UNVERSITAS JEMBER
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN
LABORATORIUM PRODUKSI
TANAMAN
LAPORAN PRAKTIKUM
NAMA :
REZKI HERU ADITYA
NIM :
111510501122
GOLONGAN / KELOMPOK : SENIN / 3
ANGGOTA :
1. DERRY M (111510501001)
2. RIFATUL A (111510501014)
3. ADETYAS IIN (111610501072)
4. ANSHORI (111510501073)
5. WAHYU E (111510501095)
6. ADITYA YULIAN (091510501073)
7. FIRKA (091510501068)
JUDUL ACARA : TEKNIK PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Gycine max)
TANGGAL PRAKTIKUM : 8 OKTOBER 2012
TANGGAL PENYERAHAN : 27 NOVEMBER 2012
ASISTEN :
1. DEDY EKO S.
2. MEIDA WULANDARI
3. NOFITA FRIDA SAFATA
4. IFTITAH FIKA
5. HAIKAL WAHONO
6. AHMAD NUR H.G.A.
7. ULIL ABROR P.Y.
8. ADI RACHMAT
9. ANISAUL AZIZAH S.
10. SHOLIFA
11. LUSIANA
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Indonesia
adalah negara agraris yang subur dan mendukung dalam berbagai macam usaha
pertanian. Salah satunya adalah usaha budidaya tanaman pangan, misalnya
kedelai. Kedelai merupakan tanaman pangan yang banyak dibutuhkan bagi
masyarakat, sehingga kedelai merupakan salah satu hasil pertanian yang memiliki
peminat atau konsumen yang tinggi dipasar. Kedelai merupakan hasil pertanian
yang memiliki nilai guna tinggi, salah satunya sabagai bahan baku industri
makanan, misal untuk bahan produksi susu kedelai, produksi tempe, produksi tahu
dan industri makanan ringan.
Selain itu kedelai merupkan hasil
pertanian yang memiliki kandungan gizi tinggi. Dalam kedelai terkandung
berbagai macam vitamin yang diperlukan tubuh, antar lain yaitu, Mineral 3261
mg, Mineral Kalium 1835 mg, Magnesium 225 mg, Protein 2,8 g, Lemak 1,5 g,
Karbohidrat 3,6 g, Serat 0,1 g, Vitamin A 110 mcg, Vitamin B 407 mcg, Kalori
331 g, Hidrat arang 34,8 g, Fosfor 585 g, dan sebagian besar didalam kandungan
ini memiliki nilai gizi yang sangat diperlukan oleh tubuh.
Seiring dengan banyaknya nilai guna
kedelai maka kebutuhanpun juga akan terus meningkat, baik kebutuhan untuk
dikonsumsi langsung maupun untuk industri. Namun belakangan ini ketersediaan
kedelai untuk mencukupi kebutuhan akan produk pertanian tersebut menjadi salah
satu masalah, khusunya di Jakarta, bahkan sempat terjadi kelangkaan kedelai.
Padahal Indonesia merupkan negara dengan kondisi iklim yang mendukung dan cocok untuk budidaya tanaman kedelai
serta banyak petani kita yang menanam kedelai.
Kelangkaan kedelai di Indonesia
dikarenakan oleh beberapa faktor, baik faktor sumberdaya lahan akibat
penyampitan lahan maupun faktor sumber daya manusia yang kurang unggul.
Menurunnya produktifitas tanaman kedelai di Indonesia saat ini diakibatkan oleh teknik
budidaya yang salah baik dalam pemilihan benih unggul, perawatan, dan penanganan pasca panen yang tidak sesuai.
Tanaman kedelai merupakan jenis
tanaman yang dapat berasosiasi dengan mikroorganisme patogen dan menjalin
hubungan simbiosis mutualisme dengan bakteri tersebut. Bakteri yang dapat
berasosiasi dengan tanaman kedelai antara lain yaitu bakteri penambat N atau
biasa disebut dengan Rhizobium,
bakteri jenis ini dapat menambat
nitrogen (N2) di atmosfer atau
udara di pori-pori tanah. Bakteri ini bekerja dengan cara menginfeksi tanaman
yang menjadi inangnya dengan menbentuk atau menimbulkan perubahan bentuk pada
akar tanaman yang menjadi inangnya. Akar tanaman yang ditempati oleh Rhizobium akan menunjukkan perbedaan
fisik, biasanya akan timbul bintil-bintil akar. Bintil akar timbul karena
bakteri masuk ke dalam jaringan akar sehingga terjadi pembajakan nutrisi hasil
fotosintesis sehingga menimbulkan pembengkakan pada pembuluh akar lalu nanpak
seperti benjolan dan disebut dengan bintil akar. Rhizobium
biasanya sudah ada pada lahan namun juga bisa di aplikasi dengan metode
pelepasan atau penganbilan dari tanaman indogenous daerah tempat budidaya.
