LAPORAN
PEMBUATAN
MEDIA TANAM PADAT
Rezki Heru Aditya
NIM : 111510501122
JURUSAN
AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
JEMBER
2011
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertanian merupakan sumber pendapatan bagi sebagian besar
rakyat Indonesia, karena sebagian besar masyarakat Indonesia bermata pencarian
sebagai petani. Indonesia merupakan
negara agraris yang terkenal dengan kekayaan plasma nutfah alamnya serta
terkenal dengan kesuburannya karena terletak pada iklim tropis dimana 30%
merupakan dataran yang subur dan siap ditanami berbagai macam tanaman. Kondisi
iklim dan cuaca serta faktor klimatologis yang baik memungkinkan faktor
pendukung untuk dilakukannya budidaya berbagai macam tanaman baik tanaman
pangan, palawija, buah-buahan maupun sayuuran. Pembudidayaan berbagai jenis
sayuran merupakan salah satu pilihan yang cocok dibudidayakan di Indonesia.
Pertanian tidak lepas dari lahan pertanian
atau media tanam. Media tanam yang baik adalah media yang dapat menumbuhkan
tanaman dengan baik serta memiliki hasil dan produktifitas tinggi. Pada
dasarnya media tanam merupakan tempat dimana tanaman tumbuh, media tanam
merupakan komponen dimana tanaman dapat memperoleh kebutuhan untuk siklus
hidupnya, misal unsur hara, air, dan unsur-unsur lain yang diperlukan oleh
tanaman.
Tanaman yang
memiliki prospek baik untuk dibudidayakan di daerah Indonesia antara lain
adalah sawi, karena kondisi iklim yang cocok serta permintaan pasar yang tinggi.
Sawi merupakan tanaman yang bukan berasal dari Indonesia namun sawi memiliki
iklim yang cocok untuk dibudidayakan di Indonesia. Daerah penanaman yang cocok adalah mulai dari ketinggian 5 meter
sampai dengan 1.200 m dari permukaan laut. Tanaman sawi pada umumnya bisa di budidayakan
secara konvensional dan secara hidroponik, tetapi kebanyakan tanaman sawi di
budidayakan secara konvensional daripada secara hidroponik karena budidaya
secara hidroponik lebih banyak memerlukan lebih banyak biaya.
Dalam budidaya
tanaman sawi, media tanam merupakan salah satu faktor penting yang menentukan
pertumbuhan tanaman. Media tanam tanam yang baik harus memiliki formulasi dan
komposisi yang sesuai agar media tersebut memiliki sifat fisik, kimia yang
baik. Rekayasa media tanam atau enginering media tanam harus menyesuaikan
dengan umur dan kebutuhan tanaman sawi tersebut. Misal dalam pembibitan tanaman
sawi diperlukan media yang memiliki sifat yang gembur dimana akar muda dari
tanaman sawi tersebut dapat berkembang sehingga menghasilkan bibit yang siap
untuk dipindahkan, dan dapat berprioduksi optimal ketika ditanam.
Rekayasa
media tanam adalah usaha untuk memperoleh media yang baik dengan cara membuat
komposisi media dengan mencampur beberapa macam media berbeda dengan
sifat-sifat tertentu agar diperoleh media dengan sifat kimia, fisik dan biologi
yang lebih baik. Enginering media tanam atau rekayasa media taman dilakukan dengan mengemburkan
dan memperbaiki sifat kimia dan fisik tanaman serta menambahkan mikroorganisme
untuk memperbaiki sifat biologi media. Pada pertanian dilahan atau konvensional
penanaman sawi diawali dengan pembuatan bedengan yaitu dengan penggemburan
tanah dan pembuatan draenasi untuk mengatur pengairan pada system budidaya
sawi. Setelash proses persipan lahan tersebut media hasil rekayasa yang
dimasukkan dalam polybag diletakkan pada bedengan agar memperoleh cahaya dan
pengairan yang baik dan jika tidak menggunakan polibag maka rekayasa media
tanam dapat dilakukan dengan cara menambahkan berbagai macam media maupun pupuk
ke atas bedengan dengan cara menambahkan sesuai kebutuhan tanaman lalu
mencampur media tersebut dan meratakannya diatas bedengan, agar memperoleh
media tanam yang lebih baik.
