. RIFATUL A                         (111510501014)
                                                       3. ADETYAS IIN                    (111610501072)
                                                       4. ANSHORI                           (111510501073)
                                                       5. WAHYU E                           (111510501095)
                                                       6. ADITYA YULIAN              (091510501073)
                                                       7. FIRKA                                 (091510501068)
JUDUL ACARA                          : TEKNIK PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Gycine max)
TANGGAL PRAKTIKUM          : 8 OKTOBER 2012
TANGGAL PENYERAHAN       : 27 NOVEMBER 2012
ASISTEN                                     : 1. DEDY EKO S.
                                                       2. MEIDA WULANDARI
                                                       3. NOFITA FRIDA SAFATA
                                                       4. IFTITAH FIKA
                                                       5. HAIKAL WAHONO
                                                       6. AHMAD NUR H.G.A.
                                                       7. ULIL ABROR P.Y.
                                                       8. ADI RACHMAT
                                                       9. ANISAUL AZIZAH S.
                                                      10. SHOLIFA
                                                      11. LUSIANA
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
            Indonesia adalah negara agraris yang subur dan mendukung dalam berbagai macam usaha pertanian. Salah satunya adalah usaha budidaya tanaman pangan, misalnya kedelai. Kedelai merupakan tanaman pangan yang banyak dibutuhkan bagi masyarakat, sehingga kedelai merupakan salah satu hasil pertanian yang memiliki peminat atau konsumen yang tinggi dipasar. Kedelai merupakan hasil pertanian yang memiliki nilai guna tinggi, salah satunya sabagai bahan baku industri makanan, misal untuk bahan produksi susu kedelai, produksi tempe, produksi tahu dan industri makanan ringan.
            Selain itu kedelai merupkan hasil pertanian yang memiliki kandungan gizi tinggi. Dalam kedelai terkandung berbagai macam vitamin yang diperlukan tubuh, antar lain yaitu, Mineral 3261 mg, Mineral Kalium 1835 mg, Magnesium 225 mg, Protein 2,8 g, Lemak 1,5 g, Karbohidrat 3,6 g, Serat 0,1 g, Vitamin A 110 mcg, Vitamin B 407 mcg, Kalori 331 g, Hidrat arang 34,8 g, Fosfor 585 g, dan sebagian besar didalam kandungan ini memiliki nilai gizi yang sangat diperlukan oleh tubuh. 
            Seiring dengan banyaknya nilai guna kedelai maka kebutuhanpun juga akan terus meningkat, baik kebutuhan untuk dikonsumsi langsung maupun untuk industri. Namun belakangan ini ketersediaan kedelai untuk mencukupi kebutuhan akan produk pertanian tersebut menjadi salah satu masalah, khusunya di Jakarta, bahkan sempat terjadi kelangkaan kedelai. Padahal Indonesia merupkan negara dengan kondisi iklim yang mendukung  dan cocok untuk budidaya tanaman kedelai serta banyak petani kita yang menanam kedelai.           
            Kelangkaan kedelai di Indonesia dikarenakan oleh beberapa faktor, baik faktor sumberdaya lahan akibat penyampitan lahan maupun faktor sumber daya manusia yang kurang unggul. Menurunnya produktifitas tanaman kedelai di  Indonesia saat ini diakibatkan oleh teknik budidaya yang salah baik dalam pemilihan benih unggul, perawatan, dan  penanganan pasca panen yang tidak sesuai.
            Tanaman kedelai merupakan jenis tanaman yang dapat berasosiasi dengan mikroorganisme patogen dan menjalin hubungan simbiosis mutualisme dengan bakteri tersebut. Bakteri yang dapat berasosiasi dengan tanaman kedelai antara lain yaitu bakteri penambat N atau biasa disebut dengan Rhizobium, bakteri jenis ini dapat menambat  nitrogen (N2) di atmosfer  atau udara di pori-pori tanah. Bakteri ini bekerja dengan cara menginfeksi tanaman yang menjadi inangnya dengan menbentuk atau menimbulkan perubahan bentuk pada akar tanaman yang menjadi inangnya. Akar tanaman yang ditempati oleh Rhizobium akan menunjukkan perbedaan fisik, biasanya akan timbul bintil-bintil akar. Bintil akar timbul karena bakteri masuk ke dalam jaringan akar sehingga terjadi pembajakan nutrisi hasil fotosintesis sehingga menimbulkan pembengkakan pada pembuluh akar lalu nanpak seperti benjolan dan disebut dengan bintil akar.  Rhizobium biasanya sudah ada pada lahan namun juga bisa di aplikasi dengan metode pelepasan atau penganbilan dari tanaman indogenous daerah tempat budidaya.
            Dalam budidaya tanaman kedelai banyak aspek yang perlu diperhatikan, karena dalam proses budidaya banyak aspek atau tahapan yang harus dilakukan dengan benar baik proses pemilihan benih, penaman, pemeliharaan dan penanganan pasca panen. Dlam perilaku atau perawatan tanaman kedelai misal pemupukan, harus sesuai fase dan dosis karena jika kurang maka tidak akan berpengaruh nyata namun jika berlebih pupuk akan tetrbuang dan menambah biaya produksi sia-sia.