Dalam budidaya tanaman kedelai
banyak aspek yang perlu diperhatikan, karena dalam proses budidaya banyak aspek
atau tahapan yang harus dilakukan dengan benar baik proses pemilihan benih,
penaman, pemeliharaan dan penanganan pasca panen. Dlam perilaku atau perawatan
tanaman kedelai misal pemupukan, harus sesuai fase dan dosis karena jika kurang
maka tidak akan berpengaruh nyata namun jika berlebih pupuk akan tetrbuang dan
menambah biaya produksi sia-sia.
1.2 Tujuan
1. Untuk
mengetahui dan menghitung produktivitas tanaman jagung dan kedelai.
2. Untuk
mengetahui teknik budidaya tanaman jagung dan kedelai yang baik sesuai dengan
kondisi tanah.
BAB
2. TINJAUAN PUSTAKA
Dalam menilih benih kedelai pada
umumnya benih yang dibutuhkan sangat bergantung pada kesehatan benih, kemurnian
benih dan daya tumbuh benih. Penggunaan benih kedelai unggul biasanya akan
menghasilkan produksi yang lebih tinggi. Tetapi benih unggul mempunyai beberapa
kelemahan dibandingkan varietas bersari bebas yaitu harga benihnya yang lebih
mahal dan hanya dapat digunakan maksimal 2 kali turunan dan tersedia dalam
jumlah terbatas. Sebelum benih ditanam,
sebaiknya dicampur dulu dengan fungisida seperti metalaxyl, untuk mencegah
serangan penyakit bulai. Untuk mencegah serangan lalat bibit dan ulat agrotis,
sebaiknya menggunakan insektisida butiran dan sistemik seperti carbofuran
(Hanum, 2010).
Pada prinsipnya tidak ada perbedaan
teknik produksi untuk tujuan benih maupun tujuan konsumsi. Tanaman harus
diupayakan tumbuh sehat dan bebas dari tekanan organisme pengganggu serta harus
diikuti oleh teknologi penanganan pascapanen yang benar. Penanganan pra panen
sama pentingnya dengan penanganan pasca panen untuk tujuan produksi benih.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam produksi benih kedelai antara lain
yaitu: Perbenihan dilakukan pada sentra produksi dan dipilih dari lahan yang
subur dengan irigasi yang cukup serta bukan daerah endemik hama Penyakit, tanam
pada waktu yang tepat, pemeliharaan tanaman harus dilakukan optimal supaya
tanaman tumbuh normal, dihindari penanaman dari lahan bekas varietas yang
berbeda dan panen tepat waktu serta penanganan pasca panen yang benar (Rahayu
dkk, 2009).
Kedelai atau tanaman C4, yaitu
spesies tanaman yang menghasilkan asam 4-carbon sebagai awal dari penambatan
karbon dioksida. Tanaman kedelai atau tanaman C4 adalah jenis tanaman monokotil
seperti jenis rerumputan teki walaupun sebenarnya lebih dari 300 spesies
rerumputan adalah dikotil. Lintasan C4 terdiri dari lebih dari 1000 spesies anggota angiospermae
dan tersebar 19 suku klasifikasi tanaman (Salisbury dan Ros, 1995).
Air
berhubungan langsung dengan aktivitas sel, hubungan air dan tanaman adalah pada
pemasakan sel. Dengan sebagian besar dari air yang terkandung dalam sel yaitu
pada vakuola pusat lapisan tipis sitoplasma bersama-sama dengan gabungan plasma
dan tonoplast dapat dilihat sebagai suatu membrane semi-permeable yang kompleks
dan memisahkan isi vakuola dari medium eksternal (Fitter, 1992).
Pupuk merupakan salah satu hal penting
dalam produksi tanamana baik kedelai dll. Pupuk dapat berbentuk pupuk organic
(pupuk alam) ataupun pupuk anorganik (buatan). Pupuk sangat dibutuhkan oleh
tanaman, karena ketersediaan unsur hara di tanah tidak selamanya cukup untuk
memenuhi kebutuhan tanaman. Unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman dalam
jumlah besar adalah karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), nitrogen (N),
phosfor (P), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg) dan belerang (S).
Unsur-unsur C, H dan O dapat dipenuhi dari udaara dan air. Unsur-unsur N, P dan
K merupakan hara primer, unsurunsur Ca, Mg dan S merupakan unsur hara sekunder.