Pada budidaya tanaman sawi pembibitan dapat dilakukan bersamaan dengan pengolahan lahan, pembibitan dapat dilakukan dengan cara menyebar atau cabutan maupun bibit yang sudah dalam bentuk sisis atau polybag kecil. Bibit sawi yang disiapkan dalam bentuk sosis lebih lebih efisien karena lebih cepat beradaptasi terhadap lingkungannya.
Pada budidaya tanaman sawi pembibitan dapat dilakukan bersamaan dengan pengolahan lahan, pembibitan dapat dilakukan dengan cara menyebar atau cabutan maupun bibit yang sudah dalam bentuk sisis atau polybag kecil. Bibit sawi yang disiapkan dalam bentuk sosis lebih lebih efisien karena lebih cepat beradaptasi terhadap lingkungannya.
Penambahan pupuk
pada media dalam dudidaya tanaman sawi
perlu dilakukan untuk memasok kebutuhan unsur hara essensial yang menunjang
pertumbuhan tanaman. Selain menambah produktifitas, pemupukan juga dapat
mendukung pertumbuhan akar, daun serta batang. Salah satu nutrisi atau unsur
hara yang dibutuhkan tanaman adalah unsur N, P, dan K. Tetapi dalam penambahan
pemupukan ini perlu diperhatikan juga dosis yang diberikan kedalam tanah agar
tidak meracuni tanaman.
1.2 Tujuan
Tujuan dilaksankannya praktikum
pembuatan Media Tanam Padat atau rekayasa media tanam ini adalah untuk
mendapatkan formulasi dan komposisi media tanaman yang ideal untuk tanaman
tertentu. Serta membuat formulasi media yang cocok untuk tanaman sawi.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Sawi (Brassica juncea L.) merupakan jenis tanaman
sayuran daun yang memiliki nilai ekonomis tinggi setelah kubis dan brokoli.
Selain itu, tanaman sawi juga mengandung mineral, vitamin, protein dan kalori. Sawim
dapat tumbuh di dataran tinggi maupun rendah yaitu 3-1.200 m dpl, namun tinggi
tempat yang optimal adalah 100-500 m dpl. Sawi banyak dibudidayakan para petani
di dataran rendah karena akan sedikit lebih menguntungkan (Haryanto dkk, 2008).
Pada tanaman sawi pembibitan dilakukan pada rumah bibit atau
naungan dengan memperhatikan kondisi cuaca, media semai dibuat 2 minggu sebelum
tebar benih jika tanpa menggunakan sosis. Naungan dapat menggunakan atap
plastic polieten dan tiang bambu atau atap juga bisa menggunakan daun kelapa
yang dianyam. Lebar bedengan biasanya 1,3 m sedangkan panjang bedengan
menyesuaikan dengan kebutuhan (Susila, 2006).
Media tumbuh tanaman merupakan
faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman untuk mendapatakan hasil
optimal. Media tumbuh yang baik diantaranya memilikinsifat fisik yang baik,
gembur dan mempunyai kemampuan menahan air lama karena kondisi fisik tanah
sangat penting untuk berlangsungnya kehidupan tanaman mulai dari bibit hingga
dewasa (Fatimah dkk, 2008).