1.2  Tujuan
1.      Untuk mengetahui dan menghitung produktivitas tanaman jagung dan kedelai.
2.      Untuk mengetahui teknik budidaya tanaman jagung dan kedelai yang baik sesuai dengan kondisi tanah.





BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

            Dalam menilih benih kedelai pada umumnya benih yang dibutuhkan sangat bergantung pada kesehatan benih, kemurnian benih dan daya tumbuh benih. Penggunaan benih kedelai unggul biasanya akan menghasilkan produksi yang lebih tinggi. Tetapi benih unggul mempunyai beberapa kelemahan dibandingkan varietas bersari bebas yaitu harga benihnya yang lebih mahal dan hanya dapat digunakan maksimal 2 kali turunan dan tersedia dalam jumlah terbatas.  Sebelum benih ditanam, sebaiknya dicampur dulu dengan fungisida seperti metalaxyl, untuk mencegah serangan penyakit bulai. Untuk mencegah serangan lalat bibit dan ulat agrotis, sebaiknya menggunakan insektisida butiran dan sistemik seperti carbofuran (Hanum, 2010).
            Pada prinsipnya tidak ada perbedaan teknik produksi untuk tujuan benih maupun tujuan konsumsi. Tanaman harus diupayakan tumbuh sehat dan bebas dari tekanan organisme pengganggu serta harus diikuti oleh teknologi penanganan pascapanen yang benar. Penanganan pra panen sama pentingnya dengan penanganan pasca panen untuk tujuan produksi benih. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam produksi benih kedelai antara lain yaitu: Perbenihan dilakukan pada sentra produksi dan dipilih dari lahan yang subur dengan irigasi yang cukup serta bukan daerah endemik hama Penyakit, tanam pada waktu yang tepat, pemeliharaan tanaman harus dilakukan optimal supaya tanaman tumbuh normal, dihindari penanaman dari lahan bekas varietas yang berbeda dan panen tepat waktu serta penanganan pasca panen yang benar (Rahayu dkk, 2009).
            Kedelai atau tanaman C4, yaitu spesies tanaman yang menghasilkan asam 4-carbon sebagai awal dari penambatan karbon dioksida. Tanaman kedelai atau tanaman C4 adalah jenis tanaman monokotil seperti jenis rerumputan teki walaupun sebenarnya lebih dari 300 spesies rerumputan adalah dikotil. Lintasan C4 terdiri dari  lebih dari 1000 spesies anggota angiospermae dan tersebar 19 suku klasifikasi tanaman (Salisbury dan Ros, 1995).
            Air berhubungan langsung dengan aktivitas sel, hubungan air dan tanaman adalah pada pemasakan sel. Dengan sebagian besar dari air yang terkandung dalam sel yaitu pada vakuola pusat lapisan tipis sitoplasma bersama-sama dengan gabungan plasma dan tonoplast dapat dilihat sebagai suatu membrane semi-permeable yang kompleks dan memisahkan isi vakuola dari medium eksternal (Fitter, 1992).
            Pupuk merupakan salah satu hal penting dalam produksi tanamana baik kedelai dll. Pupuk dapat berbentuk pupuk organic (pupuk alam) ataupun pupuk anorganik (buatan). Pupuk sangat dibutuhkan oleh tanaman, karena ketersediaan unsur hara di tanah tidak selamanya cukup untuk memenuhi kebutuhan tanaman. Unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah besar adalah karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), nitrogen (N), phosfor (P), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg) dan belerang (S). Unsur-unsur C, H dan O dapat dipenuhi dari udaara dan air. Unsur-unsur N, P dan K merupakan hara primer, unsurunsur Ca, Mg dan S merupakan unsur hara sekunder. Selain itu tanaman membutuhkan unsur-unsur hara micro, yaitu unsur-unsur penting lainnya yang dibutuhknn dalam jumlah sedikit, tetapi menentukan perkembangan tanaman, yakni boron (B), khlor (Cl), tembaga (Cu), besi (Fe), mangan (Mn). molybdenum (Mo) dan seng (Zn). Pupuk adalah senyawa yang mengandung unsur hara yang akan  diberikan  pada tanaman kemudian digunakan oleh tanaman untuk melakukan proses metbolisma sehingga tanaman dapat tumbuh dan berkembang. Pupuk untuk tanaman dapat digolongkan kepada pupuk organik an anorganik. Pupuk anorgani adalah pupuk buatan yang diproduksi oleh pabrik, sedangkan pupuk organik adalah pupuk yang merupakan hasil penguraian mikroba dekomposer sehingga membentuk senyawa-seyawa 168 sederhana yang siap diserap oleh tanaman (Nurwandani, 2008).
            Gulma dapat menjadi kompetitor dan merupakan faktor pembatas penting bagi produktivitas kedelai. Besarnya tingkat kerugian akibat persaingan dengan
gulma sangat bervariasi bergantung pada populasi dan macam spesies gulma yang ada. Gulma yang sering dijumpai di pertanaman kedelai dan termasuk kategori noxious weed (gulma berbahaya dan sangat merugikan) serta sulit dikendalikan oleh herbisida maupun penyiangan, yaitu alang-alang dan teki (Budi dan Hajoeningtijas, 2009).
            Produksi kedelai di Indonesia pernah mencapai puncaknya pada tahun 1992 (1,87 juta ton). Namun setelah itu, produksi terus mengalami penurunan hingga hanya 0,672 juta ton pada tahun 2003. Artinya, dalam 11 tahun produksi kedelai merosot mencapai 64 persen. Sebaliknya, konsumsi kedelai cenderung meningkat sehingga impor kedelai juga mengalami peningkatan mencapai 1,307 juta ton pada tahun 2004. Untuk menjamin keberhasilan peningkatan produksi kedelai nasional paling tidak ada lima strategi penting yang harus dilaksanakan, yaitu ,Perbaikan harga jual, Pemanfaatan potensi lahan,  Intensifikasi pertanaman, Perbaikan proses produksi dan Konsistensi program ( Atman, 2009).
.           `Penambahan unsur hara pada tanaman atau pemupukan pada budidaya tanaman kedelai dapat menimbulkan dampak negatif  bagi tanaman dan media.Salah satu contoh adalah penambahan pupuk anorganik. Ketika pemberian pupuk kimia ke dalam tanah zat kimia pupuk dapat menjadi residu didalam tanah sehingga tanah akan berubah menjadi asam sehingga tanaman akan mengalami kematian (Mohammadi et al, 2009).
            Unsur hara makro merupakan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah yang besar. Unsur hara makro terdiri dari unsur N, P, K. beberapa unsur tersebut misal unsur N merupakan unsur hara yang digunakan tanaman untuk pertumbuhan tanaman pada fase vegetatifnya. Tidak hanya digunakan dalam pertumbuhan vegetatifnya, unsur N juga dapat membantu proses diferensiasi biji untuk perkembangan generatif tanaman (Ryan et al, 2009).
Irigasi merupakan suatu metode pengairan untuk menyuplai kebutuhan air tanaman. Panjang akar tanaman kedelai hanya mencapai 25 cm sehingga tidak dapat menjangkau air tanah yang dalam. Oleh karena itu teknik irigasi yang ditawarkan adalah menggunakan irigasi bawah permukaan untuk menyesuaikan kemampuan akar tanaman kedelai dalam menjangkau air (Al Omran et al, 2012).





BAB 3. BAHAN DAN METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu
            Praktikum Teknik Produksi Tanaman Kedelai (Glycine max) dilaksanakan pada hari Senin 8 Oktober 2012 pukul 14.00 dan bertempat di laboratorium klimatologi Fakultas Pertanian Universitas Jember.
             