Selain itu tanaman membutuhkan unsur-unsur hara micro, yaitu unsur-unsur
penting lainnya yang dibutuhknn dalam jumlah sedikit, tetapi menentukan perkembangan
tanaman, yakni boron (B), khlor (Cl), tembaga (Cu), besi (Fe), mangan (Mn).
molybdenum (Mo) dan seng (Zn). Pupuk adalah senyawa yang mengandung unsur hara
yang akan diberikan pada tanaman kemudian digunakan oleh tanaman
untuk melakukan proses metbolisma sehingga tanaman dapat tumbuh dan berkembang.
Pupuk untuk tanaman dapat digolongkan kepada pupuk organik an anorganik. Pupuk
anorgani adalah pupuk buatan yang diproduksi oleh pabrik, sedangkan pupuk
organik adalah pupuk yang merupakan hasil penguraian mikroba dekomposer
sehingga membentuk senyawa-seyawa 168 sederhana yang siap diserap oleh tanaman
(Nurwandani, 2008).
Gulma dapat menjadi kompetitor dan
merupakan faktor pembatas penting bagi produktivitas kedelai. Besarnya tingkat
kerugian akibat persaingan dengan
gulma
sangat bervariasi bergantung pada populasi dan macam spesies gulma yang ada.
Gulma yang sering dijumpai di pertanaman kedelai dan termasuk kategori noxious
weed (gulma berbahaya dan sangat merugikan) serta sulit dikendalikan oleh
herbisida maupun penyiangan, yaitu alang-alang dan teki (Budi dan Hajoeningtijas, 2009).
Produksi kedelai di Indonesia pernah
mencapai puncaknya pada tahun 1992 (1,87 juta ton). Namun setelah itu, produksi
terus mengalami penurunan hingga hanya 0,672 juta ton pada tahun 2003. Artinya,
dalam 11 tahun produksi kedelai merosot mencapai 64 persen. Sebaliknya,
konsumsi kedelai cenderung meningkat sehingga impor kedelai juga mengalami
peningkatan mencapai 1,307 juta ton pada tahun 2004. Untuk menjamin keberhasilan
peningkatan produksi kedelai nasional paling tidak ada lima strategi penting
yang harus dilaksanakan, yaitu ,Perbaikan harga jual, Pemanfaatan potensi
lahan, Intensifikasi pertanaman,
Perbaikan proses produksi dan Konsistensi program ( Atman, 2009).
. `Penambahan
unsur hara pada tanaman atau pemupukan pada budidaya tanaman kedelai dapat
menimbulkan dampak negatif bagi tanaman
dan media.Salah satu contoh adalah penambahan pupuk anorganik. Ketika pemberian
pupuk kimia ke dalam tanah zat kimia pupuk dapat menjadi residu didalam tanah
sehingga tanah akan berubah menjadi asam sehingga tanaman akan mengalami
kematian (Mohammadi et al, 2009).
Unsur
hara makro merupakan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah yang
besar. Unsur hara makro terdiri dari unsur N, P, K. beberapa unsur tersebut
misal unsur N merupakan unsur hara yang digunakan tanaman untuk pertumbuhan
tanaman pada fase vegetatifnya. Tidak hanya digunakan dalam pertumbuhan
vegetatifnya, unsur N juga dapat membantu proses diferensiasi biji untuk
perkembangan generatif tanaman (Ryan et
al, 2009).
Irigasi merupakan suatu
metode pengairan untuk menyuplai kebutuhan air tanaman. Panjang akar tanaman
kedelai hanya mencapai 25 cm sehingga tidak dapat menjangkau air tanah yang
dalam. Oleh karena itu teknik irigasi yang ditawarkan adalah menggunakan
irigasi bawah permukaan untuk menyesuaikan kemampuan akar tanaman kedelai dalam
menjangkau air (Al Omran et al,
2012).
BAB 3. BAHAN DAN
METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum Teknik Produksi Tanaman Kedelai (Glycine max) dilaksanakan pada hari Senin 8 Oktober
2012 pukul 14.00
dan bertempat di laboratorium
klimatologi Fakultas Pertanian Universitas Jember.
3.2 Bahan dan Alat
3.2.1
Bahan
1. Benih kedelai
2. Tanah
3. Pupuk Urea, KCL dan SP-36
4. Polybag 40x60
5. Tanah
kering angin (diayak)
3.2.2
Alat
1.
Cangkul
2.
Tugal
3.
Roll meter
4.
Tali rafia
5.
Papan
nama
6.
Ayakan
7.
Timba
3.3 Cara Kerja
1. Menyiapkan
alat dan bahan yang diperlukan.
2. Menyiapkan media tanam dengan cara
mengayak tanah, dan menjemur sampai kering angin.
3. Mengambil
sampel tanam kemudian dianalisis dengan sidik cepat untuk mengetahui kondisi
tanah meliputi pH, C-Organik, dan sifat fisik tanah.
