1.1 Latar Belakang
Organisme
pengganggu tanaman merupakan salah satu faktor pembatas dalam usaha budidaya
tanaman. Adanya organisme penggangu dapat berdampak pada menurunnya hasil
produksi, baik dari sisi hasil fisik produksi maupun kwalitas produk yang
dihasilkan. Salah satu organisme
pengganggu tanaman yang sering menimbulkan berbagai macam kerugian serta
menambah biaya produksi akibat bertambahnya perawatan adalah hama.
Hama merupakan semua
jenis organisme yang menggangu atau dapat merugikan tanaman.
Sehingga untuk mengatasi dampak dari hama tersebut maka dilakukan
berbagai upaya, salah satunya dengan menggunakan bahan kimia atau pestisida sintetis, karena pada
awalnya dianggap memiliki beberapa kelebihan. Namun pada kenyataannya,
penggunaan pestisida sintesis yang dinilai praktis oleh para petani, untuk
mengobati tanamannya yang terserang hama, ternyata membawa dampak negatif bagi
lingkungan sekitar bahkan bagi penggunanya sendiri. Berdasarkan data dari World
health organisation sudah tercatat bahwa, di seluruh dunia setiap tahunnya
terjadi keracunan pestisida antara 44.000 - 2.000.000 orang, dan dari angka
tersebut yang terbanyak terjadi di negara berkembang. Dampak negatif dari
penggunaan pestisida sintetis diantaranya adalah terjadinya resistensi atau
meningkatnya daya tahan hama terhadap pestisida, terjadinya ledakan hama
sekunder, terjadinya pencemaran air, membunuh mikroorganisme tanah,
membengkaknya biaya perawatan akibat tingginya harga pestisida dan penggunaan
yang salah dapat mengakibatkan racun bagi lingkungan, manusia serta ternak.
Jika dilihat dari
berbagai macam dampak yang ditimbulkan oleh penggunaan pestisida, maka perlu
dikembangkannya suatu alternatif atau inovasi baru dalam menanggulangi masalah
OPT tersebut yang mengarah pada PHT (Pengendalian Hama Terpadu) serta mengacu
pada pengendalian yang lebih ramah lingkungan. Salah satu inovasi yang dapat
digunakan sebagai pestisida alternatif yang lebih ramah lingkungan yaitu
pestisida Nabati.
Pestisida nabati adalah pestisida
dengan berbagai macam bahan aktif yang berasal dari alam. Bahan aktif pestisida
nabati adalah produk alam yang berasal dari tanaman yang mempunyai kelompok
metabolit sekunder yang mengandung beribu-ribu senyawa bioaktif seperti
alkaloid, terpenoid, fenolik, dan zat – zat kimia sekunder lainnya. Senyawa
bioaktif tersebut apabila diaplikasikan ke tanaman yang terinfeksi OPT, tidak
berpengaruh terhadap fotosintesis pertumbuhan ataupun aspek fisiologis tanaman
lainnya, namun berpengaruh terhadap sistem saraf otot, keseimbangan hormone,
reproduksi, perilaku berupa penarik, anti makan dan sistem pernafasan OPT.
Salah satu kelebihan pestisida nabati adalah mudah
diperoleh, karena dapat dicari dari tanaman sekitar. Lebih dari 1500
jenis tumbuhan dari berbagai penjuru dunia diketahui dapat digunakan sebagai
pestisida nabati. Di Indonesia terdapat 50 famili tumbuhan penghasil racun.
Famili tumbuhan yang dianggap merupakan sumber potensial insektisida nabati
antara lain Meliaceae, Annonaceae, Asteraceae, Piperaceae dan Rutaceae. Selain
bersifat sebagai insektisida, jenis-jenis tumbuhan tersebut juga memiliki sifat
sebagai fungisida, virusida, nematisida, bakterisida, mitisida maupun
rodentisida. Jenis pestisida yang berasal dari tumbuhan tersebut dapat
ditemukan di sekitar tempat tinggal petani, dapat disiapkan dengan mudah
menggunakan bahan serta peralatan sederhana. petani, dapat disiapkan dengan
mudah menggunakan bahan serta peralatan sederhana.
