Thursday, February 21, 2013

ANALISIS EKONOMI PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT TERPADU PADA TANAMAN NANAS




                                                       
ANALISIS EKONOMI PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT TERPADU PADA TANAMAN NANAS
(Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Managemen Usaha Pertanian)






OLEH :
REZKI HERU ADITYA
NIM : 111510501122





PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2012
ANALISIS EKONOMI PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT TERPADU PADA TANAMAN NANAS

PENDAHULUAN
            Dalam bercocok tanam, memperoleh hasil yang tinggi merupakan tujuan utama. Namun pada kenyataannya para petani cenderung merugi, hal tersebut dikarenakan berbagai macam kendala, salah satunya dikarenakan oleh eksternal seperti faktor abiotis atau OPT. Faktor biotis adalah makhluk hidup yang menimbulkan kerusakan pada tanaman, seperti manusia, hewan/binatang, serangga, jasad mikro ataupun submikro dan lain sebagainya.
            Dalam mengatasi hal tersebut berbagai macam cara sudah dilakukan, salah satunya dengan penyemprotan pestisida kimia, namun dalam kenyataannya produksi terus menurun. Selain produksi yang menurun dampak lain yang sering dirasakan adalah membengkaknya biaya untuk perawatan, dan bahkan nilai pendapatan yang diperoleh oleh petani cenderung tidak sesuai dengan biaya pengendalian yang dilakukan atau merugi.
            Kerugian atau pembengkakan biaya pengendalian tersebut dikarenakan oleh beberapa faktor, seperti penentuan ambang ekonomi dan ambang tindakan yang sesuai. Ketidaksesuaian komponen tersebut dalam pengendalian OPT dapat menyebabkan pengendalian sia-sia apabila terlambat, dan menambah biaya produksi apabila dilakukan pada kisaran kerusakan skala kecil. Oleh karena itu diperlukan suatu menegemen pengendalian yang benar misalnya dengan system PHT (pengendalian hama penyakit terpadu).

PEMBAHASAN
Konsep analisis ekonomi pengendalian hama dan penyakit terpadu pada tanaman nanas antara lain meliputi:
A. Ambang ekonomi untuk pengendalian.
            Ambang Ekonomi adalah batas populasi hama atau kerusakan oleh hama yang digunakan sebagai dasar untuk digunakannya pestisida. Jika sudah berada jauh ditas ambang ekonomi, maka pengendalian akan sia-sia karena kerusakan sudak dalam sekala besar. Sedangkan jika dibawah ambang maka penyemprotan akan menambah biaya produksi. Ambang ekonomi ditulis dalam bentuk matematis sebagai berikut:
Untuk menetapkan pengambilan keputusan yang tepat diperlukan suatu kaidah keputusan yang disebut dengan istilah tingkat kerusakan ekonomi (TKE) dan ambang ekonomi (AE).










            Hubungan antara nisbah kerusakan tanaman dan biaya pengendalian
dengan populasi OPT (Headley 1975) dimana :
P                       = populasi OPT
M/B                 = nisbah kerusakan tanaman dan biaya pengendalian OPT
(M/B = 1)         = nilai kerusakan tanaman yang dapat diselamatkan setara
dengan biaya pengendalian yang dibutuhkan untuk mencegah kerusakan tersebut.
B. Ambang tindakan
Rata-rata biaya pengendalian (C)       = Rp. 5.743.452/ha
Rata-rata harga nanas (V)                   = Rp. 750/kg
maka :
AT       = Rp. 5.743.452/ha
                  Rp. 750/kg x 1
            = 7.657,936 kg/ha
Nilai ini setara dengan tingkat kerusakan terjadi sebesar :
            = 7.657,936 kg/ha x 100%
                        23.501 kg/ha
            = 32,59%
Berarti tingkat kejadian penyakit sebesar itu (33%) atau tingkat kerugian masih pada kisaran 5%, sehingga perlu melakukan tindakan penyelamatan agar tidak mengalami kerugian dan masih dalam keadaan layak untuk ditangani artinya pengendalian belum sia-sia. Nilai AT dapat berubah dengan berubahnya harga komoditas dan biaya pengendalian.