4. Memasukkan
tanah sebanyak 10kg kedalam polybag, untuk perlakuan dengan penambahan BO berat
tanah disesuaikan, kemudian menyiram dengan air.
5. Menanam
benih jagung dan kedelai pada masing-masing perlakuan, satu lubang diisi 2
benih.
6. Memupuk
dengan SP-36 dan KCl serta penambahan Bahan Organik sesuai dengan dosis anjuran
dari analisis sidik cepat sedangkan untuk pupuk Urea sesuai dengan perlakuan.
7. Melakukan
pengamatan secara rutin
BAB 4. HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel hasil pengamatan perkembangan tanaman kedelai
golongan senin.
Perlakuan
(kel)
|
Minggu
ke
|
Rerata
tinggi tan.
|
Rerata
∑
daun
|
Rerata
jarak antar ruas
|
Rerata
panjang akar
|
Rerata
∑
akar
|
Rerata
∑
bintil akar
|
1
(1 dan 4)
|
1
|
3.
6
|
3
|
1.1
|
27.
6
|
6.
6
|
9.5
|
2
|
8.4
|
3.3
|
3
|
||||
3
|
11.7
|
4.
9
|
6.
8
|
||||
4
|
10.7
|
9.1
|
8.
6
|
||||
5
|
12.
8
|
8.
6
|
10.1
|
||||
2
(2 dan 5)
|
1
|
7.
8
|
2
|
1.4
|
20.3
|
10.
8
|
16.
6
|
2
|
7.
64
|
4.5
|
4
|
||||
3
|
9.03
|
8.
8
|
4.
8
|
||||
4
|
10.
9
|
11.25
|
8.5
|
||||
5
|
12.35
|
13.3
|
8.7
|
||||
3
(3 dan 6)
|
1
|
3
|
1.5
|
0.
85
|
17.5
|
11
|
5
|
2
|
7.21
|
6
|
4.4
|
||||
3
|
7.45
|
7.
8
|
7.
65
|
||||
4
|
10.35
|
13
|
2.37
|
||||
5
|
12.26
|
15
|
2.2
|
Keterangan :
Perlakuan 1 :
Perlakuan 2 :
Perlakuan 3 :
4.2 Pembahasan
Kedelai
adalah tanaman legum yang mempunyai potensi sangat baik untuk
dikembangkan.
Namun meskipun negara kita berpotensi untuk memproduksi kedelai taoi saat ini
kebutuhan kedelai dalam negri masih mengandalkan impor dari negara lain.
Ketergantungan terhadap kedelai impor sangat memprihatinkan, karena seharusnya
kita mampu mencukupinya sendiri. Hal ini disebabkan produksinya yang rendah dan
semakin meningkatnya kebutuhan akan kedelai. Rata-rata produktivitas kedelai
nasional masih rendah, yakni hanya 1,1 ton/ ha.
Pada dasarnya menurunnya produktivitas kedelai dipengaruhi oleh
faktor-faktor teknis yang tidak sesuai seperti faktor agronomis, misal
penggunaan jenis tanah, kualitas benih, varietas, pengelolaan tanaman, takaran
pupuk, pengendalian hama dan penyakit, waktu tanam dan panen, teknologi yang
digunakan, dan interaksi semua faktor tersebut. Kendala nonteknis dalam usaha
tani kedelai adalah ketersediaan modal.
Hal ini karena dengan modal yang terbatas, maka petani akan mengurangi
penggunaan sarana produksi untuk menekan biaya. Secara finansial, usaha tani
kedelai menguntungkan. Namun dalam konsep keuntungan finansial masih terdapat
komponen subsidi dan proteksi melalui kebijakan harga. Oleh karena itu,
keuntungan finansial belum dapat digunakan sebagai indikator keunggulan
komparatif (Supadi, 2008).
Tanaman
kedelai umumnya tumbuh tegak, berbentuk semak, dan merupakan tanaman semusim.
Morfologi tanaman kedelai didukung oleh komponen utamanya, yaitu akar, daun,
batang, polong, dan biji sehingga pertumbuhannya bisa optimal.
1. Akar
Sistem perakaran kedelai terdiri
dari dua macam, yaitu akar tunggang dan akar sekunder (serabut) yang tumbuh
dari akar tunggang. Selain itu kedelai juga seringkali membentuk akar adventif
yang tumbuh dari bagian bawah hipokotil. Pada umumnya, akar adventif terjadi
karena cekaman tertentu, misalnya kadar air tanah yang terlalu tinggi.