Pada
budidaya tanaman, khususnya sawi, baik pembibitan maupun penanaman dilahan
media tanam merupakan salah satu faktor penting yang perlu diperhatikan. Media Tumbuh di lahan atau tanah
adalah tempat tumbuh tumbuhan di atas permukaan bumi. Di dalam
tanah terdapat air, udara dan berbagai hara tumbuhan untuk proses pertumbuhan
dan perkembangan tanaman. Air yang beada dalam tanah sangat pentig untuk proses
kimia, biologi dan fisika tanah. Sebagain air tanah terdapat dalam bentuk
lapisan tipis yang dinamakan air kapiler. Air kapiler membentuk larutan tanah
yang berfungsi seba-gai sumber unsur hata tumbuhan. Udara dalam tanah
beasal dari udara atmosfir yang mengandung sekitar 21% Okigen, 78% nitrogen,
dan 1% CO2 beserta gas lainnya. Semua gas tersebar dalam poripori tanah atau
terlarut dalam tanah. Akar dan organisme tanah memerlukan oksigen untuk proses
pernafasan (respirasi). Oksigen dalam tanah digunakan oleh se-mua mahluk hidup
dalam tanah, baik organisme maupun mikroor-ganisme, sehingga konsentrasi
oksigen dalam tanah akan lebih rendah dibandingakan dengan oksigen di atas
permukaan tanah (atmosfir). Di dalam tanah terdapat nitrogen, fosfor, belerang,
kalium, kalsium dan magnesium dalam jumlah yang relative banyak (unsur hara
makro) dan terdapat sedikit besi, mangan, boron, seng dan tembaga (unsur hara
mikro). Beberapa tumbuhan membutuhkan beberapa unsur lain seperti natrium,
molibdenum, klor, flour, iod, silikon, strontium. Hara esensial (penting)
sebagian besar terdapat dalam tanah. Nitogen merupakan unsur hra yang sangt
penting bagi tumbuhan. Nitrogen merupakan ba-han baku untuk penyusunan protein
dan asam amino tumbuhan. Nitoden diserap oleh tumbuhan dalam bentuk nitrat dan
amonium. Fosfor dibentuk pada tanah mineral dan berbagai senyawa organik.
Fosfor diserap oleh tanaman dalam bentuk ion fospat. Belerang ditemukan dalam
tanah mineral. Belerang diserap oleh tumbuhan dalam bentuk sulfat. Kalium,
kalsium dan magnesium merupakan logam. Pada saat ketiga logam tersebut di atas
bereksi dengan air maka akan dibebaskan ion-ion kalium, kalsium dan magnesium
(Nurwandani, 2008).
Untuk
memperoleh media yang baik salah satu upayanya adalah melalui pemupukan. Pupuk adalah
setiap bahan yang diberikan ke dalam tanah atau disemprotkan ke tanaman dengan
maksud menambah unsur hara yang diperlukan tanaman. Terdapat tiga aspek penting
yang menentukan efisiensi dan efektivitas pemupukan yaitu dosis pupuk, waktu
dan teknik aplikasi dan jenis pupuk. Pupuk selain dapat diberikan melalui tanah
juga dapat diberikan melalui daun tanaman. Proses penyerapan hara yang
diberikan lewat daun lebih cepat jika dibandingkan dengan pemupukan melalui
tanah. Hilangnya pupuk karena tercuci, penguapan dan terfiksasi akan lebih
kecil, karena pupuk dapat langsung diserap tanaman. (Sutejo, 1995). Selain itu,
Sujatmika (1988) mengatakan bahwa keuntungan pemakaian pupuk daun adalah
tanaman lebih cepat mengeluarkan tunas serta tanaman tidak mudah rusak dan
pemupukan melalui daun pada musim kering lebih efisien, karena pupuk yang
diberikan melalui daun sudah dalam keadaan siap diabsorpsi, sehingga langsung
diserap oleh daun tanaman. Selain itu, pemupukan lewat daun tidak dipengaruhi
oleh kondisi pH dan air tanah. Satu hal lagi yang menjadi keuntungan pupuk daun
ialah adanya unsur-unsur mikro pada pupuk daun ( Nusifera, 2001).
Salah
satu pupuk yang dianjurkan adalah pupuk organic. Penggunaan pupuk organic dapat
mengurangi ketergantungan terhadap penggunaan pupuk kimia. Baha organic
merupakan alternative untuk meningkatkan kesuburan tanah dan meningkatkan
efisiensi dari penggunaan pupuk kimia. Penggunaan bahan organic dapat membantu
kehidupan mikroorganisme tanah. Pengomposan atau pemberian bahan organic pada
media tanam sawi bertujuan untuk memperbaiki sifat kimia, fisik dan biologi
pada tanah (Setiawan, 2009).
