Rezki heru
111510501122
BAB
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Produk
pertanian baik buah maupun sayur merupakan jenis produk yang cepat rusak, baik
kerusakan fisik, tekstur maupun kandungan kimia. Pada dasarnya kerusakan
kwalitas buah dikarenakan oleh berbagai macam faktor seperti terjadinya luka,
gangguan patogen, respisari, transpirasi dan faktor-faktor lainnya. Akibatnya
produk tersebut mengalami penurunan kandungan gizi, perubahan warna serta
komponen lain yang dapat berakibat pada menurunnya nilai jual maupun daya tarik
produk pertanian tersebut. Sehingga untuk menjaga kwalitas hasil pertanian agar
tetap baik dan menarik diperlukan suatu metode penanganan pasca panen yang
optimal untuk mengurangi atau menghambat laju respirasi maupun faktor-faktor
yang dapat menurunkan kwalitas buah tersebut.
Selain penurunan kwalitas produk
pertanian juaga tergolong produk yang tidak bisa bertahan lama sehingga proses
pendistribusian dan pemakaian harus cepat. Produk pertanian tidak tahan lama
atau cepat rusak dikarenakan produk pertanian merupakan produk yang melakukan
aktifitas kimia seperti transpirasi dan repirasi.
Salah satu metode untuk mengurangi
laju respirasi dan transpirasi untuk menunda proses pematangan buah dan sayur
agar tidak cepat rusak antar lain yaitu
dengan cara modifikasi atmosfer melalui pengemasan. Pengemasan disebut juga
pembungkusan, pewadahan atau pengepakan, memegang peranan penting dalam
pengawetan bahan hasil pertanian. Adanya wadah atau pembungkus dapat membantu
mencegah atau mengurangi kerusakan, melindungi bahan pangan yang ada di
dalamnya, melindungi dan bahaya pencemaran serta gangguán fisik. Disamping itu
pengemasan berfungsi untuk menempatkan suatu hasil pengolahan
atau
produk industri agar mempunyai bentuk-bentuk yang memudahkan dalam
penyimpanan,
pengangkutan dan distribusi. Dalam segi promosi wadah atau pembungkus berfungsi
sebagai perangsang atau daya tarik pembeli selain sebagai alat untuk menunda
kematangan dan kerusakan buah.
Teknik pengemasan yang sering
dilakukan antar lain yaitu modified
atmosphere atau modified
atmosphere packaging (MAP). Fungsi modified atmosphere packaging dalam pengawetan produk pertanian
adalah melindungi produk dari
kerusakan fisik, perubahan-perubahan kemis, dan kontaminasi mikrobial. Jadi MPA mempertahankan, memperpanjang masa simpan, kualitas produk. Bahan-bahan pengepak disesuaikan dengan tujuan pengepakan, tipe
produk, misalnya produk segar,
beku, dll. Pengemasan akan melindungi produk
selama penyimpanan, distribusi dan pemasaran. Persyaratan pengemasan berhubungan dengan transmisi
oksigen, kadar uap air, kelenturan, kekuatan, ketahanan , kedap lemak , minyak,
temperatur, kelembaban, dan tipe produk.
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa
memahami adanya interaksi metabolisme produk dengan karakteristik permeabilitas
plastik berpengaruh terhadap mutu produk hortikultura segar selama penyimpanan.
2
Mahasiswa memahami pentingnya pengemasan
dan suhu penyimpanan sebagai cara untuk memperlambat kemunduran mutu produk.
3
Mahasiswa mampu mengidentifikasi
perubahan-perubahan karakteristik mutu produk segar akibat pengemasan plastik
dan suhu selama penyimpanan.
4
Mampu membuat laporan tertulis secara
kritis.