KESIMPULAN
            Apabila pengendalian dilakukan pada tingkat kerusakan yang parah atau jauh diatas ambang tindakan maka pengendalian akan sia-sia, namun apabila dilakukan jauh dibawah ambang tindakan(AT), maka justru akan menambah biaya saja. Hal tertsebut dikarenakan apabila dibawah AT maka jumlah biaya akan tidak sebanding dengan efek yang ditimbulkan. Dampak ekonomi ketika tingkat serangan kurang dari 37%, maka keuntungan berkurang 5%, tingkat serangan antara 37 sampai 40% keuntungan berkurang 52% dan tingkat serangan diatas 40% mengakibatkan kerugian sebesar 45%.

DAFTAR PUSTAKA
Amalia. 2008. Analisis Ekonomi Serangan Penyakit Layu (Pineapple Mealybug Wilt-associated Virus/PMWaV) Pada Tanaman Nanas. IPB. Bogor.

Roja, Atman. 2009. Pengendalian Hama Dan Penyakit Secara Terpadu (Pht) Pada Padi Sawah. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat. Solok.

Pengenalan Hama Pasca Panen Pada Beberapa Komoditi (Biji Kopi).



LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI PANEN DAN PASCA PANEN
Acara        : Pengenalan Hama Pasca Panen Pada Beberapa Komoditi (Biji Kopi).
Tanggal     : 29 November 2012
Tempat      : Laboraturium Hama Dan Penyakit Tumbuhan (HPT)
Tujuan   :  Untuk mengetahui morfologi, gejala, dan cara pengendalian pada masing-masing jenis hama gudang.


NAMA       : REZKI HERU ADITYA                            
NIM           : 111510501122
GOL           : KAMIS/KELAS C

Nilai           :





 

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER


2012
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
            Produk pasca penen merupakan hasil dari produksi tanaman yang dipanen  dengann tujuan untuk memberikan nilai tambah dan keuntungan bagi petani maupun konsumen, namun produk pertanian merupakan jenis produk yang mudah rusak, Kerusakan produk tersebut akan berpengaruh pada nilai jual, kwalitas, nilai gizi dan penampilan produk. Kerusakan produk pertanian dapat dikarenakan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah hama, jenis hama yang menyerang produk pertanian pada fase lepas panen atau penyimpanan, disebut sebagai hama pasca panen, atau hama gudang.
            Hama pasca panen atau hama gudang adalah jenis hama yang menyeran hasil dari produksi tanaman, baik buah, biji, tongkol dll. Hama gudamg mempunyai sifat dan karakter khusus yang berbeda jika dibandingkan dengan hama-hama yang menyerang dilapangan, hal ini sangant berkaitan dengan ruang lingkup hidupnya yang terbatas yang tentunya memberikan pengaruh faktor luar yang terbatas pula. Walaupun hama gudang (produk dalam simpanan) ini hidupnya dalam ruang lingkup yang terbatas, namun memiliki berbagai macam jenis, spesies, karakteristik yang beragam, dimana setiap masing-masing jenis hama memiliki dampak dan penanggulanagn yang berbeda. Pada dasarnya penggolongan jenis hama pasca panen yang menyerang produk dalam gudang dapat diamati menurut taksonominya.
            Hama yang terdapat dalam gudang tidak hanya menyerang produk yang baru saja dipanen melainkan juga produk industri hasil pertanian. Produk tanaman yang disimpan dalam gudang yang sering terserang hama tidak hanya terbatas pada produk bebijian saja melainkan produk yang berupa dedaunan (teh, kumis kucing, dan lain sebagainya) dan kekayuan atau kulit kayu misalnya kayumanis, kulit kina, dan lainnya. Biasanya hama gudang yang sering dijumpai pada berbagai komoditi yang ada, besasal dari golongan ordo Coleoptera beberapa diantaranya yaitu, Tribolium castaneum, Tribolium confusum, Sitophilus oryzae, Callocobruchus spp, dll.
1.2 Latar Belakang
1.      Untuk mengetahui morfologi, gejala, dan cara pengendalian pada masing-masing jenis hama gudang.
2.      Mengetahui jenis-jenis hama yang menyerang pada berbagai macam bahan hasil produkti tanaman.