1.2 Tujuan
1. Untuk
mengetahui berbagai macam jenis bahan yang dapat digunakan sebagai pestisida
nabati cara fermentasi.
2. Untuk
mengetahui beberapa jenis pestisida nabati fermentasi beserta cara-cara
pembuatannya.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Pada musim hujan hama yang biasa
merusak tanaman adalah tikus, wereng coklat, penggerek batang dll. Dalam
keadaan tertentu, hama yang berkembang dapat terjadi di luar kebiasaan
tersebut. Sedangkan pada musim kemarau, hama yang merusak tanaman
terutama adalah tikus, penggerek batang dan walang sangit. Pada lahan yang cukup basah, keong mas juga
dapat ditemukan. Semua hama ini bisa berkembang pada pertanaman berikutnya.
Sementara itu, di pesemaian bisa ditemukan tikus, penggerek batang, wereng
hijau, siput murbai, dan tanaman terinfeksi tungro (Roja, 2009).
Penggunaan
insektisida nabati merupakan alternatif untuk mengendalikan serangga hama.
Efektivitas dan jenis racun pada suatu bahan-bahan alami yang digunakan sebagai
pestisida nabati sangat tergantung pada bahan tumbuhan yang dipakai, karena
satu jenis tumbuhan yang sama tetapi berasal dari daerah yang berbeda dapat
menghasilkan efek yang berbeda. Hal tersebut dikarenakan sifat bioaktif atau
sifat racunnya tergantung pada kondisi tumbuh, umur tanaman dan jenis dari
tumbuhan tersebut. Maryani (1995) mengemukakan
bahwa biji sirsak mengandung bioaktif asetogenin yang bersifat insektisidal dan
penghambat makan (anti-feedant). Buah mentah, biji, daun, dan akar
sirsak mengandung senyawa kimia annonain yang dapat berperan sebagai
insektisida, larvasida, penolak serangga (repellent), dan anti-feedant
dengan cara kerja sebagai racun kontak dan racun perut. Kardono et al.
(2003) mengemukakan bahwa ekstrak daun babadotan mengandung insektisida yang
efektif untuk membunuh Sytophilus zeamays dengan LD50 sebesar 0,09%
dalam 24 jam. Biji saga yang diekstrak dengan air atau aseton dapat bersifat
sebagai racun perut bagi serangga, sedangkan tepung bijinya yang diaplikasikan
pada tepung terigu dengan konsentrasi 5% mampu mengendalikan hama gudang Sitophilus
sp. selama tiga bulan. Kardinan dan Iskandar (1997) mengemukakan bahwa
larutan daun sembung dalam air dengan konsentrasi 1% yang ditambah 0,10%
detergen cair (teepol) menyebabkan kematian populasi keong mas (Pomacea
canaliculata) lebih dari 50%. Ekstrak daun melinjo (Gnetum gnemon)
dapat mempengaruhi perilaku makan ulat grayak (Tohir, 2010).
Pestisida nabati dapat berfungsi
sebagai :
1. Penghambat
nafsu makan (anti feedant)
2. Penolak
(repellent)
3. Penarik
(atractant)
4. Menghambat
perkembangan
5. Menurunkan
keperidian
6. Pengaruh
langsung sebagai racun
7. Mencegah
peletakkan telur (Setiawati dkk, 2008).
