LAPORAN
TEKNIK MEDIA TANAM JURUSAN HPT
UJI BIOLOGI NEMATODA DAN PATOGEN DALAM
TANAH
NAMA : REZKI HERU ADITYA
NIM : 111510501122
GOL/KELAS : JUM’AT / C
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2012
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam
budidaya tanaman baik tanaman tahunan maupun tanaman semusim, ada beberapa
beberapa faktor penting yang harus diperhatikan, diantara faktor-faktor
tersebut, yang sering kita jumpai salah satunya adalah fakor hama penyakit
tanaman. Penyakit tanaman tersebut bisa berasal dari berbagai macan organisme
penyakit tanaman. Organisme penyakit tanaman tersebut bisa berasal dari
berbagai aspek misal terbawa oleh angin, air dan media tanam. Salah satu
penyebab penyakit adalah media tanam yang tidak bebas OPT.
Pada dasarnya media tanam merupakan
tempat dimana tanaman tersebut akan tumbuh dan menjalankan siklus hidupnya.
Media tanam juga merupakan salah satu faktor penting yang menentukan
pertumbuhan tanaman, karena media tanam berkaitan dengan ketersediaan nutrisi,
pertumbuhan akar serta organisme penyakit tanaman. Oleh karena itu jenis dan
sifat media tanam, baik media tanam dari tanah maupun nontanah sangat
berpengaruh terhadap baik atau tidaknya pertumbuhan tanaman. Media tanam akan
membantu pertumbuhan tanaman apabila media tersebut memiliki sifat kimia maupun
fisik yang sesuai, namun media tersebut juga dapat menjadi penghambat
pertumbuhan tanaman apabila media tersebut tidak steril dari organisme penyakit
tanaman.
Selain menjadi tempat tumbuh bagi
tanaman, pada media tanam juga terdapat organisme pengganggu tanaman baik
jamur, nematoda dan patogen. Sehingga dengan demikian untuk memperoleh
produktifitas tanaman yang optimal tanpa adanya gangguan dari nematoda maupun
patogen tanah, diperlukan upaya pencegahan terjadinya serangan hama dan
penyakit yang disebakan oleh media tanam yang kurang baik, maka sebelum
melakukan proses budidaya tanamam, media tanam yang digunakan harus benar-benar
dipersiapakan. Persiapan tersebut bertujuan untuk mensterilkan atau memilih
media yang baik agar tidak timbul masalah oleh adanya hama dan penyakit yang
berasal dari media tanam yang digunakan.
Berbagai macam masalah yang ditimbulkan oleh nematoda dan patogen tanah
tersebut antara lain terjadi perubahan fisik dari tanaman, pertumbuahan yang
tidak optimal serta kematian pada tanaman. Sehingga dalam budidaya
tanaman dilakukan berbagai macam cara pengendalian, baik dengan menggunakan
energi panas, seperti sterilisasi tenaga surya, sterilisasi uap dan sterilisasi
dengan perlakuan air panas, atau dengan cara menyangrai media tanam. Namun
beberapa cara sterilisasi, salah satunya sterilisasi sederhana memerlukan
banyak tenaga kerja untuk proses memindahkan tanah dari dan ke dalam tempat
proses sterilisai. Hal tersebut dikarenakan wadah sterilisai tersebut umumnya
ditempatkan pada bangunan atau leb yang terpisah dari lahan. Sehingga
diperlukan biaya tambahan untuk proses ini. Oleh karena itu diperlukan metode
lain yang lebih mudah dan tidak terlalu banyak membebani pada biaya produksi.
Salah satu medote atau cara lain
yang dapat digunakan digunakan adalah dengan uji biologi media tanam. Dengan
metode ini dapat diketahui tingkat kesterilan media dari organisme penyakit
tanaman tanpa adanya biaya yang membebani pada modal budidaya. Metode ini
adalah metode pengujian yang dilakukan pada media tanam dengan menggunakan
tanaman sebagai indikator. Pengujian dilakukan berdasarkan gejala yang
ditimbulkan oleh nematoda dan patogen tanah yang nampak pada tanaman indikator.
Dalam praktikum ini tanaman yang digunakan adalah tanaman tomat.
