UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
LABORATURIUM PRODUKSI
TANAMAN
LAPORAN PRAKTIKUM
NAMA : REZKI HERU ADITYA
NIM : 111510501122
GOL/ KELOMPOK : SELASA / 6
ANGGOTA :
ACARA :
HAMBATAN PERKECAMBAHAN BENIH AKIBAT DORMANSI DAN UPAYA
PEMATAHANNYA
TANGGALPRAKTIKUM : 27 MARET 2012
TANGGALPENYERAHAN : 10 APRIL 2012
ASISTEN :1. DEDI EKO S
2. FRENGKI HERMAWAN P.
3. MEIDA WULANDARI
4. NOVITA FRIDA S.
5. HAIKAL WAHONO
6. IFTITAH FIKA
7. AHMAD NUR
8. AKHMAD TAUFIQUL
9. DYAH AYU S
10. FIKA AYU S
11. HERLIA PUTRI
12.RAAFLUQMAN SYAH
13.KIKI ULFANIAH
BAB
1. PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Pada
dasarnya tumbuhan melakukan perkembangbiakan baik secara alami maupun dengan
teknologi manusia. Perkembangbiakan pada setiap spesies tanaman memiliki ciri
dan metode tertentu.Ada tanaman yang berkembangbiak dengan cara generatif
dan ada juga yang berkembangbiak dengan
cara vegetatif. Perkembangbiakan secara vegetatif dapat dilakukan dengan cara
memanfaatkan salah satu bagian tanaman, misalnya berasal dari batang, akar,
daun, dan lain-lain yang nantinya akan ditunbuhkan menjadi tanaman baru yang
memiliki sifat tertentu. Sedangkan perkembangbiakan secara generatif umumnya
berasal dari biji yang sudah terseleksi atau disebut benih.
Dalam memperbanyak tanaman secar generatif sering mengalami banyak hambatan, misalnya
saja benih mengalami dormansi. Dormansi benih berhubungan dengan fase dimana
benih menunda perkecambahannya, hingga waktu dan kondisi lingkungan
memungkinkan untuk melangsungkan proses tersebut, yang biasanya terjadi pada
kulit biji maupun pada embro.
Adanya
dormansi merupakan salah satu masalah besar pada persemaian, karena fase ini
dapat terjadi selama beberapa hari,
bulan, musim, bahkan sampai beberapa tahun tergantung dari sepesies tanamannya
dan tipe dormansinya. Di lain sisi dormansi dapat menjadi keuntungan karena
pada fase ini bibit dapat bertahan lama sehingga lebih mudah
dalam proses penyimpanan jenis benih dengan tipe tersebut. Pemahaman akan
dormansi benih merupakan hal mendasar dalam usaha pembiakan tanaman dormansi
atau dikenal dengan fase peristirahatan pada benih bisa dihentikan atau
dipercepat dengan memberi perlakuan tertentu pada benih menjelang persemaian.
Dengan berhentinya fase dormansi tersebut benih tanaman tersebut bisa produtif
dan dapat berkecambah lagi sehingga tidak perlu menunggu sampai fase dormansi
benih selesai dan dapat mempercepat waktu bedidaya tanaman tersebut.
1.2.
Tujuan
1. Untuk
mengetahui dan mempelajari hambatan perkecambahan benih akibat dormansi
fisioligis benih.
2. Untuk
mengetahui dan membandingkan beberapa cara pematahan dormansi.