Salah pestisida nabati yang sering
digunakan adalah berasal dari mimba. Mimba (Azadirachta indica A. Juss)
merupakan tumbuhan yang umum ditanam sebagai tanaman peneduh. Tanaman ini
mempunyai potensi yang tinggi sebagai insektisida botanik. Karena bersifat
toksid terhadap beberapa jenis hama dari ordo Orthoptera, Homoptera,
Coleoptera, Lepidoptera, Diptera dan Heteroptera. Daun dan biji mimba diketahui
mengandung Azadirachtin. Mengingat tanaman ini tersedia dalam jumlah
yang relatif banyak, maka para ahli biologi di Indonesia sejak tahun 1980-an
mulai banyak yang mencoba menggunakan ekstrak mimba untuk mengendalikan hama
tanaman (Bukhari, 2010).
Selain nimba banyak tanaman lain
yang bisa digunakan sebagai bahan pestisida nabatai. Menurut Grainge dan Ahmed
(1988) lebih dari seribu tanaman berpotensi sebagai pengendali hama tanaman.
Tanaman biofarmaka dan atsiri merupakan salah satu tanaman yang dapat digunakan
sebagai pestisida nabati. Umumnya termasuk kedalam famili Meliaceae, Annonaceae,
Asteraceae, Piperaceae dan Rutaceae. Minyak atsiri sudah banyak dimanfaatkan
untuk pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT). Diantara minyak atsiri
yang potensial adalah minyak cengkeh, minyak kayu manis dan minyak serai wangi.
Minyak atsiri tidak hanya sebagai penolak serangga tetapi juga dapat bertindak
sebagai pestisida kontak dan juga bersifat fumigan pada beberapa serangga
tertentu. Tanaman cengkeh dengan kandungan kimianya yang didominasi oleh eugenol
diketahui dapat dimanfaatkan sebagai penolaksss hama atau insektisidal (Asaad
dan Wilis, 2012).
Proses pembuatan pestisida dari
bahan-bahan diatas biasanya dilakukan dengan cara fermentasi,
BAB
3. METODOLOGI
3.1 Waktu dan
Tempat
Praktikum
Teknologi Inovasi Produksi Pertanian dengan acara “Pembuatan Pestisida Nabati
Fermentasi” dilaksanakan pada hari Jum’at, 30 November 2012 di Laboratorium
Penyakit Tumbuhan, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian,
Universitas Jember.
3.2 Alat dan
Bahan
3.2.1 Alat
1. Blender
2. Timbangan
3. Neraca
4. Cutter
5. Jurigen
6. Saringan
3.2.1 Bahan
Cara 1
1. Air cucian
beras (leri) sebanyak 1 liter
2. Alkohol 10
sendok makan atau dapat diganti ragi sebanyak 2 butir
3. Cuka sebanyak
10 sendok makan
4. Gula pasir
sebanyak 1 Kg
5. Perasan umbi
gadung sebanyak 10 sendok makan
6. Bakteri
sebanyak 10 sendok makan
7. Daun klekeh, daun sirih, daun kecubung, daun mahoni, daun
sirsak, daun pacar cina, masing-masing satu genggam dan ditumbuk halus.
3.2.2 Bahan Cara 2
1. daun tembakau, daun kenikir, daun pandan, daun kemangi,
masing-masing sebanyak 100 gram
2. Cabe rawit
sebanyak 100 gram
3. Kunyit sebanyak
100 gram
4. bawang putih
sebanyak 100 gram
5. Aquadestilata
sebanyak 1 liter
6. Decomposer BSA
(mikro organisme pengurai) sebanyak 1-2 cc
7. Gula pasir
sebanyak 2 sendok makan
3.2.3 Bahan Cara 3
1. air cucian
beras yang pertama sebanyak 1000 cc
2. molase/tetes
tebu / gula pasir sebanyak 100 cc
3. Alokohol 40%
sebanyak sebanyak 100 cc
4. cuka makan /
cuka aren sebanyak 100 cc
5. EM-4
sebanyak 100 cc
3.2.4 Bahan Cara 4
1. Daun mimba
bandotan sebanyak 6 Kg
2. Daun serai
wangi sebanyak 6 Kg
3. Laos merah/
laos biasa sebanyak 6 Kg
4. EM-4 sebanyak 1
liter
5. Air
sebanyak 20 liter
6. Gula pasir /
mollase sebanyak 0,25 Kg
3.3
Metode Pembuatan
3.3.1
Pembuatan cara 1
1.