Pertumbuhan akar tunggang dapat mencapai panjang sekitar 2 m, sementara akar
serabut dapat tumbuh pada kedalaman tanah sekitar 20-30 cm. Akar serabut ini
mula-mula tumbuh di dekat ujung akar tunggang, sekitar 3-4 hari setelah
berkecambah dan akan semakin bertambah banyak dengan pembentukan akar-akar muda
yang lain.
2.
Batang dan cabang
Pertumbuhan batang kedelai dibedakan
menjadi dua tipe, yaitu tipe determinate dan indeterminate. Pertumbuhan batang
tipe determinate ditunjukkan dengan batang yang tidak tumbuh lagi pada saat
tanaman mulai berbunga. Sementara pertumbuhan batang tipe indeterminate
dicirikan bila pucuk batang tanaman masih bisa tumbuh daun, walaupun tanaman
sudah mulai berbunga. Jumlah buku berkisar 15-30 buah. Jumlah cabang tergantung
dari varietas dan kondisi tanah, tetapi ada juga varietas kedelai yang tidak bercabang.
Jumlah batang bisa menjadi sedikit bila penanaman dirapatkan dari 250.000
tanaman/hektar menjadi 500.000 tanaman/hektar.
3.
Daun
Bentuk daun
kedelai ada dua, yaitu bulat (oval) dan lancip (lanceolate). Kedua bentuk daun
tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik.
Daun berwarna hijau dan mempunyai
stomata, berjumlah antara 190-320 buah/m2.Daun juga mempunyai bulu dengan warna
cerah dan jumlahnya bervariasi. Panjang bulu bisa mencapai 1 mm dan lebar
0,0025 mm. Kepadatan bulu bervariasi, tergantung varietas, tetapi biasanya
antara 3-20 buah/mm2. Jumlah bulu pada varietas berbulu lebat, dapat mencapai
3- 4 kali lipat dari varietas yang berbulu normal.
4. Bunga
Tangkai bunga umumnya tumbuh dari
ketiak tangkai daun yang diberi nama rasim. Warna bunga berbagai varietas kedelai hanya dua, yaitu
putih dan ungu. Jumlah bunga pada setiap ketiak tangkai daun sangat beragam,
antara 2-25 bunga, tergantung kondisi lingkungan tumbuh dan varietas kedelai.
Periode berbunga pada tanaman kedelai cukup lama yaitu 3-5 minggu untuk daerah
subtropik dan 2-3 minggu di daerah tropik, seperti di Indonesia.
5. Polong dan biji
Dalam polong ada sekitar 2-3 biji.
Setiap biji kedelai mempunyai ukuran bervariasi, mulai dari kecil (sekitar 7-9
g/100 biji), sedang (10-13 g/100 biji), dan besar (>13 g/100 biji). Bentuk
biji bervariasi, tergantung pada varietas tanaman, yaitu bulat, agak gepeng,
dan bulat telur. Namun demikian, sebagian besar biji berbentuk bulat telur.
Biji kedelai terbagi menjadi dua bagian utama, yaitu kulit biji dan janin
(embrio). Pada kulit biji terdapat bagian yang disebut pusar (hilum) yang
berwarna coklat, hitam, atau putih. Pada ujung hilum terdapat mikrofil, berupa
lubang kecil yang terbentuk pada saat proses pembentukan biji. Warna kulit biji
bervariasi, mulai dari kuning, hijau, coklat, hitam, atau kombinasi campuran
dari warna-warna tersebut.
Tahapan dalam budidaya tanaman
kedelai antara lain yaitu:
1. Pemilihan Benih
Kualitas benih sangat menentukan keberhasilan
usaha tani kedelai. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan varietas
yaitu umur panen, ukuran dan warna biji, serta tingkat adaptasi terhadap
lingkungan tumbuh yang tinggi.
a. Umur
panen
Varietas yang akan ditanam harus
mempunyai umur panen yang cocok dalam pola tanam pada agroekosistem yang ada.
Hal ini menjadi penting untuk menghindari terjadinya pergeseran waktu tanam
setelah kedelai dipanen.
b. Ukuran
dan warna biji
Ukuran dan warna biji varietas yang
ditanam harus sesuai dengan permintaan pasar di daerah sekitar sehingga setelah
panen tidak sulit dalam menjual hasilnya.
c. Bersifat
aditif
Untuk daerah sentra pertanaman
tertentu, misalnya di tanah masam, hendaknya memilih varietas kedelai unggul
yang mempunyai tingkat adaptasi tinggi terhadap tanah masam sehingga akan
diperoleh hasil optimal.