3.2 Bahan dan Alat
3.2.1        Bahan
1.    Benih kedelai
2.    Tanah
3.    Pupuk Urea, KCL dan SP-36
4.    Polybag  40x60
5.    Tanah kering angin (diayak)

3.2.2        Alat
1.    Cangkul
2.    Tugal
3.    Roll meter
4.    Tali rafia
5.    Papan nama
6.    Ayakan
7.    Timba

3.3      Cara Kerja
1.    Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2.    Menyiapkan media tanam dengan cara mengayak tanah, dan menjemur sampai kering angin.
3.    Mengambil sampel tanam kemudian dianalisis dengan sidik cepat untuk mengetahui kondisi tanah meliputi pH, C-Organik, dan sifat fisik tanah.
4.    Memasukkan tanah sebanyak 10kg kedalam polybag, untuk perlakuan dengan penambahan BO berat tanah disesuaikan, kemudian menyiram dengan air.
5.    Menanam benih jagung dan kedelai pada masing-masing perlakuan, satu lubang diisi 2 benih.
6.    Memupuk dengan SP-36 dan KCl serta penambahan Bahan Organik sesuai dengan dosis anjuran dari analisis sidik cepat sedangkan untuk pupuk Urea sesuai dengan perlakuan.
7.    Melakukan pengamatan secara rutin










BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel hasil pengamatan perkembangan tanaman kedelai golongan senin.
Perlakuan
(kel)
Minggu ke
Rerata tinggi tan.
Rerata
∑ daun
Rerata jarak antar ruas
Rerata panjang akar
Rerata
∑ akar
Rerata
∑ bintil akar
1
(1 dan 4)
1
3. 6
3
1.1
27. 6
6. 6
9.5
2
8.4
3.3
3
3
11.7
4. 9
6. 8
4
10.7
9.1
8. 6
5
12. 8
8. 6
10.1
2
(2 dan 5)
1
7. 8
2
1.4
20.3
10. 8
16. 6
2
7. 64
4.5
4
3
9.03
8. 8
4. 8
4
10. 9
11.25
8.5
5
12.35
13.3
8.7
3
(3 dan 6)
1
3
1.5
0. 85
17.5
11
5
2
7.21
6
4.4
3
7.45
7. 8
7. 65
4
10.35
13
2.37
5
12.26
15
2.2
Keterangan :
Perlakuan 1 :
Perlakuan 2 :
Perlakuan 3 :