Mencampur seluruh bahan dan mengaduk jadi satu, diamkan selama 3 hari.
2. Bahan siap
digunakan dengan cara mencampur air sebanyak 10-15 liter untuk 1 gelas.
3. Menambahkan larutan
air tumbukan bawang putih sebelum digunakan atau bisa diganti dengan cabai.
3.3.2
Pembuatan Metode 2
1. Mencampur semua bahan, dengan blender dan
menambahkan 1 liter air suling (aquadestilata).
2. Masukkan ke dalam botol yang steril.
3. Menambahkan gula pasir 2 sendok makan.
4. Menambahkan decomposer BSA atau diganti
EM-4.
5. Menutup dan biarkan 1 minggu supaya
terjadi fermentasi.
6.
Setelah satu minggu, menyaring larutan dan siap untuk digunakan.
7. Menyemprotkan ke
tanaman yang terkena hama pada batang dan daunnya dengan dosis 60 cc/liter air,
Interval 1 minggu 1 kali. Pencairan 1 liter harus habis 1 kali pemakaian
3.3.3
Pembuatan Cara 3
1. Mencampur semua bahan sampai merata
2. Memasukkan bahan ke dalam botol/jerigen yang ada
tutupnya lalu mengocok setiap pagi dan sore hari
3. Setiap selesai dikocok, membuka tutup botol agar
gas yang dihasilkan bisa keluar.
4. Melakukan proses tersebut selama + 15 hari,
setelah itu menghentikan pengocokan (setelah tidak ada gas yang terbentuk) dan
biarkan selama 7 hari.
5. Menggunakan dosis 5-10
cc/ liter air, dengan cara disemprotkan. Untuk mengendalikan hama dan penyakit
tanaman.
3.3.4
Pembuatan Cara 4
1. Menumbuk sampai halus dari bahan daun nimba, daun
serai wangi, dan laos, kemudian merendam dalam air.
2. Memeras larutan dan menyaringnya, lalu hasil
saringan dicampur dengan EM-4 dan cairan gula / molase.
3. Mengocok dan mengadukk agar tercampur
merata.
4.Memakai dosis 10-20 cc/liter air, bisa ditambah
perakat kemudian disemprrotkan. Untuk megendalikan penyakit yang disebabkan
oleh jamur dan efektif untuk hama penghisap.
BAB
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Tabel hasil pengamatan pestisida nabati
golongan jum’at sore selama 14 hari.
Pestisida
nabati
|
Warna
|
Aroma
|
Endapan
|
|||||||||
0
|
3
|
7
|
14
|
0
|
3
|
7
|
14
|
0
|
3
|
7
|
14
|
|
CARA
1
|
Hijau tua
|
Kuning tua
|
Kuning coklat
|
Kuning coklat
|
Tidak Menye-ngat
|
Tidak menye-ngat
|
Tidak menye-ngat
|
Tidak menye-ngat
|
Tidak Mengen-dap
|
Mengen-dap
|
Mengen-dap
|
Mengen-dap
|
CARA
2
|
Hijau tua
|
Coklat muda
|
Coklat muda
|
Coklat muda
|
Menye-ngat
|
Tidak Menye-ngat
|
Tidak Menye-ngat
|
Tidak Menye-ngat
|
TidakMengen-dap
|
Mengen-dap
|
Mengen-dap
|
Mengen-dap
|
CARA
3
|
Coklat tua
|
Coklat tua pekat
|
Coklat tua pekat
|
Coklat tua pekat
|
Menye-ngat
|
Tidak menye-ngat
|
Tidak menyengat
|
Tidak Menye-ngat
|
TidakMengen-dap
|
Mengen-dap
|
Mengen-dap
|
Mengen-dap
|
CARA
4
|
Hijau tua pekat
|
Kuning tua pekat
|
Kuning kecoklatan
|
Kuning kecoklatan
|
Tidak Menye-ngat
|
Tidak menye-ngat
|
Tidak menye-ngat
|
Tidak Menye-ngat
|
TidakMengen-dap
|
Mengen-dap
|
Mengen-dap
|
Mengen-dap
|
4.2
Pembahasan
Pestisida
nabati adalah pestisida yang bahan aktifnya berasal dari tumbuhan atau bagian