Selain
faktor kimia diatas dalam media tanam sifat fisik juga merupakan hal yang
penting, misalnya agregat tanah. Peningkatan agregat tanah pada lahan pertanian
yang didominasi oleh partikel pasir pada lahan kering merupakan hal penting
untuk meningkatkan kemampuan tanah dalam mempertahankan ketersediaan unsur hara
dan air bagi tanaman salah satunya dengan penambahan partikel liat dan bahan
orgaik (Djajadi, 2010).
Nilai pertanian dari suatu pupuk tidak menentu, karena
bahan ini mudah berubah. Oleh karenanya macam dan jumlah pupuk yang diberikan
harus dapat mengikuti berbagai macam perubahan karena, Tanah dan pupuk terjadi reaksi kimia dan biologis yang
mempengaruhi mutu pupuk, serta iklim yang
dapat mempengaruhi tanah, tanaman dan pupuk. Perlu diperhatikan. Bila ada
kelebihan
atau kekurangan air, efisien
penuh dari pemupukan sukar diharapkan. Sebetulnya, setiap faktor yang dapat membatasi
pertumbuhan tanaman akan menurunkan efensiansi pemupukan, dan akibatnya respons
dari tanaman terhadap pemupukan
juga tergangu. Jika
faktor-faktor lain tidak merupakan pembatas, maka jumlah pupuk dapat ditentukan
dengan tingkat kepastian tertentu. Meskipun keadaannnya sangat kompleks,
petunjuk-petunjuk tertentu dapat diikuti dalam menentukan macam atau jumlah
pupuk yang harus di berikan. Hal-hal yang perlu diperhatikan
adalah:
1. Macam tanaman yang akan diusahakan:
nilai ekonomi tanaman, kemampuan tanaman menyerap hara
2. Keadaan kimia tanahsehubungan
dengan jumlah hara tersedia
3. Keadaan fisik tanah sehubungan
dengan kadar air dan aerasi media (Hanum, 2008).
BAB 3. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum acara 1 teknik media tanam dengan judul “pembuatan media
tanam padat” dilaksanakan mulai tanggal 8 maret 2012 sampai rentang waktu 28
hari, yakni berakhir pada tanggal 5 april 2012, dan dilaksanakan di lahan
agroteknopark universitas jember.
3.2
Bahan dan Alat
3.2.1
Bahan
1.
Tanah
2.
Kompos
3.
Polybag
4.
Pasir
3.2.2 Alat
1.
Timba plastik
2.
Ayakan 2 mm
3.
Karung
plastik
4.
Centong
5.
Gembor
3.3
Cara Kerja
1.
Mengambil
contoh tanah
2.
Mengeringanginkan
pada tempat yang telah disediakan
3.
Mengayak
dengan saringan lolos 2 mm
4.
Menyiapkan
plastik untuk alas hasil ayakan tanah dan kantong plastik sebagai tempat hasil
ayakan
5.
Menyiapkan
pasir, tanah, kompos, sebagai campuran media
6.
Mencampur bahan
tersebut sesuai dengan petunjuk,
memasukkan dalam pot plastik, menyiram sampai kapasitas lapang
7.
Menanam biji,
ata bibit yang tlah disiapkan
8.
Menyiram
setiap hari (bilamana perlu)
9.
Mengamati dan
menyiram dengan air bilamana setiap hari, menjaga dari gangguan hama dan
penyakit
10.
Setelah
tanaman berumur 8 minggu, mengamati tinggi tanamannya dan memanennya
11.
Menimbang
brangkasan masing-masing perlakuan ditimbang di labolatorium
12.