1.2 Tujuan
Tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah agar
praktikan mengerti dan memahami cara melakukan uji biologi nematoda dan patogen
pada media tanam, serta mengetahui gejala serangan dan cara pengendaiannya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Menurut PP Nomor 6 tahun 2005
tentang Perlindungan Tanaman, terdapat beberapa diskripsi diantaranya adalah
perlindungan tanaman dilaksanakan pada masa pra tanam, masa pertumbuhan tanaman,
dan atau masa pasca panen. Perlindungan tanaman dari OPT pada masa pra tanam
dilaksanakan sejak penyiapan lahan atau media tumbuh lainnya sampai dengan
penanaman. Perlindungan tanaman dari OPT pada masa pertumbuhan tanaman
dilaksanakan sejak penanaman sampai dengan panen. (Nurwandani, 2008)
Media tumbuh tanaman merupakan
faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman untuk mendapatakan hasil
optimal. Media tumbuh yang baik diantaranya memiliki sifat fisik, dan kimia
yang baik, serta bebas OPT. sifat fisik diantaranya gembur dan mempunyai
kemampuan menahan air lama karena kondisi fisik tanah sangat penting untuk
berlangsungnya kehidupan tanaman mulai dari bibit hingga dewasa, media tanam
juga mempengaruhi adanya mikrorganisme pengganggu tanaman (Fatimah dkk, 2008).
Populasi berbagai jenis
mikroorganisme di dalam tanah, baik yang bermanfaat atau merugikan bagi
pertanian. Contohnya komunitas bakteri, fungi, alge, dan protozoa diketahui
berfungsi dalam aerasi tanah, meningkatkan ketersediaan unsur hara bagi
tanaman, mempertahankan struktur tanah, memurnikan air dari kontaminasi, dan
mendaur ulang unsur-unsur hara dan bahan organik yang bermanfaat bagi tanaman.
Namun demikian banyak juga mikroorganisme tanah yang merugikan bagi pertanian,
sehingga keberadaannya disebut sebagai patogen tular tanah. Patogen tular tanah
(soil-borne pathogens) merupakan kelompok mikroorganisme yang sebagian besar
siklus hidupnya berada di dalam tanah dan memiliki kemampuan untuk menginfeksi
perakaran atau pangkal batang, sehingga dapat menyebabkan infeksi dan kematian
bagi tanaman. Ciri-ciri utama dari patogen tular tanah adalah mempunyai stadia
pemencaran dan masa bertahan yang terbatas di dalam tanah, walaupun beberapa
patogen tular tanah ini dapat menghasilkan spora udara sehingga dapat memencar
ke areal yang lebih luas.(Hidayah dan Djajadi, 2009).
Suatu Patogen atau jasad renik (mikroba) mengambil bagian pada suatu
penyakit tumbuhan, maka pada umumnya dikatakan patogen atau penyebab penyakitnya. Padahal hal tersebut juga dipengaruhi keadaan luar yang telah lebih dulu mengadakan predisposisi, atau melemahkan tumbuhan sehingga tumbuhan dapat rusak, jadi mikroba itu bukan satu-satunya penyebab
penyakit. Penyakit tumbuhan merupakan
serangkain dari masalah bididaya tanaman (Semangun, 1993).
Beberapa
jenis penyakit pada tumbuhan dapat diketahui penyebabnya melalui pengamatan
dengan mata telanjang atau dengan menggunakan mikroskop. Namun ada beberapa
jenis penyakit yang disebabkan pathogen baik itu jamur dan bakteri yang patogennya
tidak dapat diidentifikasi dikarenakan patogen tersebut belum menghasilkan
struktur tubuh dan spora tertentu yang menjadi ciri khasnya dari pathogen
tersebut, sehingga dalam pengatan tidak dapat dikenali secara pasti. Bahkan
pada beberapa jenis patogen yang telah diketahuipun juga memerlukan proses isolasi
dari jaringan tumbuhan yang mengalami seranag patogen apabila ingin mengetahui
sifat, jenis serta kebiasaan patogen
tersebut (Tohari, 1992).
Patogen
tanaman dapat berupa jamur yaitu organisme yang umumnya berbentuk benang, dapat
menghasilkan spora. Intinya jelas dan dapat dilihat di bawah mikroskop dengan
pembesaran lensa 100-400 kali. Sedangkan bakteri adalah mikro-organisme yang
lebih kecil dari jamur, mempunyai sel tunggal atau berkoloni, berbentuk seperti
batang, koma atau rantai. Patogen yang lain adalah bakteri yaitu mikroba yang
dapat dilihat dengan pembesaran 100-1600 kali dan harus menggunakan minyak
emersi (Nurwandani, 2008).