4.2 Pembahasan
            Kedelai adalah tanaman legum yang mempunyai potensi sangat baik untuk
dikembangkan. Namun meskipun negara kita berpotensi untuk memproduksi kedelai taoi saat ini kebutuhan kedelai dalam negri masih mengandalkan impor dari negara lain. Ketergantungan terhadap kedelai impor sangat memprihatinkan, karena seharusnya kita mampu mencukupinya sendiri. Hal ini disebabkan produksinya yang rendah dan semakin meningkatnya kebutuhan akan kedelai. Rata-rata produktivitas kedelai nasional masih rendah, yakni hanya 1,1 ton/ ha.
            Pada dasarnya menurunnya produktivitas kedelai dipengaruhi oleh faktor-faktor teknis yang tidak sesuai seperti faktor agronomis, misal penggunaan jenis tanah, kualitas benih, varietas, pengelolaan tanaman, takaran pupuk, pengendalian hama dan penyakit, waktu tanam dan panen, teknologi yang digunakan, dan interaksi semua faktor tersebut. Kendala nonteknis dalam usaha tani kedelai adalah ketersediaan modal.  Hal ini karena dengan modal yang terbatas, maka petani akan mengurangi penggunaan sarana produksi untuk menekan biaya. Secara finansial, usaha tani kedelai menguntungkan. Namun dalam konsep keuntungan finansial masih terdapat komponen subsidi dan proteksi melalui kebijakan harga. Oleh karena itu, keuntungan finansial belum dapat digunakan sebagai indikator keunggulan komparatif (Supadi, 2008).
            Tanaman kedelai umumnya tumbuh tegak, berbentuk semak, dan merupakan tanaman semusim. Morfologi tanaman kedelai didukung oleh komponen utamanya, yaitu akar, daun, batang, polong, dan biji sehingga pertumbuhannya bisa optimal.
1. Akar
            Sistem perakaran kedelai terdiri dari dua macam, yaitu akar tunggang dan akar sekunder (serabut) yang tumbuh dari akar tunggang. Selain itu kedelai juga seringkali membentuk akar adventif yang tumbuh dari bagian bawah hipokotil. Pada umumnya, akar adventif terjadi karena cekaman tertentu, misalnya kadar air tanah yang terlalu tinggi. Pertumbuhan akar tunggang dapat mencapai panjang sekitar 2 m, sementara akar serabut dapat tumbuh pada kedalaman tanah sekitar 20-30 cm. Akar serabut ini mula-mula tumbuh di dekat ujung akar tunggang, sekitar 3-4 hari setelah berkecambah dan akan semakin bertambah banyak dengan pembentukan akar-akar muda yang lain.
2.   Batang dan cabang
            Pertumbuhan batang kedelai dibedakan menjadi dua tipe, yaitu tipe determinate dan indeterminate. Pertumbuhan batang tipe determinate ditunjukkan dengan batang yang tidak tumbuh lagi pada saat tanaman mulai berbunga. Sementara pertumbuhan batang tipe indeterminate dicirikan bila pucuk batang tanaman masih bisa tumbuh daun, walaupun tanaman sudah mulai berbunga. Jumlah buku berkisar 15-30 buah. Jumlah cabang tergantung dari varietas dan kondisi tanah, tetapi ada juga varietas kedelai yang tidak bercabang. Jumlah batang bisa menjadi sedikit bila penanaman dirapatkan dari 250.000 tanaman/hektar menjadi 500.000 tanaman/hektar.
3.      Daun
            Bentuk daun kedelai ada dua, yaitu bulat (oval) dan lancip (lanceolate). Kedua bentuk daun tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik.  Daun berwarna hijau dan  mempunyai stomata, berjumlah antara 190-320 buah/m2.Daun juga mempunyai bulu dengan warna cerah dan jumlahnya bervariasi. Panjang bulu bisa mencapai 1 mm dan lebar 0,0025 mm. Kepadatan bulu bervariasi, tergantung varietas, tetapi biasanya antara 3-20 buah/mm2. Jumlah bulu pada varietas berbulu lebat, dapat mencapai 3- 4 kali lipat dari varietas yang berbulu normal.
4. Bunga