BAB
2. TINJAUAN PUSTAKA
Perkecambahan biji adalah proses pertumbuhan embrio dan komponen-komponen biji yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh secara normal menjadi tanaman
baru. Perkecambahan biji ditentukan oleh faktor dalam dan
faktor luar. Faktor dalam yang dikontrol oleh genetik tanaman menentukan mudahtidaknya atau cepat-lambatnya perkecambahan. Beberapa faktor
luar yang berpengaruh terhadap perkecambahan antara lain temperatur, kelembapan dan sinar matahari. Sedangkan
yang termasuk faktor dalam adalah persediaan cadangan makanan dan kandungan hormon dalam biji. Komponen biji
adalah struktur lain di dalam biji yang merupakan bagian kecambah, seperti
calon akar (radicle), colon daun/batang (plumule) dan
sebagainya. Sebelum embrio memulai aktivitasnya, selalu didahului dengan proses fisiologis hormon dan enzim. Dengan
demikian, ada dua jenis aktivitas di sini, yaitu aktivitas mor-fologi dan
aktivitas kimiawi. Aktivitas morfologi ditandai dengan pemunculan organ-organ tanaman seperti akar, daun dan
batang. Sedangkan aktivitas kimiawi diawali dengan aktivitas
hormon dan enzim yang menyebabkan
terjadinya perombakan zat cadangan makanan
seperti karbohidrat, protein, lemak dan sebagainya. (Ashari, 1995)
Biji yang memenuhi kriteria tertentu dapat
dijadikan benih. Benih tanaman yang ditumbuhkan pada media semai yang
mengandung air akan tumbuh dan berkembang menjadi bibit. Pertumbuhan bibit
sangat tergantung pada cadangan makanan di dalam benih (endosperm). Cadangan
makanan dalam benih adalah karbohidrat, lemak dan protein. Benih yang
ditumbuhkan pada media semai akan melakukan proses perkecam-bahan
(germination). Perkecambahan benih sangat dipengaruhi oleh viabilitas benih dan
lingkungan yang cocok untuk pertumbuhan dan perkem-bangan bibit. Benih yang
sedang berkecambahan sangat peka ter-hadap penyakit tanaman dan gangguan fisik
sehingga selama proses ini sangat memerlukan perlindungan (proteksi).
Perlindungan kecambah atau bibit muda sebaiknya dilakukan dengan memasang
pelindung berupa naungan dari plastik atau paranet. Naungan berfungsi seba-gai
pelindung kecambah dan bibit muda dari sengatan sinar mata-hari, dan organisme
pengganggu tanaman (Nurwandani, 2008).
Dormansi benih dapat disebabkan
antara lain adanya impermeabilitas kulit benih terhadap air dan gas
(oksigen),embrio yang belum tumbuh secara sempurna, hambatan mekanis kulit
benih terhadap pertumbuhan embrio, belum terbentuknya zat pengatur tumbuh atau
karena ketidakseimbangan antara zat penghambat dengan zat pengatur tumbuh di
dalam embrio. Ekstraksi buah dapat mempercepat pembusukan buah dan merangsang
proses fisiologi perkecambahan menyebabkan lunaknya kulit benih sehingga
memudahkan imbibisi. Ekstraksi buah dilakukan dengan cara menyimpan buah pada
kondisi lembab yang bertujuan untuk memudahkan terlepasnya benih aren dari
buah, mengurangi atau menghilangkan asam oksalat yang terdapat pada bagian
endosperm buah. Disamping itu ekstraksi buah dapat mengurangi senyawa-senyawa
penghambat perkecambahan dan meningkatkan kemampuan benih untuk mengabsorbsi
air (Saleh, 2004).
Dormansi mata tunas merupakan mekanisme adaptasi tanaman terhadap perubahan
kondisi Iingkungan dan merupakan ritme pertumbuhan sebagai manifestasi dari
ritme endogen. Dalam kaitannya dengan pemacuan pertumbuhan dan upaya
memperpendek periode tanaman belum menghasilkan Guvenile) pada tanaman manggis,
maka perlu ditemukan teknik untuk memperpendek periode dormansi. Upaya tersebut
dapat dilakukan dengan baik apabila sudah dipahami ritme pertumbuhan tunas dan
akat yang telah diketahui mempunyai hubungan fisiologi yang sangat erat. Oleh
karena itu perlu diamati lamanya periode dormansi dan trubus, serta interval
trubus. Juga perlu diamati pola pertumbuhan tunas dan akar manggis seedling
selama periode dorman dan trubus tersebut (Hidayat, 2005).
Imbibisi adalah tahap pertama yang
sangat penting karena menyebabkan peningkatan kandungan air benih yang
diperlukan untuk memicu perubahan biokimiawi dalam benih sehingga benih
berkecambah . Jika proses ini terhambat maka perkecambahan juga akan terhambat.
Terhambatnya imbibisi menyebabkan perkecambahan benih berlangsung cukup lama
dan saat perkecambahan tidak serentak. Dalam budidaya tanaman, hal tersebut
menyebabkan proses pembibitan tidak efisien baik dalam hal pendanaan, alokasi
tenaga, waktu dan pemakaian tempat serta menyebabkan variabilitas dalam
pertumbuhan bibit. Untuk mengatasi hal tersebut diperlukan berbagai penelitian
yang mengarah pada pematahan dormansi benih aren (Widyawati, 2009).