Semua hasil
yang telah didapatkan, membuat laporan untuk diseminarkan
BAB.4 HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Tabel data
hasil pengamatan sawi golongan rabu
No
|
Perlakuan
|
Kapasitas lapang (kg)
|
Dosis air (ml)
|
Tinggi tanaman (cm)
|
Jumlah daun (helai)
|
Berat basah tanaman (gram)
|
1
|
KNO
|
2,3
|
136,9 ml
|
8,18 cm
|
6,4 helai
|
3,5 g
|
KNP
|
2,5
|
221,4 ml
|
5,9 cm
|
4 helai
|
8,6 g
|
|
SNO
|
2,4
|
6,25 ml
|
7,04 cm
|
5,2 helai
|
6,1 g
|
|
SNP
|
2,55
|
92,18 ml
|
7,42 cm
|
4,6 helai
|
32,3 g
|
|
BNO
|
2,55
|
120,62 ml
|
5,44 cm
|
5,2 helai
|
3,7 g
|
|
BNP
|
2,4
|
51,09 ml
|
5,48 cm
|
3,8 helai
|
2,0 g
|
|
2
|
KNO
|
2,5
|
131 ml
|
7,2 cm
|
5 helai
|
8 g
|
KNP
|
2,4
|
157 ml
|
4 cm (M)
|
3 helai (M)
|
M
|
|
SNO
|
2,4
|
20 ml
|
5 cm (M)
|
4 helai (M)
|
M
|
|
SNP
|
2,4
|
17 ml
|
4,2 cm (M)
|
3 helai (M)
|
M
|
|
BNO
|
2,4
|
38 ml
|
8 cm
|
6 helai
|
16 g
|
|
BNP
|
2,4
|
50 ml
|
2,5 cm (M)
|
3 helai (M)
|
M
|
|
3
|
KNO
|
2,1
|
8,5 ml
|
6,3 cm
|
4,3
helai
|
7 g
|
KNP
|
2,25
|
14,2 ml
|
5,1 cm
|
3,6
helai
|
4 g
|
|
SNO
|
2,4
|
18,5 ml
|
5,5 cm
|
4
helai
|
4 g
|
|
SNP
|
2,4
|
10 ml
|
5,08 cm
|
4,5
helai
|
3 g
|
|
BNO
|
2,3
|
37,4 ml
|
6,83 cm
|
4,6
helai
|
13 g
|
|
BNP
|
2,3
|
82 ml
|
5,7
cm
|
4,1
helai
|
10 g
|
|
4
|
KNO
|
2,3
|
420 ml
|
3,5cm
|
4 helai
|
16 g
|
KNP
|
2,2
|
470 ml
|
4,5 cm
|
4 helai
|
8 g
|
|
SNO
|
2,4
|
250 ml
|
4 cm
|
3 helai(M)
|
M
|
|
SNP
|
2,4
|
120 ml
|
3,7 cm
|
3 helai
|
15 g
|
|
BNO
|
2,35
|
250 ml
|
3 cm
|
3 helai
|
20 g
|
|
BNP
|
2,4
|
120 ml
|
4,5cm
|
3 helai
|
58 g
|
|
5
|
KNO
|
2,5
|
137,1 ml
|
3,9 cm (M)
|
3 helai (M)
|
10,5 g
|
KNP
|
2,5
|
202.8 ml
|
3,5 cm (M)
|
3 helai (M)
|
96 g
|
|
SNO
|
2,5
|
51,4 ml
|
2 cm (M)
|
3 helai (M)
|
106 g
|
|
SNP
|
2,4
|
54,2 ml
|
3,6 cm (M)
|
3 helai (M)
|
111 g
|
|
BNO
|
2,5
|
148,5 ml
|
3,7 cm (M)
|
3 helai (M)
|
80 g
|
|
BNP
|
2,5
|
68,5 ml
|
3,2 cm (M)
|
3 helai (M)
|
100 g
|
|
6
|
KNO
|
2,3
|
210 ml
|
4 cm (M)
|
4 helai (M)
|
2 gram
|
KNP
|
2,5
|
420 ml
|
3cm (M)
|
3 helai (M)
|
M
|
|
SNO
|
2,5
|
40 ml
|
3 cm (M)
|
3 helai (M)
|
2 gram
|
|
SNP
|
2,4
|
10 ml
|
4 cm (M)
|
4 helai (M)
|
M
|
|
BNO
|
2,4
|
50 ml
|
3 cm (M)
|
3 helai (M)
|
5 gram
|
|
BNP
|
2,4
|
200 ml
|
3 cm (M)
|
3 helai (M)
|
75 gram
|
Tabel rata-rata penambahan air tiap perlakuan
KNO
|
KNP
|
SNO
|
SNP
|
BNO
|
BNP
|
173.9167
|
247.5667
|
64.35833
|
50.56333
|
107.42
|
95.265
|
Tabel rata-rata berat basah hasil panen
KNO
|
KNP
|
SNO
|
SNP
|
BNO
|
BNP
|
7.833333
|
7.833333
|
29.525
|
15.06389
|
22.95
|
49
|
4.2 Pembahasan
Dari praktikum rekayasa media tanam yang dilaksanakan proses
pengambilan tanah untuk media tanam diawali dengan memilih area yang memiliki
tanah yang baik dan bisa diambil untuk media tanam terlebih dahulu. Penganbilan
tanah dilikukan di lahan agroteknopark Universitas Jember dengan cara melakukan
pembersihan terlebih dahulu, yaitu sebelum biambil tanahnya permukaan tanah
dibersihkan dari gulma dan benda-benda yang tidak berguna, misalnya batu, dll.
