ANALISIS EKONOMI PENGENDALIAN HAMA
DAN PENYAKIT TERPADU PADA TANAMAN NANAS
(Disusun
Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Managemen Usaha Pertanian)
OLEH
:
REZKI
HERU ADITYA
NIM
: 111510501122
PROGRAM
STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
JEMBER
2012
ANALISIS
EKONOMI PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT TERPADU PADA TANAMAN NANAS
PENDAHULUAN
Dalam bercocok tanam, memperoleh
hasil yang tinggi merupakan tujuan utama. Namun pada kenyataannya para petani
cenderung merugi, hal tersebut dikarenakan berbagai macam kendala, salah
satunya dikarenakan oleh eksternal seperti faktor abiotis atau OPT. Faktor
biotis adalah makhluk hidup yang menimbulkan kerusakan pada tanaman, seperti
manusia, hewan/binatang, serangga, jasad mikro ataupun submikro dan lain
sebagainya.
Dalam mengatasi hal tersebut
berbagai macam cara sudah dilakukan, salah satunya dengan penyemprotan
pestisida kimia, namun dalam kenyataannya produksi terus menurun. Selain
produksi yang menurun dampak lain yang sering dirasakan adalah membengkaknya
biaya untuk perawatan, dan bahkan nilai pendapatan yang diperoleh oleh petani
cenderung tidak sesuai dengan biaya pengendalian yang dilakukan atau merugi.
Kerugian atau pembengkakan biaya
pengendalian tersebut dikarenakan oleh beberapa faktor, seperti penentuan
ambang ekonomi dan ambang tindakan yang sesuai. Ketidaksesuaian komponen
tersebut dalam pengendalian OPT dapat menyebabkan pengendalian sia-sia apabila
terlambat, dan menambah biaya produksi apabila dilakukan pada kisaran kerusakan
skala kecil. Oleh karena itu diperlukan suatu menegemen pengendalian yang benar
misalnya dengan system PHT (pengendalian hama penyakit terpadu).
PEMBAHASAN
Konsep analisis ekonomi pengendalian
hama dan penyakit terpadu pada tanaman nanas antara lain meliputi:
A. Ambang ekonomi
untuk pengendalian.
Ambang Ekonomi adalah batas populasi
hama atau kerusakan oleh hama yang digunakan sebagai dasar untuk digunakannya
pestisida. Jika sudah berada jauh ditas ambang ekonomi, maka pengendalian akan
sia-sia karena kerusakan sudak dalam sekala besar. Sedangkan jika dibawah
ambang maka penyemprotan akan menambah biaya produksi. Ambang ekonomi ditulis
dalam bentuk matematis sebagai berikut:
Untuk
menetapkan pengambilan keputusan yang
tepat diperlukan suatu kaidah keputusan yang disebut dengan istilah tingkat
kerusakan ekonomi (TKE) dan ambang ekonomi (AE).
Hubungan
antara nisbah kerusakan tanaman dan biaya pengendalian
dengan
populasi OPT (Headley 1975) dimana :
P
= populasi OPT
M/B = nisbah kerusakan tanaman dan
biaya pengendalian OPT
(M/B
= 1) = nilai kerusakan tanaman yang dapat
diselamatkan setara
dengan biaya
pengendalian yang dibutuhkan untuk mencegah kerusakan tersebut.
B.
Ambang tindakan
Rata-rata
biaya pengendalian (C) = Rp. 5.743.452/ha
Rata-rata
harga nanas (V) = Rp.
750/kg
maka
:
AT = Rp. 5.743.452/ha
Rp. 750/kg x 1
= 7.657,936 kg/ha
Nilai
ini setara dengan tingkat kerusakan terjadi sebesar :
= 7.657,936 kg/ha x 100%
23.501 kg/ha
= 32,59%
Berarti
tingkat kejadian penyakit sebesar itu (33%) atau tingkat kerugian masih pada
kisaran 5%, sehingga perlu melakukan tindakan penyelamatan agar tidak mengalami
kerugian dan masih dalam keadaan layak untuk ditangani artinya pengendalian
belum sia-sia. Nilai AT dapat berubah dengan berubahnya harga komoditas dan
biaya pengendalian.
KESIMPULAN
Apabila pengendalian dilakukan pada
tingkat kerusakan yang parah atau jauh diatas ambang tindakan maka pengendalian
akan sia-sia, namun apabila dilakukan jauh dibawah ambang tindakan(AT), maka
justru akan menambah biaya saja. Hal tertsebut dikarenakan apabila dibawah AT
maka jumlah biaya akan tidak sebanding dengan efek yang ditimbulkan. Dampak
ekonomi ketika tingkat serangan kurang dari 37%, maka keuntungan berkurang 5%,
tingkat serangan antara 37 sampai 40% keuntungan berkurang 52% dan tingkat
serangan diatas 40% mengakibatkan kerugian sebesar 45%.
DAFTAR PUSTAKA
Amalia.
2008. Analisis Ekonomi Serangan Penyakit
Layu (Pineapple Mealybug
Wilt-associated Virus/PMWaV) Pada
Tanaman Nanas. IPB. Bogor.
Roja, Atman. 2009. Pengendalian Hama Dan Penyakit Secara Terpadu (Pht) Pada Padi Sawah.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat. Solok.
No comments:
Post a Comment