            Tangkai bunga umumnya tumbuh dari ketiak tangkai daun yang diberi nama rasim. Warna bunga  berbagai varietas kedelai hanya dua, yaitu putih dan ungu. Jumlah bunga pada setiap ketiak tangkai daun sangat beragam, antara 2-25 bunga, tergantung kondisi lingkungan tumbuh dan varietas kedelai. Periode berbunga pada tanaman kedelai cukup lama yaitu 3-5 minggu untuk daerah subtropik dan 2-3 minggu di daerah tropik, seperti di Indonesia.
5. Polong dan biji
            Dalam polong ada sekitar 2-3 biji. Setiap biji kedelai mempunyai ukuran bervariasi, mulai dari kecil (sekitar 7-9 g/100 biji), sedang (10-13 g/100 biji), dan besar (>13 g/100 biji). Bentuk biji bervariasi, tergantung pada varietas tanaman, yaitu bulat, agak gepeng, dan bulat telur. Namun demikian, sebagian besar biji berbentuk bulat telur. Biji kedelai terbagi menjadi dua bagian utama, yaitu kulit biji dan janin (embrio). Pada kulit biji terdapat bagian yang disebut pusar (hilum) yang berwarna coklat, hitam, atau putih. Pada ujung hilum terdapat mikrofil, berupa lubang kecil yang terbentuk pada saat proses pembentukan biji. Warna kulit biji bervariasi, mulai dari kuning, hijau, coklat, hitam, atau kombinasi campuran dari warna-warna tersebut.
            Tahapan dalam budidaya tanaman kedelai antara lain yaitu:
1. Pemilihan Benih
            Kualitas benih sangat menentukan keberhasilan usaha tani kedelai. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan varietas yaitu umur panen, ukuran dan warna biji, serta tingkat adaptasi terhadap lingkungan tumbuh yang tinggi.
a. Umur panen
            Varietas yang akan ditanam harus mempunyai umur panen yang cocok dalam pola tanam pada agroekosistem yang ada. Hal ini menjadi penting untuk menghindari terjadinya pergeseran waktu tanam setelah kedelai dipanen.
b. Ukuran dan warna biji
            Ukuran dan warna biji varietas yang ditanam harus sesuai dengan permintaan pasar di daerah sekitar sehingga setelah panen tidak sulit dalam menjual hasilnya.
c. Bersifat aditif
            Untuk daerah sentra pertanaman tertentu, misalnya di tanah masam, hendaknya memilih varietas kedelai unggul yang mempunyai tingkat adaptasi tinggi terhadap tanah masam sehingga akan diperoleh hasil optimal.
2. Persiapan lahan
            Tanaman kedelai biasanya ditanam pada tanah kering (tegalan) atau tanah persawahan. Jika areal penanaman kedelai yang digunakan berupa lahan kering atau tegalan, sebaiknya dilakukan pengolahan tanah terlebih dahulu. Tanah dicangkul atau dibajak sedalam 15 cm – 20 cm. Di sekeliling lahan dibuat parit selebar 40 cm dengan kedalaman 30 cm. Selanjutnya, dibuat petakan-petakan dengan panjang antara 10 cm – 15 cm, lebar antara 3 cm – 10 cm, dan tinggi 20 cm – 30 cm. Antara petakan yang satu dengan yang lain (kanan dan kiri) dibuat parit selebar dan sedalam 25 cm. Antara petakan satu dengan petakan di belakangnya dibuat parit selebar 30 cm dengan kedalaman 25 cm. Selanjutnya, lahan siap ditanami benih. Sebelum dilakukan kegiatan penanaman, terlebih dulu diberi pupuk dasar. Pupuk yang digunakan berupa TSP sebanyak 75 kg – 200 kg/ha, KCl 50 kg – 100 kg/ha, dan Urea 50 kg/ha. Dosis pupuk dapat pula disesuaikan dengan potensi lahan tersebut.
3. Penanaman
            Cara tanam yang terbaik untuk memperoleh produktivitas tinggi yaitu dengan membuat lubang tanam memakai tugal dengan kedalaman antara 1,5 – 2 cm. Setiap lubang tanam diisi sebanyak 3 – 4 biji dan diupayakan 2 biji yang bisa tumbuh. Penanaman ini dilakukan dengan jarak tanam 40 cm x 10 – 15 cm. Pada lahan subur, jarak dalam barisan dapat diperjarang menjadi 15 – 20 cm.
4. Pemeliharaan
            Satu minggu setelah penanaman, dilakukan kegiatan penyulaman. Penyulaman bertujuan untuk mengganti benih kedelai yang mati atau tidak tumbuh Tanaman kedelai sangat memerlukan air saat perkecambahan (0 – 5 hari setelah tanam), stadium awal vegetatif (15 – 20 hari), masa pembungaan dan pembentukan biji (35 – 65 hari).