2. Persiapan lahan
Tanaman kedelai biasanya ditanam
pada tanah kering (tegalan) atau tanah persawahan. Jika areal penanaman kedelai
yang digunakan berupa lahan kering atau tegalan, sebaiknya dilakukan pengolahan
tanah terlebih dahulu. Tanah dicangkul atau dibajak sedalam 15 cm – 20 cm. Di
sekeliling lahan dibuat parit selebar 40 cm dengan kedalaman 30 cm.
Selanjutnya, dibuat petakan-petakan dengan panjang antara 10 cm – 15 cm, lebar
antara 3 cm – 10 cm, dan tinggi 20 cm – 30 cm. Antara petakan yang satu dengan yang
lain (kanan dan kiri) dibuat parit selebar dan sedalam 25 cm. Antara petakan
satu dengan petakan di belakangnya dibuat parit selebar 30 cm dengan kedalaman
25 cm. Selanjutnya, lahan siap ditanami benih. Sebelum dilakukan kegiatan
penanaman, terlebih dulu diberi pupuk dasar. Pupuk yang digunakan berupa TSP
sebanyak 75 kg – 200 kg/ha, KCl 50 kg – 100 kg/ha, dan Urea 50 kg/ha. Dosis
pupuk dapat pula disesuaikan dengan potensi lahan tersebut.
3. Penanaman
Cara tanam yang terbaik untuk
memperoleh produktivitas tinggi yaitu dengan membuat lubang tanam memakai tugal
dengan kedalaman antara 1,5 – 2 cm. Setiap lubang tanam diisi sebanyak 3 – 4
biji dan diupayakan 2 biji yang bisa tumbuh. Penanaman ini dilakukan dengan
jarak tanam 40 cm x 10 – 15 cm. Pada lahan subur, jarak dalam barisan dapat
diperjarang menjadi 15 – 20 cm.
4. Pemeliharaan
Satu minggu setelah penanaman,
dilakukan kegiatan penyulaman. Penyulaman bertujuan untuk mengganti benih
kedelai yang mati atau tidak tumbuh Tanaman kedelai sangat memerlukan air saat
perkecambahan (0 – 5 hari setelah tanam), stadium awal vegetatif (15 – 20
hari), masa pembungaan dan pembentukan biji (35 – 65 hari).
Pengairan sebaiknya dilakukan pada
pagi atau sore hari. Pengairan dilakukan dengan menggenangi saluran drainase
selama 15 – 30 menit. Kelebihan air dibuang melalui saluran pembuangan. Jangan
sampai terjadi tanah terlalu becek atau bahkan kekeringan.
Pada saat tanaman berumur 20 – 30
hari setelah tanam, dilakukan penyiangan. Penyiangan pertama dilakukan
bersamaan dengan kegiatan pemupukan susulan. Penyiangan kedua dilakukan setelah
tanaman kedelai selesai berbunga. Penyiangan dilakukan dengan mencabut gulma
yang tumbuh menggunakan tangan atau kored. Selain itu, dilakukan pula
penggemburan tanah.
Pemberian pupuk susulan dilakukan
saat tanaman berumur 20 – 30 hari setelah tanam. Pemberian pupuk susulan hanya
dilakukan pada tanah yang kurang subur saja. Pupuk yang digunakan berupa urea sebanyak
50 kg/ha. Pupuk diberikan dalam larikan di antara barisan tanaman kedelai,
selanjutnya ditutup dengan tanah. Bagi kedelai Jepang, pupuk susulan yang
digunakan adalah Urea, TSP, dan KCl masingmasing sebanyak 200 kg/ha.
Pada budidaya tanaman kedelai salah
satu faktor yang dapat menjadi pembatas adalah adanya opt. Pengendalian OPT
disesuaikan berdasarkan jenis penyakit (fungi, bakteri, virus) serta jenis hama
maupun gulma yang ditemukan. Pengendalian OPT disarankan menggunakan cara
mekanis maupun menggunakan pestisida nabati untuk mengurangi adanya residu
bahan kimia. Namun pada serangan berat penyemprotan pestisida kimia sering
dilakukan.
5. Panen
a. Ciri dan
umur panen
Panen kedelai dilakukan apabila
sebagian besar daun sudah menguning, tetapi bukan karena serangan hama atau
penyakit, lalu gugur, buah mulai berubah warna dari hijau menjadi kuning
kecoklatan dan retakretak, atau polong sudah kelihatan tua, batang berwarna
kuning agak coklat dan gundul. Umur
panen kedelai yaitu sekitar 75-110 hari, tergantung pada varietas dan
ketinggian tempat. Kedelai yang akan digunakan sebagai bahan konsumsi dipetik
pada usia 75-100 hari, sedangkan untuk dijadikan benih dipetik pada umur
100-110 hari, agar kemasakan biji betul-betul sempurna dan merata.
b. Cara
panen
Pemungutan hasil kedelai dilakukan
pada saat tidak hujan, agar hasilnya segera dapat dijemur. Pemungutan dengan cara
pencabutan yang benar ialah dengan memegang batang poko, tangan dalam posisi
tepat di bawah ranting dan cabang yang berbuah. Pencabutan harus dilakukan dengan
hati-hati sebab kedelai yang sudah tua mudah sekali rontok bila tersentuh
tangan. Pemungutan dengan cara memotong biasanya yang digunakan untuk memotong
adalah sabit yang cukup tajam, sehingga tidak terlalu banyak menimbulkan goncangan.