BAB 2. TINAJUAN PUSTAKA

            Hama pascapanen adalah organisme-organisme yang merusak hasil pertanian baik yang telah dipanen atau lewat masa panen. Kerusakan adalah berhubungan dengan kondisi produk yang menunjukkan adanya habitat serangga, bekas makanan seperti berlubang, alur gerekan. Sedangkan kehilangan adalah akibat adanya aktifitas serangga (termakan) sehingga akan mengurangi jumlah material yang disimpan (Kartasapoetra, 1991).
            Menurut (Kartasapoetra, 1991). Secara umum, faktor yang mempengaruhi perkembangan dari hama pascapanen dibagi ke dalam 2 faktor :
1. Faktor luar (Eksternal) : terdiri dari iklim, makanan, musuh alami, dan manusia
2. Faktor dalam (Internal); lebih banyak dipengaruhi oleh faktor genetik hama itu sendiri.
                Hama gudamg mempunyai sifat yang khusus yang berlainan dengan hama-hama yang menyerang dilapangan, hal ini sangant berkaitan dengan ruang lingkup hidupnya yang terbatas yang tentunya memberikan pengaruh factor luar yang terbatas pula, sehingga memiliki klasifikasi tersendiri. Yang dimaksud dengan klasifikasi atau penggolongan ialah pengaturan individu dalam kelompok, penyusunan kelompok dalam suatu sistem, data individu dan kelompok menentukan hama itu  dalam sistem tersebut. Letak hama hama dalam system sudah memperlihatkan sifatnya (Toekidjo, 1996).
            Berbagai macam usaha untuk menanggulangi hama pasca panen antara lain yaitu :
1. Musuh alami
            Musuh alami hama ini antara lain Anisopteromalus calandrae How (parasit larva), semut merah dan semut hitam yang berperan sebagai predator dari larva dan telur hama. Penagendalian hama ini dapat dilakukan dengan cara melakukan penjemuran produk simpanan pada terik matahari, diharapkan dengan adanya penjemuran ini hama Sitophilus oryzae dapat terbunuh, dengan pengaturan tempat penyimpanan, dan dengan melakukan fumigasi terhadap produk yang disimpan (Anugeraheni, 2002).
2. Bahan kimia
            Penggunaan pestisida kimia dalam pengendalian hama tanaman saat ini banyak menimbulkan dampak negatif. Masalah pencemaran lingkungan merupakan akibat yang jelas terlihat, selain itu penggunaan pestisida secara terus menerus juga dapat menyebabkan resistensi hama dan bahkan meninggalkan residu pestisida pada produk hasil pertanian yang bisa berbahaya apabila dikonsumsi manusia.
3. Pestisida nabati
            Ekstrak biji dan daun nimba (Azadirachta indica L) memiliki senyawa-senyawa penting dalam mengendalikan hama, antar lain yaitu: azadirachtin, salanin, dan meliantriol. Ketiga senyawa tersebut digolongkan ke dalam kelompok tripenoid yang merupakan bahan pestisida alami, tetapi yang paling efektif adalah azadirachtin. Mimba tidak membunuh hama secara cepat tetapi berpengaruh terhadap daya makan, pertumbuhan, reproduksi, proses ganti kulit, menghambat perkawinan dan komunikasi seksual (Rukmana dan Yuniarsih, 2003).


BAB 3 PEMBAHASAN

            Pada kelompok kami hasil produksi tanaman yang diamati adalah biji kopi, dan hama yang ditemukan adalah Tribolium castaneum. Hama ini juga disebut hama bubuk beras, bubuk Tribolium bukan hama yang khusus menyerang beras atau tepungnya. Hama Tribolium hanya memakan sisa komoditas yang telah terserang hama Sitophilus oryzae sebelumnya yang berbentuk tepung (hama sekunder). Hama ini tidak hanya ditemukan dalam komoditas beras, tetapi juga terdapat pada gaplek, dedak, beaktul yang ada di toko maupun di rumah. Kemungkinan besar ditemukannya hama ini pada biji kopi dikarenkan oleh faktor penyimpanan yang berdekatan antara biji kopi dan beras, sehingga hama ini menginfeksi dan bersarang pada biji kopi.
           