Setelah proses pembersihan selesai pengambilan tanah dilakukan dengan mencangkul
tanah agar tanah menjadi gembur sebelum dimasukkan kedalam wadah, setelah
proses tersebut selesai maka dilanjutkan dengan memasukkan tanah yang sudah
gembur kedalam wadah, pada praktikum ini wadah yang digunakan adalah sak atau
karung. Setelah tanah berada didalam wadah atau sak, tanah tersebut dibawa
ketempat pengeringan. Proses pengeringan dilakukan dengan prinsip kering angin,
yaitu dengan cara mengeringkan dengan angina tanpa menggunakan sinar matahari,
biasanya dilakukan didalam ruangan dan bisa menggunakan bantuan kipas angina.
Proses ini berlangsung selama 7 hari atau sesuai jenis dan kondisi tanah serta
faktor eksternal seperti kondisi tempat dan alat bantu yang digunakan.
Pencampuran media atau
pengkomposisian media dilakukan dengan cara mencampur media sesuai takaran,
proses penakaran yang digunakan bisa dengan cara menimbang sesuai formulasi
atau dengan menggunakan alat penakar misal, timba, pot, dll. Setelah proses
penakaran dilakukan, pencampuran dilakukan dengan cara mencampur media tersebut
dengan mixer atau dengan cara manual yaitu dengan tangan sampai merata. Tanah
yang digunakan adalah tanah kering angin yang lolos ayakan 2 mm. Perbandingan
komposisi yang digunakan yaitu ;
No
|
Perlakuan
|
Komposisi
|
1
|
KN0
|
2 kg tanah
|
2
|
KNP
|
2 kg tanah + 5 gr pupuk
|
3
|
SN0
|
2 kg tanah + 100 gr sekam
|
4
|
SNP
|
2 kg tanah + 100 gr sekam + 5 gr pupuk
|
5
|
KN0
|
2 kg tanah + 100 gr bahan organik
|
6
|
KNP
|
2 kg tanah + 100 gr bahan organic + 5 gr
pupuk
|
Pembuatan media menjadi kapasitas
lapang dilakukan dengan cara menambahkan air diiringi dengan pengadukan media
atau mixer sampai kondisi media bisa dikatakan kapasiatas lapang, yaitu lembab
namun tidak ada air tergenang. Kapasitas penambahan air untuk mencapai
kapasitas lapang tergantung dari jenis media, jumlah media dan kondisi media.
Pada praktikum yang dilakukan penambahan air untuk mencapai kapasitas rata-rata
± 400 mililiter.