BAB
3. METODE PRAKTIKUM
3.1. Tempat dan waktu
Acara
praktikum Hambatan
Perkecambahan Benih Akibat Dormansi dan Upaya Pematahannya bertempat di Laboratorium Produksi
Pertanian Jurusan Agronomi
Fakultas Pertanian Universitas Jember pada tanggal 27 maret 2012 pukul 14.00 WIB sampai selesai.
3.2.
Bahan
dan alat
3.2.1. Bahan
Adapun
bahan-bahan praktikum meliputi:
a. Benih
padi yang baru dipanen
b. Benih
padi yang lebih 10 minggu setelah dipanen
c. Larutan
KNO3 atau H2O2
d. Kertas
merang
3.2.2. Alat
Beberapa alat yang
diperlukan, antara lain:
a.
Alat pengecambah
b.
Pinset
c.
Inkubator
d.
Gelas ukur
e.
Gelas piala
3.3.
|
1.
|
2.
Membuat larutan KNO3 3% atau
H2O2 0,5% dengan cara pengenceran.
3.
Benih dipatahkan dormansinya dengan
perlkuan sebagai berikut:
a)
Benih tanpa perlakuan (kontrol).
b)
Benih direndam dalam air selama 24 jam.
c)
Benih dikeringkan dahulu di dalam inkubator
bersuhu 40°C selama
3-5 hari.
d) Benih
ditanam di atas substrat ketas merang yang telah dilembabkan
dengan KNO3
3% atau H2O2 0,5%
4.
Benih yang telah mendapatkan perlakuan
di atas ditanam dengan metode UKDdp dengan cara:
a)
Menghamparkan selembar plastik
transparan tipis ukuran 20x 30 cm.
b)
Menyiapkan 3-4 lembar kertas merang
lembab ukuran 20 x 30 cm dan letakkan terhampar di atas lembar plastik tadi.
c)
Tanam 25-50 butir benih padi di atas
substrat dengan cara menyusun secara baris dalam bentuk berselang-seling (gigi
walang).
d)
Menutup substrat yang telah ditanami
dengan 2-3 lembar kertas lembab lainnya.
e)
Menggulung substrat yang telah ditutupi
(beri label perlakuan) dan tempatkan hasil gulungan dengan posisi vertikan
dalam alat pengecambah.
5. Jangan
lupa untuk selalu menjaga kelembapan substrat setiap saat.
BAB 4. HASIL DAN
PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Perlakuan
|
Ul
|
Perkecambahan %
|
|||||
Hari ke-3
|
Hari ke-7
|
||||||
Normal
|
Mati
|
Normal
|
Abnormal
|
Mati
|
|||
Benih baru dipanen (dormansi)
|
Kontrol
|
1
2
3
|
19
12
25
|
-
-
-
|
5
4
7
|
1
4
2
|
24
14
19
|
Direndam air
|
1
2
3
|
23
11
25
|
-
-
-
|
24
11
13
|
2
2
10
|
4
12
2
|
|
Di oven
|
1
2
3
|
14
7
25
|
-
-
-
|
3
18
20
|
1
5
7
|
6
1
3
|
|
KNO3
|
1
2
3
|
5
2
25
|
-
-
-
|
27
3
3
|
1
6
2
|
22
17
15
|
|
Benih lebih 10 minggu setelah panen (tanpa
dormansi)
|
Kontrol
|
1
2
3
|
-
1
-
|
-
-
-
|
1
21
-
|
1
-
-
|
23
4
25
|
Direndam air
|
1
2
3
|
3
12
-
|
-
-
-
|
2
22
,
|
-
-
-
|
23
3
25
|
|
Di oven
|
1
2
3
|
1
22
3
|
-
-
-
|
-
22
15
|
1
-
2
|
24
3
8
|
|
KNO3
|
1
2
3
|
-
1
-
|
-
-
-
|
-
2
-
|
2
-
-
|
23
23
25
|
4.2
Pembahasan
Berdasarkan data hasil
pengamatan diketahui benih padi yang baru panen perlakuan perendaman dengan air
lebih cepat mematahkan dormansi daripada perlakuan dengan control, oven maupun direndam
dengan larutan KNO3, dikarenakan air dapat masuk dan melunakkan kulit benih
sehingga dapat memunculkan kecambah, benih padi yang baru dipanen merupakan
benih yang paling baik digunakan dalam perkecambahan, karena benih masih dalam
keadaan produktif.