Pemungutan dengan cara memotong bisa
meningkatkan kesuburan tanah, karena akar dengan bintil-bintilnya yang menyimpan
banyak senyawa nitrat tidak ikut tercabut, tapi tertinggal di dalam tanah.
c. Periode
panen
Mengingat kemasakan buah tidak
serempak, dan untuk menjaga agar buah yang belum masak benar tidak ikut
dipetik, pemetikan sebaiknya dilakukan secara bertahap, beberapa kali.
6. Pascapanen
Kedelai dikumpulkan kemudian dijemur
di atas tikar, anyaman bambu, atau di lantai semen selama 3 hari. Sesudah
kering sempurna dan merata, polong kedelai akan mudah pecah sehingga bijinya
mudah dikeluarkan. Agar kedelai kering sempurna, pada saat penjemuran hendaknya
dilakukan pembalikan berulang kali.
Terdapat beberapa cara untuk
memisahkan biji dari kulit polongan. Diantaranya dengan cara memukul-mukul
tumpukan brangkasan kedelai secara langsung dengan kayu atau brangkasan kedelai
sebelum dipukulpukul dimasukkan ke dalam karung, atau dirontokkan dengan alat
pemotong padi. Setelah biji terpisah, brangkasan disingkirkan. Biji yang
terpisah kemudian ditampi agar terpisah dari kotoran-kotoran lainnya. Biji yang
luka dan keriput dipisahkan
Tanaman kedelai merupakan tanaman
yang sedikit memerlukan nitrogen (N) karena tanaman kedelai dapat mengikat
nitrogen (N2) di atmosfer melalui aktivitas bekteri pengikat nitrogen, yaitu Rhizobium
japonicum. Bakteri ini terbentuk di dalam akar tanaman yang diberi nama
nodul atau bintil akar. Rhizobia adalah kelompok mikroba yang mampu menambat N2
dari udara dan mengubahnya menjadi bentuk yang tersedia bagi tanaman ketika
bersimbiosis dengan tanaman legume. Semakin besar kadar protein dalam biji,
akan semakin banyak pula kebutuhan nitrogen sebagai bahan utama protein.
Dilaporkan bahwa untuk memperoleh hasil biji 2,50 ton/ha, diperlukan nitrogen
sekitar 200 kg/ha. Dari jumlah tersebut, sekitar 120 – 130 kg nitrogen dipenuhi
dari kegiatan fiksasi nitrogen. Pemupukan nitrogen hanya dibutuhkan sebagai starter
pada awal pertumbuhan kedelai yaitu untuk pertumbuhan dalam 1 minggu
pertama. Karena pada keadaan tersebut, akar tanaman belum berfungsi sehingga
tambahan nitrogen diharapkan dapat merangsang pembentukan akar (Widyati, 2007).
Pada praktikum produksi tanaman
kedelai yang dilaksanakan, banyak ditemukan tanaman kedelai yang mati atau
gagal untuk melanjutkan siklus hidupnya. Matinya tanaman kedelai tersebut
dikarenakan olek 2 faktor yaitu:
a.
Faktor tanaman
Varietas
yang ditanam tidak tahan terhadap perubahan cuaca atau pealihan dari musim
kemarau ke musim hujan. Sehingga banyak ditemukan tanaman yang mati akibat
kelebihan suplai air atau genangan berlebih dan perubahan kondisi lingkungan.
b.
Faktor eksternal (cuaca)
Terjadinya
hujan lebat dan hembusan angina kencang membuat tanaman rebah dan dapat
berakibat pada kematian, hal tersebut dikarenakan tanaman kedelai yang ditanam
masih dalam perkembangan vegetative awal atau masih muda sehingga belum toleran
terhadap perubahan, biasanya pada kondisi tersebut tanaman diberi naungan,
misal dengan pelepah pisang.
Grafik hasil pengamatan pertumbuhan
vegetatif tanaman pada akhir pengamatan (minggu ke-5).