BAB
2. TINJAUAN PUSTAKA
Salah satu cara untuk menurunkan
laju kemunduran adalah dengan memodifikasi konsentrasi gas O2 dan CO2 di
lingkungan atmosfer sekitar produk dengan menggunakan pengemas plastik dengan
permeabilitas tertentu yang dikenal sebagai modified atmosphere packaging (MAP), sehingga respirasi dapat
diturunkan pada kondisi minimum yang mana dapat memperlambat laju kerusakan
fisiologis produk dan masa simpan dapat diperpanjang. MAP melibatkan produk
yang diekspose dengan atmosfir yang digenerasi dalam kemasan akibat interaksi
dari produk, kemasan dan atmosfer eksternal. MAP adalah suatu sistem yang
dinamis dimana respirasi dan keluar-masuknya gas melalui kemasan terjadi
bersamaan. Keluar-masuknya gas O2 dan CO2 pada kondisi suhu dan kelembaban
penyimpanan yang sama dengan produk yang sama pula adalah ditentukan oleh
permeabilitas dari kemasan yang digunakan. Permeabilitas plastik terhadap gas
O2 dan CO2 semakin berkurang dengan semakin tebalnya plastik tersebut. Hal ini
berimplikasi pula pada kondisi minimum dari konsentrasi O2 dan kondisi maksimum
dari konsentrasi CO2 yang dicapai. Semakin tipis plastik maka kondisi minimum
konsentrasi O2 adalah lebih tinggi dan kondisi maksimum konsentrasi CO2 lebih
rendah dibandingkan dengan plastik lebih tebal (Utama dkk, 2005).
Pada prinsipnya penyimpanan
buah-buahan dan sayur-sayuran dilakukan untuk mengendalikan laju proses
metabolisme, seperti respirasi, transpirasi, infeksi hamapenyakit dan untuk
memperpanjang umur simpan. Penyimpanan
sistem atmosfer terkendali dan modifikasi atmosfer adalah suatu teknologi untuk
memperpanjang umur simpan dari makanan, utamanya untuk buah-buahan dan
sayur-sayuran dan juga untuk mengurangi hama di dalam ruang simpan. Secara
teknis udara terkendali (UT) mencakup penambahan atau pengurangan gas-gas yang
menghasilkan susunan udara yang sangat berbeda dengan udara biasa. Jadi, CO2,
O2, CO, C2H4, asetilena, atau N2 dapat diatur untuk mendapatkan berbagai
kombinasi komposisi gas. Namun dalam penerapannya sekarang UT merupakan istilah
untuk penambahan CO2, penurunan O2, dan kandungan N2 tinggi dibandingkan dengan
udara biasa. Di dalam penyimpanan atmosfer terkontrol, temperatur dan komposisi
gas dari penyimpanan atmosfer telah diatur atau dikontrol. Kisaran konsentrasi
gas di dalam penyimpanan kontrol atmosfer adalah 1-10% oksigen, 0-30%
karbondioksida dan sebagai penyeimbang adalah nitrogen (Argo dkk, 2008).
Modifikasi atmosfer merupakan proses
penanganan pasca panen yang tergolong alamiah dan bebas bahan kimia serta
memiliki prosedur yang lebih mudah dan memungkinkan untuk dilakukan diman saja
karena hanya menggunakan peralatan yang sederhana. Pengemasan berbeda dengan
penyimpanan pada ruang dingin. Pada penyimpanan produk pertanian di suhu dingin
atau suhu rendah memang juga dapat menghambat kegiatan respirasi, sehingga
menunda pelunakan, perubahan warna, perubahan mutu, serta proses kimiawi lain
pada buah, namun penyimpanan pada suhu dingin atau lemari es dapat menyebabkan
terjadinya pembekuan sel, karena sebagian besar sel tersusun dari larutan atau
cairan yang dapat menbeku di suhu dingin, sehingga apabila disimpan dilemari
es, sel akan pecah akibatnya buah yang disimpan kadar airnya akan lebih cepat
turun (Amiarsi, 2012).