Berdasarkan hasil pengamatan setiap
perlakuan memiliki perlakuan yang berbeda baik kapasitas lapang maupun dosis
pemberian air. Dari hasil praktikum dapat diperoleh data pemberian air setiap
komposisi media sebagai berikut ;
Grafik pemberian air tiap
perlakuan
Grafi
rata-rata pemberian air tiap perlakuan
Berdasarkan grafik diatas dapat
diperoleh hasil bahwa komposisi media yang membutuhkan air paling banyak adalah
KNP yaitu dengan rata-rata 147,6 ml sedangkan yang terkecil yaitu SNP dengan
rata-rata 50, 6 ml, sedangkan untuk KNO, SNO, BNO dan BNP rata-ratanya secar berurutan adalah
174, 64,4 , 107,4 dan 95,3. Hal tersebut
menunjukkan bahwa kemampuan SNO dan SNP dalam menyimpan air lebih besar dan
semakin kecil pada BNP dan BNO serta yang memiliki kapasitas penyimpanan air
yang terkecil yaitu KNO dan KNP. Hal tersebut dikarenakan pada media arang
sekan + tanah memiliki pori lebih besar sehingga ruang penyimpanan air lebih
besar, dan media ini tergolong media yang paling lama kering serta memiliki
porositas dan aerasi yang baik, sehingga air yang diberikan dapat diserap dengan
optimal oleh media tersebut untuk menyuplai kebutuhan tanaman. Sedangkan pada
bahan organic + tanah, memiliki kebutuhan air yang lebih banyak hal tersebut
dikarenakan media tersebut lebih didominasi oleh tanah, padahal tanah yang
digunakan tergolong memiliki kelekatan tinggi, sehingga pori lebih kecil dan
lebih sulit meresapkan air serta memiliki aerasi lebih buruk. Sedangkan untuk
media yang membutuhkan air paling banyak adalah tanah saja, hal tersebut
dikarenakan media tanah memiliki kelekatan lebih tinggi karena tanah yang
digunakan sedikit bersifat lempung dan memiliki kelekatan yang tinggi sehingga
air lebih sulit masuk dan sehingga sebagian air ada yang menguap dan tumpah.
Rendahnya daya resap air tersebut dikarenakan tanah memiliki pori lebih kecil
jika bibandingkan sekam dan bahan organik.
Dari data hasil praktikum yang
dilakukan, pada proses pemanenan hiperoleh hasil dari produktifitas tiap
perlakuan sebagai berikut ;
Grafik
berat basah hasil pemanenan dari masing- masing perlakuan
Grafi
rata-rata berat basah tiap perlakuan
Dari data diatas dapat diperoleh
hasil bahwa media yang memiliki produktifitas terbaik adalah BNP yaitu dengan
rata-rata 49 gram lalu semakin kecil BNO 22.95,
SNO 29,52, SNP 15,06, serta 7,8
untuk KNO dan KNP. Hal tersebut dikarenakan pada BNP memiliki mikroorganisme
yang lebih baik karena sifat bahan organic yang banyak mengandung
mikroorganisme serta ditambah dengan pupuk yang membantu asupan unsur hara
esensial bagi tanaman, serta menurun pada BNO karena tidak ditanbahkan asupan
pupuk. Pada SNP dan SNO lebih kecil dari BNO namun lebih baik dari KNO dan KNP
karena media ini memiliki mikroorganisme lebih sedikit, namun lebih baik dari
KNO maupun KNP karena sekam memiliki aerasi serta penyerapan unsur hara dan air
lebih baik dari KNO dan KNP. Sedangkan pada KNO dan KNP memiliki hasil terburuk
karena media sulit ditembus akar serta memiliki aerasi yang buruk dan lebih
sulit meloloskan air maupun pupk yang biberikan.
Dalam pembuatan media tanam maupun
budidaya tanaman sawi ada beberapa hal yang penting diantaranya, dalam
pembuatan media harus dipilih media yeng steril yaitu, bebas dari gulma maupun,
pencampuran media yaitu, komposisi yang digunakan harus sesuai takaran serta
pemberian aia harus sesuai kapasitas lapang. Sedangkan dalam budidaya tanaman
sawi salah satu faktor penting yang perlu diperhatikan yaitu perawatan,
perawatan tersebut terdiri dari ;
a.
Penyiraman,
penyiraman harus sesuai dengan kebutuhan media yaitu kapasitas lapang.
Penambahan air yang berlebihan akan berdampak pada banjirnya media tanam,
sedangkan kekurangan air dapat menyebabkan tanaman menjadi layu fusarium.
b.