tumbuhan seperti akar, daun, batang atau buah. Bahan-bahan ini diolah menjadi
berbagai bentuk, antara lain bahan mentah berbentuk tepung, ekstrak atau resin
yang merupakan hasil pengambilan cairan metabolit sekunder dari bagian tumbuhan
atau bagian tumbuhan dibakar untuk diambil abunya dan digunakan sebagai
pestisida. Bahan aktif pestisida nabati adalah
produk alam yang berasal dari tanaman yang mempunyai kelompok metabolit
sekunder yang mengandung beribu-ribu senyawa bioaktif seperti alkaloid,
terpenoid, fenolik, dan zat – zat kimia sekunder lainnya. Senyawa bioaktif
tersebut apabila diaplikasikan ke tanaman yang terinfeksi OPT, tidak
berpengaruh terhadap fotosintesis pertumbuhan ataupun aspek fisiologis tanaman
lainnya, namun berpengaruh terhadap sistem saraf otot, keseimbangan hormone,
reproduksi, perilaku berupa penarik, anti makan dan sistem pernafasan OPT.
Keunggulan pestisida nabati antara
lain yaitu :
a. Mengalami
degradasi/penguraian yang cepat oleh sinar matahari
b. Memiliki
efek/pengaruh yang cepat, yaitu menghentikan nafsu makan serangga walapun
jarang menyebabkan kematian.
c. Toksitasnya
umumnya rendah terhadap hewan dan relatif lebih aman pada manusia (lethal
dosage (LD) >50 Oral)
d. Memiliki
spektrum pengendalian yang luas (racun lambung dan syaraf)
e. Bersifat
selektif dapat diandalkan untuk mengatasi OPT yang telah kebal pada pestisida
sintetis
f. Fitotoksitas
rendah, yaitu tidak meracuni dan merusak tanaman
g. Murah
dan mudah dibuat oleh petani.
Kelemahan pengggunaan pestisida
nabati antara lain :
1. Cepat
terurai dan aplikasinya harus lebih sering
2. Cara
racunnya rendah, tidak langsung mematikan serangga atau memiliki efek lambat
3. Kapasitas
produksinya masih rendah dan belum dapat dilakukan dalam jumlah massal (bahan
tanaman untuk pestisida nabati belum banyak dibudidayakan secara khusus)
4. Ketersediaannya
di toko-toko pertanian masih terbatas
5. Kurang
praktis dan tidak tahan disimpan.
EM-4 merupakan singkatan dari
Efektif Mikroorganisme, dan ‘4’ merupakan istilah tak baku untuk organisme. EM
merupakan kultur campuran dari mikroorganisme fermentasi (peragian) dan
sintetik (penggabungan) yang bekerja secara sinergis (saling menunjang ) untuk
memfermentasi bahan organik. Bahan organik tersebut berupa sampah, kotoran
ternak, serasah, rumput dan daun-daunan. Melalui proses fermentasi bahan
organik diubah kedalam bentuk gula, alcohol dan asam amino sehingga bisa
diserap oleh tanaman. Fungsi atau kegunaan dari EM-4, antara lain yaitu:
1. Sebagai
bahan dasar fermentasi (proses endapan menggunakan bakteri) untuk pembuatan
pestisida nabati
2. Mempercepat
proses komposing)
3. Menghilangkan
bau
Selain
EM4, bahan lain yang digunakan yaitu gula merah. Gula merah merupakan makanan
bagi mikroorganisme yang ada dalam larutan EM4 karena EM-4 mengandung beberapa
mikroorganisme utama yaitu bakteri fotosintetik, bakteri asam laktat, ragi (
yeast ),actinomycetes dan jamur fermentasi.