Pengemasan dalam film plastik dapat
memodifikasi atmosfer di sekitar produk (pengemasan atmosfer termodifikasi atau
modified atmosphere packaging atau MAP). MAP umumnya menghalangi
pergerakan udara, memungkinkan proses respirasi normal produk mengurangi kadar
oksigen dan meningkatkan kadar karbon dioksida udara di dalam kemasan.
Keuntungan utama tambahan pemnggunaan film plastik adalah mengurangi kehilangan
air. MAP dapat digunakan dalam kontainer pengapalan dan dalam unit-unit kemasan
konsumen. Modifikasi atmosfer dan secara aktif ditimbulkan dengan membuat
sedikit vakum dalam kemasan tertutup. (seperti kantong polietilen yang tidak berventilasi),
dan kemudian memasukkan campuran komposisi atmosfer yang diinginkan yang sudah
jadi dari luar. Secara umum, penurunan konsentrasi oksigen dan peningkatan
konsentrasi karbon dioksida akan bermanfaat terhadap kebanyakan. Pemilihan film
polimerik terbaik untuk setiap komoditi/kombinasi ukuran kemasan tergantung
pada permeabilitas film dan laju respirasi pada kondisi waktu/suhu yang
dinginkan selama penanganan. Penyerap oksigen, karbon dioksida dan/atau etilen
dapat digunakan dalam kemasan atau kontainer untuk membantu menjaga komposisi
atmosfer yang diinginkan. Pengemasan dengan atmosfer termodifikasi hendaknya
selalu dipandang sebagai tambahan untuk pengelolaan suhu dan kelembaban nisbi
yang baik. Perbedaan antara manfaat dan kerugian konsentrasi dari oksigen dan
karbondioksida untuk setiap jenis produk adalah relatif kecil, sehingga
tindakan sangat hati-hati harus dilakukan jika menggunakan teknologi ini
(Kitinoja dan Kader, 2002).
BAB
3. METODOLOGI
3.1
Tempat dan Waktu
Praktikum Mata Kuliah Teknologi
Panen dan Pascapanen dengan judul acara “Modifikasi Atmosfer dengan Pengemasan
Untuk Produk Hortikultura” dilaksanakan pada Hari Selasa, 22 Oktober 2012 dan
bertempat di Laboratorium Produksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas
Jember.
3.2
Alat dan Bahan
3.2.1
Alat
1. Plastik polietilen (LDPE) dengan ketebalan
berbeda 0.02 mm
2. Ruang pendingin
3. Cutter
3.2.2
Bahan
1. Sayuran
daun ( kangkung, seladri, sawi, selada)
2. Buah-buahan
(pisang, tomat, rambutan, duku)
3.3
Cara
Kerja
1. Memilih
salah satu jenis buah dan sayuran daun sebagai bahan percobaan.
2. Mengemas
bahan dengan jumlah atau berat tertentu sebagai unit percobaan ke dalam plastic LDPE dengan dua ketebalan
berbeda di atas.
3. Memeriksa
bahwa tidak ada kebocoran udara pada bagian sambungan kemasan
plastik.Menempatkan bahan percobaan yang sudah dikemas pada suhu dingin dan
suhu kamar.
4. Mengulangi
perlakuan dalam percobaan ini sebanyak dua kali.