Pengendalian
OPT, pengendalian OPT diantaranya dilakukan dengan cara membersihkan media dari
gulma agar tidak menjadi pesaing bagi tanaman budidaya. Sendankan untuk hama
dan penyakit dilalukan dengan cara menyesuaikan dengan kondisi gejala (pada
penyakit) atau jenis hama.
c.
Perawatan
media, dilakukan dengan cara menjaga agar media tetap gembur, jika media mulai
padat maka media digemburkan dengan cara mencongkel tanah dengan catatan tidak
mengganggu dan tidak merusak tanaman.
d.
Pemupukan,
proses pemupukan harus disesuaikan dengan kebutuhan tanaman karena kurangnya
pupuk dapat menyebabkan tanaman menjadi kering dan mati karena tidak adanya
unsuh hara yang dibutuhkan tanaman. Gejala tanaman kekurangan pupuk misalnya
pupuk N adalah daun menjadi menguning dimulai dari dahan daun dan akhirnya
kering sehingga mati. Sedangkan untuk pemberian pupuk yang berlebihan selain
boros sehingga menambah biaya produksi, pemberian pupuk berlebihan tersebut
juga dapat berdampak buruk bagi tanaman karena daun tanaman dapat menjadi
kering dan mati. Serta pemberian pupuk kimia secara berlebihan juga dapat
memberikan efek buruk bagi tanah, karena pupuk kimia memiliki residu yang dapat
membunuh mikroorganisme dalam tanah.
BAB.5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang dilakukan diperoleh
beberapa kesimpulan, antara lain yaitu ;
1. Media yang memiliki produktifitas
terbaik adalah bahan organic+tanah, namun akan semakin baik jika ditambah
pupuk, lalu semakin kecil pada sekam+tanah dan yang terburuk pada tanah saja.
2. Dalam budidaya tanaman selain media
perawatan merupakan salah satu hal penting dalam menentukan keberhasilan, misal
penyiraman, pemupukan dan pengendalian gulma.
3. Media sekam+tanah memiliki aerasi dan
porsitas baik sehingga memiliki kemampuan menahan air lebih baik, sehingga dosis
air lebih seidkit.
4. Media tanah memiliki produktifitas
terburuk, serta memerlukan air lebih banyak.
5.2
Saran
Agar diperoleh data yang akurat sebaiknya pemberian air atau
penyiraman dilakukan dengan hati-hati agar tidak lebih atau kurang dari
ketentuan kapasitas lapang. Sebaiknya dalam pembuatan media menjadi kapasitas
lapang dilakukan dengan hati-hati agar tidak banjir.
DAFTAR PUSTAKA
Djajadi, Dkk.
2010. Pengaruh Media
Tanam Dan Frekuensi Pemberian Air Terhadap Sifat Fisik, Kimia Dan Biologi Tanah
Serta Pertumbuhan Jarak Pagar. Jurnal
Littri Vol. 16 No. 2, Juni 2010 : 64 – 69.
Fatimah, Siti, Dkk. 2008. Pengaruh Komposisi Media
Tanam Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Sambiloto (Andrographis
Paniculata, Nees). Embriyo Vol.5 No.2.
Hanum,
Chairani. 2008. Teknik Budidaya Tanaman.
Jakarta : Depdiknas.
Haryanto,
Eko, Dkk. 2008. Sawi Dan Selada.
Jakarta : Penebar Swadaya.
Nurwandani,
Paristiyanti. 2008. Teknik Pembibitan
Tanaman Dan Produksi Benih. Jakarta : Depdiknas.
Nusifera,
Sosiawan. 2001. Respon Tanaman Sawi (Brassica Juncea L.) Terhadap Pupuk Daun
Nutra-Phos N Dengan Konsentrasi Bervariasi. Jurnal
Agronomi 8 (1) : 27-29.
Setiawan,
Eko. 2009. Pengaruh Empat Macam Pupuk Organic Terhadap Pertumbuhan
Sawi(Brassica Juncea L). Embryo Vol 6. No.1.
Susila,
Anas, D. 2006. Panduan Budidaya Tanaman
Sayuran. Bogor : IPB.