Patogen yang terdapat di dalam tanah diantaranya adalah fungi dan
bakteri. Fungi atau jamur dapat memperbanyak diri dengan membentuk spora,
berkuntum atau secara fragmen. Pada fungi sporangiospora kerap dapat bergerak
karena bercemeti dan dinamakan zoospora. Sedangkan bakteri merupakan
kelompok mikroorganisme dalam tanah yang paling dominan dari biomassa mikroba
dalam tanah. Secara umum, profil horizon A terdiri dari lebih banyak
mikroorganisme daripada horizon B dan C. Dalam kondisi anaerob (tidak ada
oksigen), bakteri dapat mendominasi tempat dan melaksanakan kegiatan
mikrobiologi tanah. Karena jamur dan actinomycetes tidak dapat tumbuh baik
secara anaerob atau tanpa adanya oksigen (Rao, 1994).
Di
Indonesia rata-rata metode pengendalian OPT yang diterapkan tidak memperhatikan
kondisi lingkungan sekitar, khususnya tanah. Penggunaan pestisida sintesis yang
tidak bijaksana antara lain dapat memusnahkan mikroba berguna di dalam tanah,
sehingga patogen khususnya tular-tanah selalu ada dan menjadi masalah pada
setiap musim tanam. Salah satu patogen tular-tanah adalah jamur Fusarium oxysporium. Upaya penyehatan tanah secara hayati diperlukan
untuk mengembalikan tanah pada kondisi sehat, yaitu menurunkan populasi
tulartanah, dengan penambahan agensia hayati di tanah tersebut (Hastopo dkk,
2008).
III.
METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu Praktikum
Pelaksanaan
praktikum acara uji biologi adanya hama dan penyakit dalam tanah bertempat di
Laoratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan,
Fakultas Pertanian, Universitas Jember. Sedangkan waktu pelaksanaan praktikum
yaitu pada tanggal 27 April 2012, pukul 07.00- selesai.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1.
Bak pembibitan/Pot plastik
2.
Timba plastik
3.
Mikroskop
3.2.2 Bahan
1.
Media tanam
a.
Tanah
b.
Pasir + Bahan Organik
c.
Sekam +Pupuk + Bahan Organik
2.
Bibit Tomat (Sebagai tanaman indikator)
3.3 Cara Kerja
1.
Memasukkan beberapa macam media tanam kedalam timba
plastic/pot plastic masing-masing sesuai perlakuan dan jumlah mahasiswa
(kelompok mahasiswa)
2.
Menanami masing-masing timba plastic yang berisi media
tanam dengan tanaman indicator (bibit tomat), mendengarkan petunjuk asisten
juga
3.
Tanaman indicator dipelihara dengan baik agar tidak
mati dan setiap hari dilakukan pengamatan dan hitung jumlah tanaman yang
menunjukan gejala dan mendeskripsikan gejalanya untuk menyimpulkan penyebab
nematodanya
4.
Menumbuhkan tanaman terus sampai berumur 28 hari
setelah tanam
3.4 Pengamatan
1.
Mengamati adanya gejala atau hal lain yang timbul di
atas permukaan tanah misalnya tanaman layu, menguning, daun mengelintir, gulama
yang tumbuh dan lain-lain dilakukan setiap hari atau tiga hari sekali.
Selanjutnya tentukan penyebab penyakitnya berdasar pada gejala yang muncul
serta jenis-jenis gulama yang tumbuh
2.
Memasukkan data-data yang diperoleh ke dalam table
pengamatan kemudian cari kesimpulannya
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel hasil
pengamatan uji biologi selama 21 hari.