5. Selanjutnya
mengamati perubahan mutu bahan percobaan selama periode penyimpanan.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Parameter
|
Buah
|
Pengepakan
|
UL
|
Waktu (hari)
|
|||
I
|
II
|
VI
|
IX
|
||||
Kekerasan
|
Sawi
|
Pengemasan
|
1
|
5
|
3
|
2
|
2
|
2
|
5
|
3
|
2
|
1
|
|||
Tidak dikemas
|
1
|
5
|
5
|
2
|
1
|
||
2
|
5
|
5
|
1
|
1
|
|||
Kangkung
|
Pengemasan
|
1
|
5
|
3
|
2
|
2
|
|
2
|
5
|
3
|
2
|
1
|
|||
Tidak dikemas
|
1
|
5
|
3
|
1
|
1
|
||
2
|
5
|
4
|
1
|
1
|
|||
Bayam
|
Pengemasan
|
1
|
5
|
4
|
3
|
1
|
|
2
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|||
Tidak dikemas
|
1
|
5
|
4
|
1
|
1
|
||
2
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|||
Warna
|
Sawi
|
Pengemasan
|
1
|
5
|
3
|
2
|
2
|
2
|
5
|
3
|
2
|
2
|
|||
Tidak dikemas
|
1
|
5
|
4
|
2
|
1
|
||
2
|
5
|
4
|
1
|
1
|
|||
Kangkung
|
Pengemasan
|
1
|
5
|
3
|
2
|
2
|
|
2
|
5
|
3
|
1
|
1
|
|||
Tidak dikemas
|
1
|
5
|
3
|
2
|
1
|
||
2
|
5
|
4
|
1
|
1
|
|||
Bayam
|
Pengemasan
|
1
|
5
|
4
|
3
|
1
|
|
2
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|||
Tidak dikemas
|
1
|
5
|
4
|
1
|
1
|
||
2
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|||
Pembusukan
|
Sawi
|
Pengemasan
|
1
|
5
|
5
|
2
|
2
|
2
|
5
|
3
|
2
|
2
|
|||
Tidak dikemas
|
1
|
5
|
4
|
2
|
1
|
||
2
|
5
|
2
|
1
|
1
|
|||
Kangkung
|
Pengemasan
|
1
|
5
|
3
|
2
|
1
|
|
2
|
5
|
3
|
2
|
1
|
|||
Tidak dikemas
|
1
|
5
|
3
|
2
|
1
|
||
2
|
5
|
4
|
1
|
1
|
|||
Bayam
|
Pengemasan
|
1
|
5
|
5
|
4
|
1
|
|
2
|
-
|
-
|
-
|
-
|
|||
Tidak dikemas
|
1
|
5
|
5
|
1
|
1
|
||
2
|
-
|
-
|
-
|
-
|
4.2
Pembahasan
Wadah
plastik yang sesuai untuk pengemasan adalah jenis plastik yang memiliki
permeabilitas yang sesuai untuk memodifikasi atmosfer sehingga terjadi
perubahan kondisi oksigen dan karbondioksida yang mampu menekan laju respirasi.
Kondisi wadah yang sesuai pada saat pengemasan adalah pada keadaan kedap udara,
karena pada kondisi kedap udara maka konsentrasi O2 akan berkurang,
dan konsentrasi CO2 meningkat, sehingga proses pematangan dan umur
simpan lebih lama. Hal tersebut dikarenakan berkurangnya aktifitas respirasi
yang terjadi pada produk(sayuran). Namun kondisi pada kondisi CO2 tinggi
juga dapat beresiko terjadinya respirasi anaerob. Sehingga kondisi udara dalam
kemasan tersebut harus disesuaikan dengan jenis kemasan, jenis produk dll.
Dengan
perlakuan pengemasan pada buah dan sayur, dapat menghambat pembusukan buah, hal
tersebut dibuktikan dari hasil perbandingan antara sayur yang dikemas dan tidak
dikemas pada praktikum yang dilaksanakan. Hal tersebut dikarenakan berkurangnya
laju respirasi akibat kondisi udara dalam kemasan serta telindungnya produk
dari serangan mikroorganisme.
Menurut Brown (1992), penggunaan
plastik sebagai bahan kemasan buah-buahan dapat memperpanjang masa simpan
produk hortikultura segar, dimana kemasan plastik memberikan perubahan gas-gas
atmosfer dalam kemasan itu sendiri yang berbeda dengan atmosfer udara normal
yang mana dapat memperlambat perubahan fisiologis yang berhubungan dengan
pemasakan dan pelayuan sehingga dapat menghambat pembusukan(Utama, dkk, 2005).