            Kumbang T. confusum berwarna coklat kemerah-merahan sampai gelap, bentuk tubuhnya pipih dengan panjang berkisar antara 3 - 4 mm. Ordo coleopteran tenebrionidae dan berkembang pada suhu 20-37,50 C. Kartasapoetra (1991) menyatakan bahwa tipe antena kumbang ini adalah menggada. Memiliki sungut bertipe klavat atau sungut membesar ke ujung secara bertahap. Tiap induk atau kumbang betina dapat menghasilkan telur 450 butir sepanjang siklus hidupnya, telur diletakkan dalam tepung atau pada bahan-bahan lain yang sejenis yang merupakan pecahan-pecahan kecil. Memiliki bagian mata sempit dengan 1-2 mata facet. Larva bergerak aktif karena memiliki 3 pasang kaki torakal. Larva-larva ini selama perkembangannya mengalami pergantian kulit antara 6 - 11 kali, tetapi tidak jarang pula hanya 6 - 7 kali, ukuran larva yang telah dewasa antara 8 – 11 mm. Menjelang masa berkepompong larva ini akan muncul di permukaan material, tetapi setelah menjadi imago selanjutnya masuk kembali ke dalam material. Siklus hidupnya sekitar 35 - 45 hari.
            Gejala yang ditimbulkan oleh Trybolium confusum yaitu :
1.      Terdapat tepung di partikel bahan makanan.
2.      Menyerang pada jagung, kopra, rempah-rempah, orgum tepung terigu, kacang tanah, biji kakao, beras dan lain-lain.
3.      Setelah menetas larva dapat bergerak aktif pada tepung atau material makanan.
            Pengendalian yang dapat dilakukan untuk mencegah kerusakan oleh hama ini dapat dilakukan dengan melakukan penjemuran terhadap komoditas simpanan pada waktu tertentu dengan pengeringan yang sempurna. Selain itu juga dapat dilakukan fumigasi terhadap produk pasca penen dengan menggunakan fumigan yang tidak berbahaya bagi kesehatan manusia.


BAB 4. KESIMPULAN

            Dari praktikum yang dilaksanakan, dapat diperoleh beberapa kesimpulan, antara lain yaitu :
1.      Serangga hama di penyimpanan, terutama hama-hama penting adalah serangga yang telah teradaptasi pada lingkungan penyimpanan dengan baik, karena habitat penyimpanan merupakan reservoir alaminya               dan toleransinya yang tinggi terhadap faktor fisik di penyimpanan.
2.      Serangga Tribolium confusum merupakan hama penting yang biasa ditemukan pada padi dan jatrang ditemukan pada biji kopi.
3.      Perkembangan hama pasca panen dapat dihambat dengan perlakuan modifikasi aspek lingkungan yang bertentangan dengan siklus hidup hama tersebut, misal dengan manipulasi suhu.


DAFTAR PUSTAKA

Anggara, A.W. 2007. Hama Gudang Penyimpanan Padi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. PUSLITBANGTAN, Jawa Barat. h. 14-20.

Kartasaputra. 1991. Hama Hasil Tanaman Dalam Gudang. Rineka Cipta. Jakarta.
Maryam dan T. Mulyana, 2009. Insektisida Botani Pasti Ramah Lingkungan. Diunduh dari http://www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/wr251034.pdf (3 November 2009).

Toekidjo, Martoredjo. 1996. Ilmu Penyakit Lepas Panen. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Retnowati, E, 1999. Isolasi dan karakterisasi zat aktif dalam biji Annona muricata sebagai senyawa insektisida.. Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta. h.50-51.

Rukmana, R dan Y. Yuniarsih, 2003. Nimba, Tanaman Penghasil Pestisida Alami. Kanisius, Yogyakarta.


Produksi Tanaman Kedelai

UNVERSITAS JEMBER FAKULTAS PERTANIAN JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN LABORATORIUM PRODUKSI TANAMAN LAPORAN PRAKTIKUM NAMA              ...