Media
|
U
|
Hari
ke-
|
||||||||
7
|
14
|
21
|
||||||||
Warna
daun
|
Kondisi
batang
|
Bentuk
tanaman
|
Warna
daun
|
Kondisi
batang
|
Bentuk
tanaman
|
Warna
daun
|
Kondisi
batang
|
Bentuk
tanaman
|
||
KNO
|
1
|
H
|
k
|
N
|
HK
|
k
|
N
|
HK
|
k
|
N
|
2
|
H
|
k
|
N
|
HK
|
k
|
N
|
HKK
|
k
|
N
|
|
3
|
H
|
k
|
N
|
HKK
|
k
|
N
|
HKK
|
k
|
N
|
|
4
|
H
|
k
|
N
|
BP
|
k
|
N
|
BP
|
k
|
N
|
|
SNO
|
1
|
H
|
k
|
N
|
BH
|
k
|
N
|
BCH
|
L
|
Ab
|
2
|
H
|
k
|
Ab
|
BH
|
k
|
Ab
|
BH
|
k
|
Ab
|
|
3
|
H
|
k
|
N
|
BP
|
L
|
N
|
BK
|
k
|
N
|
|
4
|
HCL
|
L
|
M
|
M
|
M
|
M
|
M
|
M
|
M
|
|
BNO
|
1
|
K
|
k
|
N
|
BP
|
L
|
Ab
|
M
|
M
|
M
|
2
|
HC
|
k
|
N
|
H
|
k
|
N
|
M
|
M
|
M
|
|
3
|
H
|
k
|
N
|
H
|
k
|
N
|
M
|
M
|
M
|
|
4
|
H
|
k
|
N
|
H
|
k
|
N
|
M
|
M
|
M
|
|
T.pisang
|
1
|
BK
|
k
|
N
|
BK
|
k
|
N
|
BCK
|
L
|
N
|
2
|
BK
|
k
|
N
|
BK
|
k
|
N
|
BCK
|
L
|
N
|
|
3
|
BK
|
k
|
N
|
BK
|
k
|
N
|
M
|
M
|
M
|
|
4
|
BK
|
k
|
N
|
BK
|
k
|
N
|
M
|
M
|
M
|
Keterangan :
HCL : Hijau
coklat layu BH: bercak hijau Ab: abnormal N:
normal BCH: bercak coklat hijau BK: bercak kuning BP: bercak putih K: keras
BCK: bercak coklat kuning BK:bercakkuning M : mati H: hijau
L : lunak
4.2 Pembahasan
Dari
praktikum yang dilaksanakan dengan indikator tanaman tomat gejala atau
timbulnya keganjalan pada tanaman muncul pada 6 hari setelah tanam, yaitu daun
yang semula berwarna hijau berubah menjadi bercak kuning (karat) pada semua
perlakuan dan semua ulanagn. Namun perubahan tidak terjadi pada kondisi batang
dan bentuk tanaman. Hal tersebut menunjukkan gejala bahwa tanaman mulai
terserang penyakit. Berdasarkan karakteristik serangannya, penyakit yang muncul pada tanaman
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
1.
Serangan
penyakit dipicu oleh kondisi lingkungan yang lembab. Gejala yang timbul biasanya bibit busuk. Penanganan secara mekanis dapat
dilakukan dengan penjarangan bibit, wiwil daun, serta pemindahan bibit ke open
area, dengan tujuan untuk mengurangi kelembaban.
2.
Serangan
penyakit dipicu oleh hujan malam hari/dini hari pada awal musim hujan (penyakit
embun upas).
Penyakit bercak daun Pestalotia muncul pada 6 HST tersebut merupakan awal kerusakan struktur daun tanaman. Gejala kerusakan diawali
dengan timbulnya bercak-bercak kuning padadaun, lalu meluas sehingga daun-daun
jarum tampak menguning (klorosis). Gejala lebih lanjut berupa mengeringnya
(nekrosis) daun-daun diawali dari pucuk daun jarum ke arah pangkal, dari bagian
daun bagian bawah kemudian menyebar.
Pada hari ke-6 setelah tanam sampai
dengan14 hari setelah tanam tidak ada perubahan gejala yaitu gejala masih tetap
pada daun yang berwarna kuning (bercak). Namun pada hari ke-15 sampai hari
ke-21 mulai ada gejala penyakit layu lunak pada batang dan bercak coklat karat
pada daun serta metinya beberapa tanaman. Penyakit layu atau busuk semai serangan penyakit
pada persemaian terjadi pada kondisi lingkungan yang lembab, biasanya pada
musim hujan.
Jadi
dari data yang diperoleh, pada tabel diatas secara
keseluruhan dapat dijelaskan bahwa pada setiap perlakuan menunjukkan indikasi
serangan penyakit yang berbeda. Jumlah tanaman mati terbanyak terdapat pada
media dengan perlakuan bahan organic+tanah (BNO), namun sebelum mati tanaman
tidak menunjukkan adanya gejala serangan penyakit, jadi faktor kematian
tersebut selain oleh patogen kemungkinan besar dapat dikarenakan juga oleh
faktor luar seperti perawatan yang tidak optimal. Sedangkan gejala penyakit paling banyak
ditemukan pada perlakuan KNO (tanah), hal terbut menunjukkan banyknya pathogen
pada media tersebut. Kemudian disusul oleh SNO (Sekam+tanah) dan tanah pisang.