Dari parameter yang diamati
(kekerasan, warna, pembusukan) pada sayuran (sawi, kangkung, bayam) dengan
perlakuan pengemasan dan tidak dikemas. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa,
pada pengemasan tingkat pembusukan mulai dari sawi, bayam dan kangkung. Pada
sawi dengan pengemasan tingkat kekerasan, warna dan pembusukan mengalami
perubahan 75% (2), sedangkan tanpa dikemas kerusakan 100%. Rata-rata penurunan
tingkat kerusakan produk tersebut yang paling drastis terjadi pada hari ke-6.
Pada kangkung dan sawi masih belum rusak 100% pada hari ke-9, namun pada bayam
tidak mampu bertahan hingga hari ke-9. Hal tersebut menunjukkan bahwa selain
dari perlakuan pengemasan yang dilakukan, ketahanan produk juga dipengaruhi
oleh jenis produk dan umur produk serta aspek-aspek lain. Pada praktikum kali
ini diperoleh data yang menunjukkan bahwa perlakuan pengemasan pada tiga jenis
sayuran dapat memperlambat proses pembusukan apabila dibandingkan dengan
perlakuan tanpa pengemasan. Hal tersebut dikarenakan, dengan adanya modifikasi
atmosfer melalui pengemasan, dapat menghambat laju respirasi peda buah. Hal
tersebut dikarenakan terjadinya perubahan konsentrasi oksigen dan karbon
dioksida akibat permeabilitas kemasan(plastik).
Menurut literature, dengan adannya
kemasan plastik, maka dapat menyebabkan adanya perubahan atau modifikasi
konsentrasi CO2 dan O2 sekitar produk di dalam kemasan, dimana konsentrasi CO2
akan meningkat dan O2 menurun akibat interaksi dari respirasi komoditi yang
dikemas dan permeabilitas bahan kemasan terhadap kedua gas tersebut(Utama, dkk,
2005).
Modofikasi atmosfer juga dapat
menyeragamkan kemaskan buah dan menghambat munculnya warna kuning atau warna
masak pada buah. Modifikasi atmosfer juga dapat menjaga mutu kimia buah dengan
mengurangi aktivitas respirasi buah(Amiati, 2012).
BAB
5. PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Dari
praktikum yang dilaksanakan, dapat diperoleh beberapa kesimpulan, antara lain
yaitu :
1. Pada
proses penyimpanan pengemasan, ketahanan produk tergantung dari tingkat respirasi
dan permeabilitas kemasan.
2. Laju
perubahan kondisi produk, tergantung pada ketebalan plastik karena menentukan
konsentrasi minimum gas O2 dan maksimum gas CO2 selama dalam kemasan selama
penyimpanan.
3. Semakin
tipis plastik maka kondisi konsentrasi minimum O2 akan semakin tinggi, dan kondisi konsentrasi
maksimum CO2 semakin rendah.
5.2
Saran
Untuk memperoleh hasil yang
maksimal, hendaknya pengemasan dilakukan dengan didamping perlakuan lain
seperti teknik penanganan pasca panen yang tepat
DAFTAR PUSTAKA
Aminarsih. 2012. Pengaruh Konsentrasi Oksigen Dan Karbondioksida Dalam
Kemasan Terhadap Daya Simpan Buah Mangga Gedong. Hort 22(2):197-204.
Argo, Dkk. 2008.
Sistem Monitoring Gas Oksigen Dan Karbondioksida Pada Ruang Penyimpanan Sistem
Udara Terkontro. Teknologi Pertanian
9(3):150-156.
Kitinoja. Kader.
2002. Praktik-Praktik Penanganan Pascapanen Skala Kecil: Manual Untuk Produk
Hortikultura (Edisi Ke 4).
Universitas Udayana. Denpasar.
Utama. 2005. Mempelajari Pengaruh Ketebalan Plastik Film Polietilen
Densitas Rendah Sebagai Bahan Kemasan Buah Manggis Terhadap Modifikasi Gas
Oksigen Dan Karbondioksida. Agritrop
25(1):1-11.
No comments:
Post a Comment