            Pengairan sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari. Pengairan dilakukan dengan menggenangi saluran drainase selama 15 – 30 menit. Kelebihan air dibuang melalui saluran pembuangan. Jangan sampai terjadi tanah terlalu becek atau bahkan kekeringan.
            Pada saat tanaman berumur 20 – 30 hari setelah tanam, dilakukan penyiangan. Penyiangan pertama dilakukan bersamaan dengan kegiatan pemupukan susulan. Penyiangan kedua dilakukan setelah tanaman kedelai selesai berbunga. Penyiangan dilakukan dengan mencabut gulma yang tumbuh menggunakan tangan atau kored. Selain itu, dilakukan pula penggemburan tanah.
            Pemberian pupuk susulan dilakukan saat tanaman berumur 20 – 30 hari setelah tanam. Pemberian pupuk susulan hanya dilakukan pada tanah yang kurang subur saja. Pupuk yang digunakan berupa urea sebanyak 50 kg/ha. Pupuk diberikan dalam larikan di antara barisan tanaman kedelai, selanjutnya ditutup dengan tanah. Bagi kedelai Jepang, pupuk susulan yang digunakan adalah Urea, TSP, dan KCl masingmasing sebanyak 200 kg/ha.
            Pada budidaya tanaman kedelai salah satu faktor yang dapat menjadi pembatas adalah adanya opt. Pengendalian OPT disesuaikan berdasarkan jenis penyakit (fungi, bakteri, virus) serta jenis hama maupun gulma yang ditemukan. Pengendalian OPT disarankan menggunakan cara mekanis maupun menggunakan pestisida nabati untuk mengurangi adanya residu bahan kimia. Namun pada serangan berat penyemprotan pestisida kimia sering dilakukan.
5. Panen
a. Ciri dan umur panen
            Panen kedelai dilakukan apabila sebagian besar daun sudah menguning, tetapi bukan karena serangan hama atau penyakit, lalu gugur, buah mulai berubah warna dari hijau menjadi kuning kecoklatan dan retakretak, atau polong sudah kelihatan tua, batang berwarna kuning agak coklat dan gundul.  Umur panen kedelai yaitu sekitar 75-110 hari, tergantung pada varietas dan ketinggian tempat. Kedelai yang akan digunakan sebagai bahan konsumsi dipetik pada usia 75-100 hari, sedangkan untuk dijadikan benih dipetik pada umur 100-110 hari, agar kemasakan biji betul-betul sempurna dan merata.
b. Cara panen
            Pemungutan hasil kedelai dilakukan pada saat tidak hujan, agar hasilnya segera dapat dijemur. Pemungutan dengan cara pencabutan yang benar ialah dengan memegang batang poko, tangan dalam posisi tepat di bawah ranting dan cabang yang berbuah. Pencabutan harus dilakukan dengan hati-hati sebab kedelai yang sudah tua mudah sekali rontok bila tersentuh tangan. Pemungutan dengan cara memotong biasanya yang digunakan untuk memotong adalah sabit yang cukup tajam, sehingga tidak terlalu banyak menimbulkan goncangan.  Pemungutan dengan cara memotong bisa meningkatkan kesuburan tanah, karena akar dengan bintil-bintilnya yang menyimpan banyak senyawa nitrat tidak ikut tercabut, tapi tertinggal di dalam tanah.
c. Periode panen
            Mengingat kemasakan buah tidak serempak, dan untuk menjaga agar buah yang belum masak benar tidak ikut dipetik, pemetikan sebaiknya dilakukan secara bertahap, beberapa kali.
6. Pascapanen
            Kedelai dikumpulkan kemudian dijemur di atas tikar, anyaman bambu, atau di lantai semen selama 3 hari. Sesudah kering sempurna dan merata, polong kedelai akan mudah pecah sehingga bijinya mudah dikeluarkan. Agar kedelai kering sempurna, pada saat penjemuran hendaknya dilakukan pembalikan berulang kali.