Dari perhitungan
kecepatan berkecambah dan daya berkecambah pada padi yang aru dipanen direndam
air memiliki presentase 65,3%, sedangkan dengan perlakuan control 62%, oven 51%
dan dengan larutan KNO3 34,4%. Sedangkan daya berkecambah padi baru dengan oven
77,6%, control 25,3%, air 68,6% dan dengan larutan KNO3 28,6%.
Untuk mematahkan dormansi terdapat tiga metode
pematahan dormansi, yaitu cara mekanis, fisiologis, dan kimia . Dormansi pada
benih dapat dipatahkan dengan cara mematahkan dormansi benih sebagai berikut:
1. Secara
Fisik
Menggosok
kertas amplas tepat pada bagian titik tumbuh sampai terlihat bagian embrionya.
2.
Secara Kimia
Dilakukan
perendaman pada larutan kimia yaitu KNO3, HCl, H2SO4 dan hormon
Giberelin/Giberelat (GA3).
3. Perlakuan perendaman
dengan
4. Menyesuaikan
temperatur
Pematahan dormansi fisiologis
dilakukan dengan merendam benih dalam larutan KNO3. Larutan KNO3 berfungsi menstimulir
perkecambahan khususnya pada benih-benih yang peka terhadap cahaya. Perlakuan
KNO3 akan efektif
pada jenis benih ortodoks. Benih
ortodoks adalah benih yang membutuhkan kondisi lingkungan dengan RH rendah. Larutan KNO3 juga dapat meningkatkan
peran giberalin dalam perkecambahan benih
. Cara mekanis seperti
skarifikasi fisik dan asam, biasanya digunakan pada benih-benih yang
inpermeabel terhadap air dan gas karena kekerasan kulit benihnya, metode yang
digunakan dengan cara mekanis seperti dengan cara perendaman benih agar benih
yang ditanam menyerapa air dan oksigen sehingga akan mempercepat proses perkecambahan.
Benih padi yang baru dipanen
akan mengalami dormansi karena jika ditinjau dari segi fisiologis, embrio
masih berbentuk rudiment atau belum masak. Kondisi dormansi dibawa sejak benih
masak secara fisiologis ketika masih berada pada tanaman induknya atau mungkin
setelah benih tersebut terlepas dari tanaman induknya. Dormansi pada benih
dapat disebabkan oleh keadaan fisik dari kulit biji yang memilki senyawa
penghambat tumbuh dan keadaan fisiologis dari embrio atau bahkan kombinasi dari
kedua keadaan tersebut.
BAB 5. PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Dari percobaan
perkecambahan benih pada dapat disimpulkan bahwa dormansi dapat dipatahkan
melalaui cara mekanik, fisiologi dan kimia. Dormansi pada benih dapat
disebabkan oleh keadaan fisik dari kulit biji yang memilki senyawa penghambat
tumbuh dan keadaan fisiologis dari embrio atau bahkan kombinasi dari kedua
keadaan tersebut.
5.2 Saran
Sebaiknya
dalam mematahkan dormansi benih dilakukan sesuai perlakuan atrau jenis benih
untuk menyesuaikan kulit.
Daftar
Pustaka
Ashari,
S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya.
Jakarta.Universitas
Indonesia.
Hidayatl, Ramdan, Dkk.2005. Kajian Periode
Dormansi Dan Ritme Pertumbuhan Tunas Dan Akar Tanaman Manggis (Garcinia
Mangostana L.). Bogor :IPB. Bul. Agron. (33) (2) 16 - 22 (2005).
Nurwardani, Paristiyanti.2008. Teknik
Pembibitan Tanaman Dan Produksi Benih.Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.
Saleh, Salim, M.2004. Pematahan Dormansi Benih Aren Secara Fisik
Pada Berbagai Lama Ekstraksi Buah. UNTAD. Jurnal Agrosains 6(2): 79-83.
Widyawati,
Nugraheni.2009. Permeabilitas Dan Perkecambahan Benih Aren (Arenga Pinnata (Wurmb.)
Merr.)..Yogyakarta : UGM. J. Agron. Indonesia 37 (2) : 152 – 158.
No comments:
Post a Comment