Hal tersebut menunjukkan bahwa pada tanah terdapat berbagai macam patogen baik
yang berasal dari kondisim lingkungan, terbawa angin maupun jenis tanah yang
digunakan.
Penyebaran
penyakit dapat dibantu oleh angin yang didukung oleh kelembaban udara. Intensitas penyakit sangat dipengaruhi oleh tanaman terinfeksi
pada musim sebelumnya. Gejala Serangan tanaman layu dimulai dari pucuk (daun
muda) menjalar ke daun bagian bawah sampai seluruh daun layu dan tanaman mati. Sedangkan gejala penyakit yang disebabkan oleh jamur Pestalotia sp yaitu jenis jamur yang menjadi penyebab penyakit bercak
daun pada tanaman. Ciri-ciri dari jamur Pestalotia sp. adalah menimbulkan bercak-bercak pada daun dengan area nekrosa yang tampak
kering pada bagian tengahnya, berbintik-bintik kecil (cairan) yang berwarna
hitam yang disebut acervuli jamur. Pada bagian pinggir serangan tampak berwarna
coklat atau merah jika
menyerang tanaman. Cara penanganan
penyakit tanaman pada prinsipnya digolongkan menjadi :
1.
Eksklusi
yaitu
usaha mencegah masuknya penyakit ke daerah baru atau mencegah adanya penyebaran
atau perluasan area infeksi misal pada media tanam.
2.
Eradikasi
yaitu
menurunkan, menginaktifkan atau membasmi pathogen yang merupakan upaya penanggulangan
setelah terserang.
3.
Proteksi yaitu usaha memberi perlindungan pada tanaman atau
menghalangi terjadinya kontak antara inang dengan pathogen sehingga tdak
terjadi penularan.
4.
Resistensi yaitu usaha untuk mengurangi dampak perusakan akibat
penyakit melalui inang dengan membuat ketahanan atau proteksi pada inang
tersebut.
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari
hasil praktikum yang telah dilaksanakan dapat diperoleh kesimpulan sebagai
berikut :
1.
Media yang mengalami kematian terbanyak adalah BNO,
namun tidak menunjukkan gejala penyakit, sedangkan media yang banyak
menunjukkan gejalapenyakit adalah SNO.
2.
Media tanam yang digunakan selain menunjang pertumbuhan
tanaman juga dapat menjadi penyebab matinya tanaman apabila tidak steril dari
pathogen penyebab penyakit tanaman.
3.
Setiap jenis pathogen baik jamur, virus maupun bakteri
memiliki gejala dan penanganan yang berbeda. Sehingga diperlukan uji biologi
untuk mengenali dan melakukan penanganan yang sesuai.
5.2
Saran
Sebaiknya pengamatan dilakukan dengan
hati-hati agar dapat mengerti
dan memahami ciri ciri gejala patogen yang menyerang tanaman tersebut dalam
teknik media tanam.
DAFTAR PUSTAKA
Fatimah, Siti, Dkk. 2008. Pengaruh Komposisi Media Tanam Terhadap
Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Sambiloto (Andrographis Paniculata, Nees). Jurnal Embriyo Vol.5 No.2.
Hastopo, dkk. 2008. Penyehatan Tanah secara Hayati di Tanah
Tanaman Tomat Terkontaminasi Fusarium
oxysporum F.SP. lycopersici. Jurnal Akta Agrosia. Vol. 11 No.2.
Hidayah, Nurul. Djajadi. 2009. Sifat-Sifat Tanah Yang
Mempengaruhi Perkembangan Patogen Tular Tanah Pada Tanaman Tembakau. Jurnal Perspektif Vol. 8 No. 2
Nurwandani,
Paristianti. 2008. Teknik Pembibitan Tanaman Dan Produksi Benih Jilid 1. Jakrta : Direktorat
Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.
Rao. 1994. Mikroorganisme Tanah
dan Pertumbuhan Tanaman. Universitas Indonesia. Jakarta.
Semangun, H. 1993. Penyakit-Penyakit Tanaman Pangan Di Indonesia. Cetakan Kedua.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Tohari. 1992. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Untung, Kasumbogo. 1993. Pengantar
Pengelolaan Hama Terpadu. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
No comments:
Post a Comment