            Terdapat beberapa cara untuk memisahkan biji dari kulit polongan. Diantaranya dengan cara memukul-mukul tumpukan brangkasan kedelai secara langsung dengan kayu atau brangkasan kedelai sebelum dipukulpukul dimasukkan ke dalam karung, atau dirontokkan dengan alat pemotong padi. Setelah biji terpisah, brangkasan disingkirkan. Biji yang terpisah kemudian ditampi agar terpisah dari kotoran-kotoran lainnya. Biji yang luka dan keriput dipisahkan
            Tanaman kedelai merupakan tanaman yang sedikit memerlukan nitrogen (N) karena tanaman kedelai dapat mengikat nitrogen (N2) di atmosfer melalui aktivitas bekteri pengikat nitrogen, yaitu Rhizobium japonicum. Bakteri ini terbentuk di dalam akar tanaman yang diberi nama nodul atau bintil akar. Rhizobia adalah kelompok mikroba yang mampu menambat N2 dari udara dan mengubahnya menjadi bentuk yang tersedia bagi tanaman ketika bersimbiosis dengan tanaman legume. Semakin besar kadar protein dalam biji, akan semakin banyak pula kebutuhan nitrogen sebagai bahan utama protein. Dilaporkan bahwa untuk memperoleh hasil biji 2,50 ton/ha, diperlukan nitrogen sekitar 200 kg/ha. Dari jumlah tersebut, sekitar 120 – 130 kg nitrogen dipenuhi dari kegiatan fiksasi nitrogen. Pemupukan nitrogen hanya dibutuhkan sebagai starter pada awal pertumbuhan kedelai yaitu untuk pertumbuhan dalam 1 minggu pertama. Karena pada keadaan tersebut, akar tanaman belum berfungsi sehingga tambahan nitrogen diharapkan dapat merangsang pembentukan akar (Widyati, 2007).
            Pada praktikum produksi tanaman kedelai yang dilaksanakan, banyak ditemukan tanaman kedelai yang mati atau gagal untuk melanjutkan siklus hidupnya. Matinya tanaman kedelai tersebut dikarenakan olek 2 faktor yaitu:
a.       Faktor tanaman
            Varietas yang ditanam tidak tahan terhadap perubahan cuaca atau pealihan dari musim kemarau ke musim hujan. Sehingga banyak ditemukan tanaman yang mati akibat kelebihan suplai air atau genangan berlebih dan perubahan kondisi lingkungan.
b.      Faktor eksternal (cuaca)
            Terjadinya hujan lebat dan hembusan angina kencang membuat tanaman rebah dan dapat berakibat pada kematian, hal tersebut dikarenakan tanaman kedelai yang ditanam masih dalam perkembangan vegetative awal atau masih muda sehingga belum toleran terhadap perubahan, biasanya pada kondisi tersebut tanaman diberi naungan, misal dengan pelepah pisang.
Grafik hasil pengamatan pertumbuhan vegetatif tanaman pada akhir pengamatan (minggu ke-5).
            Dari data yang diperoleh, rerata tinggi tanaman dari 3 perlakuan tersebut tidak berbeda nyata yaitu kisaran 12 cm. Sedangkan jumlah daun terbaik terdapat pada perlakuan 3, hal tersebut  dikarenakan perawatan yang lebih optimal sehingga pelarutan unrur hara yang diberikan lebih cepat terserap.  Namun untuk jarak antar ruas perlakuan 3 justru paling buruk sedangkan hasil terbaik diperoleh pada perlakuan 1 yaitu 10,1 cm, begitu juga panjang akar 27,6 cm (perlakuan 1). Sedangkan jumlah akar terbaik diperoleh pada perlakuan 3 yaitu 11 akar. Dari data dan pembahasan yang dilakukan, sulit menentukan perlakuan yang terbaik. Hal tersebut dikarenakan dari ke-3 perlakuan tidak menunjukkan keunggulan yang mencolok dan tidak ada yang dominan. Namun pada perlakuan 2 diperoleh jumlah bintil akar yang terbanyak yaitu 16,6, sehingga dapat disimpulkan bahwa proses penabatan nitrogen dan asosiasi tanaman dengan bakteri rhizobiumyang terbaik terjadi pada perlakuan tersebut sehingga suplai unsur hara yang terjadi lebih terjamin karena sebagian dibantu oleh bakteri penambat N tersebut. Jika merata-rata total seluruh parameter perkembangan organ vegetatif tanaman pada masing-masing perlakuan maka nilai tertinggi diperoleh pada perlakuan 2, sehingga dapat dipastikan bahwa perkembangan organ vegetatif yang merata mulai dari akar batang dan daun adalah pada perlakuan 2.




BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
            Dari praktikum yang telah dilaksanakan dapat diperoleh beberapa kesimpulan,  antara lain yaitu :
1.      Produksi tanaman kedelai dapat ditingkatkan dengan menerapkan prinsip-prinsip budidaya(agronomis) dan prinsip genitis(mutu benih) yang sesuai, sehingga diharapkan dapat memenuhi kebutuhan kedelai dalam negri.
2.      Untuk memperoleh hasil yang optimal dari produksi tanaman kedelai diperlukan suatu penanganan yang benar mulai dari penentuan masa tanam, pemeliharaan, penentuan waktu panen dan penangan pasca panen yang benar.
3.      Tanaman kedelai memerlukan nitrogen yang relative kecil karena berasosiasi dengan bakteri panambat N yang dikenal dengan rhizobium.

5.2 Saran
            Untuk memperoleh keuntungan yang maksimal dalam produksi tanaman kedelai, hendaknya dilakukan suatu standarisasi mutu pasar untuk menjaga kualitas produk selama pemasaran.













DAFTAR PUSTAKA

Al Omran et al. 2012. Management of Irrigation Water Salinity in Greenhouse Tomato Production under Calcareous Sandy Soil and Drip Irrigation. Journal Of Agricultural Science And Technology. Vol 14:939-950.

Atman. 2009. Strategi Peningkatan Produksi Kedelai Di Indonesia. Jurnal Ilmiah Tambua, (8) 1 39-45.

Budi,  Hajoeningtijas. 2009.  Kemampuan Kompetisi Beberapa Varietas Kedelai (Glycine Max) Terhadap Gulma Alang-Alang (Imperata Cylindrica) Dan Teki (Cyperus Rotundus). Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah (7) 2.

Fitter dan Hay. 1992. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Hanum, Chairani. 2008. Teknik Budidaya Tanaman Jilid 1Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta.

Mohammadi et al. 2009. Cumulative and Residual Effects of Organic Fertilizer Application on Selected Soil Properties, Water Soluble P, Olsen-p and P Sorption Index. Journal Of Agricultural Science And Technology. Vol 11: 487-497.

Nurwardani, Paristiyanti. 2008. Teknik Pembibitan Tanaman Dan Produksi Benih Jilid 1. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta.

Rahayu, dkk. 2009.  Paket Teknologi Produksi Benih Kedelai. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Nusa Tenggara Barat.

Ryan et al. 2009. Nitrogen Fertilizer Response of Some Barley Varieties in Semi-Arid Conditions in Morocco. Journal Of Agricultural Science And Technology. Vol 11: 227-236.

Salisbury dan Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid Dua Biokimia Tumbuhan Edisi Keempat. Bandung: ITB.


Widyati, Enny. 2007.  Formulasi Inokulum Mikroba: Ma, Bpf Dan Rhizobium Asal Lahan Bekas Tambang Batubara Untuk Bibit Acacia Crassicarpa Cunn. Ex-Benth. Biodiversitas 8(3): 238-241.

Produksi Tanaman Kedelai

UNVERSITAS JEMBER FAKULTAS PERTANIAN JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN LABORATORIUM PRODUKSI TANAMAN LAPORAN PRAKTIKUM NAMA              ...