Dari data yang diperoleh, rerata
tinggi tanaman dari 3 perlakuan tersebut tidak berbeda nyata yaitu kisaran 12
cm. Sedangkan jumlah daun terbaik terdapat pada perlakuan 3, hal tersebut dikarenakan perawatan yang lebih optimal
sehingga pelarutan unrur hara yang diberikan lebih cepat terserap. Namun untuk jarak antar ruas perlakuan 3
justru paling buruk sedangkan hasil terbaik diperoleh pada perlakuan 1 yaitu
10,1 cm, begitu juga panjang akar 27,6 cm (perlakuan 1). Sedangkan jumlah akar
terbaik diperoleh pada perlakuan 3 yaitu 11 akar. Dari data dan pembahasan yang
dilakukan, sulit menentukan perlakuan yang terbaik. Hal tersebut dikarenakan
dari ke-3 perlakuan tidak menunjukkan keunggulan yang mencolok dan tidak ada
yang dominan. Namun pada perlakuan 2 diperoleh jumlah bintil akar yang
terbanyak yaitu 16,6, sehingga dapat disimpulkan bahwa proses penabatan
nitrogen dan asosiasi tanaman dengan bakteri rhizobiumyang terbaik terjadi pada
perlakuan tersebut sehingga suplai unsur hara yang terjadi lebih terjamin
karena sebagian dibantu oleh bakteri penambat N tersebut. Jika merata-rata
total seluruh parameter perkembangan organ vegetatif tanaman pada masing-masing
perlakuan maka nilai tertinggi diperoleh pada perlakuan 2, sehingga dapat
dipastikan bahwa perkembangan organ vegetatif yang merata mulai dari akar
batang dan daun adalah pada perlakuan 2.
BAB 5.
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari
praktikum yang telah dilaksanakan dapat diperoleh beberapa kesimpulan, antara lain yaitu :
1.
Produksi tanaman kedelai dapat ditingkatkan dengan
menerapkan prinsip-prinsip budidaya(agronomis) dan prinsip genitis(mutu benih)
yang sesuai, sehingga diharapkan dapat memenuhi kebutuhan kedelai dalam negri.
2.
Untuk memperoleh hasil yang optimal dari produksi tanaman
kedelai diperlukan suatu penanganan yang benar mulai dari penentuan masa tanam,
pemeliharaan, penentuan waktu panen dan penangan pasca panen yang benar.
3.
Tanaman kedelai memerlukan nitrogen yang relative
kecil karena berasosiasi dengan bakteri panambat N yang dikenal dengan
rhizobium.
5.2 Saran
Untuk
memperoleh keuntungan yang maksimal dalam produksi tanaman kedelai, hendaknya
dilakukan suatu standarisasi mutu pasar untuk menjaga kualitas produk selama
pemasaran.
DAFTAR
PUSTAKA
Al
Omran et al. 2012. Management of Irrigation Water Salinity in
Greenhouse Tomato Production under Calcareous Sandy Soil and Drip Irrigation. Journal Of Agricultural Science And Technology. Vol 14:939-950.
Atman. 2009. Strategi Peningkatan Produksi Kedelai Di Indonesia. Jurnal
Ilmiah Tambua, (8) 1 39-45.
Budi,
Hajoeningtijas. 2009. Kemampuan
Kompetisi Beberapa Varietas Kedelai (Glycine Max) Terhadap Gulma
Alang-Alang (Imperata Cylindrica) Dan Teki (Cyperus
Rotundus). Jurnal Litbang
Provinsi Jawa Tengah (7) 2.
Fitter
dan Hay. 1992. Fisiologi Lingkungan
Tanaman. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Hanum, Chairani. 2008. Teknik
Budidaya Tanaman Jilid 1. Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan. Jakarta.
Mohammadi et al. 2009. Cumulative
and Residual Effects of Organic Fertilizer Application on Selected Soil
Properties, Water Soluble P, Olsen-p and P Sorption Index. Journal Of Agricultural Science And Technology. Vol 11: 487-497.
Nurwardani,
Paristiyanti. 2008. Teknik Pembibitan
Tanaman Dan Produksi Benih Jilid 1. Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta.
Rahayu, dkk.
2009. Paket Teknologi Produksi Benih
Kedelai. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Nusa Tenggara Barat.
Ryan
et al. 2009. Nitrogen Fertilizer Response of Some Barley Varieties in Semi-Arid
Conditions in Morocco. Journal Of Agricultural Science And Technology. Vol 11: 227-236.
Salisbury
dan Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid
Dua Biokimia Tumbuhan Edisi Keempat. Bandung: ITB.
Widyati,
Enny. 2007. Formulasi Inokulum Mikroba:
Ma, Bpf Dan Rhizobium Asal Lahan Bekas Tambang Batubara Untuk Bibit Acacia
Crassicarpa Cunn. Ex-Benth. Biodiversitas
8(3):
238-241.