Fermentasi
adalah proses produksi energi dalam sel dalam keadaan anaerobik (tanpa
oksigen). Gula adalah bahan yang umum
dalam fermentasi. Beberapa contoh hasil fermentasi adalah etanol, asam laktat,
dan hidrogen. Akan tetapi beberapa komponen lain dapat juga dihasilkan dari
fermentasi seperti asam butirat dan aseton. Ragi dikenal sebagai bahan yang
umum digunakan dalam fermentasi untuk menghasilkan etanol dalam bir, anggur dan
minuman beralkohol lainnya. Respirasi anaerobik dalam otot mamalia selama kerja
yang keras (yang tidak memiliki akseptor elektron eksternal), dapat
dikategorikan sebagai bentuk fermentasi.
Dari
praktikum yang dilaksanakan, diperoleh data yang menunjukkan adanya perubahan
dari tiga parameter yang diamati, yaitu: warna, aroma dan endapan. Dari
parameter wanna baik pada cara1, cara2, cara 3 dan cara 4, semuanya terjadi
perubahan warna kecuali pada cara 3,
perubahan warna tersebuk dikarenakan oleh interaksi antara mikroorganisme
dengan unsur kimia bahan pada proses fermentasi. Sedangkan pada cara 3, tidak
terjadi interaksi antara bahan dengan mikroorganisme akibat penambahan alcohol.
Sedangkan pada parameter aroma, pada
cara 2 dan 3, terjadi perubahan dari menyengat ke tidak menyengat dan tdak
terjadi perubahan (tidak menyengat) pada cara 1 dan 4. Hal tersebut dikarenakan
dengan adanya penambahan mikoorganisme (EM 4) dapat menghilamhkan aroma dan bau
menyengat pada proses fermentasi yang dilakukan.
Pada parameter endapan, semua
perlakuan dari cara , cara 2, cara 3, dan cara 4, semuanya mengendap hal
tersebut dikarenakan faktor mikroorganisme atau bakteri dari EM 4 yang memiliki
fungsi pembantu proses penghendapan dan juga dari faktor bahan yang digunakan sebagian besar tidak
dapat larut dalam air. Sehingga lama kelamaan akan menumpik di dasar larutan
akibat perbedaan massa bahan dengan larutan.
BAB 5. KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah
dilaksanakan, dapat diperoleh beberapa kesimpulan, antara lain yatu:
1. Pestisida
nabati dikatakan aman bagi lingkungan karena tidak menyebabkan dampak buruk
bagi lingkungan seperti degradasi tanah, pencemaran air, udara dll. Sedangkan
dikatakan aman bagi manusia karena tidak menimbulkan efek racun bagi manusia,
baik akut maupun kronis.
2. Fermentasi
merupakan suatau proses yang memenfaatkan peran dari mikroorganisme tertentu
untuk mendukung suatu proses perubahan senyawa kimia pada bahan dengan cara
anaerob.
3. EM
4 merupakan bahan yang digunakan untuk menambah mikroorganisme yang dapat
menghilangkan bau serta menbantu pengendapan pada proses pembuatan pestisida
nabati dengan metode fermentasi.
DAFTAR PUSTAKA
Asaad.
Wilis. 2012. Kajian Pestisida Nabati
Yang Efektif Terhadap Hama Penggerek Buah Kakao (Pbk) Pada Tanaman Kakao Di
Sulawesi Selatan. Suara Perlindungan Tanaman 2(2):24-34.
Bukhari. 2010. Efektifitas Ekstra Daun Mimba Terhadap
Pengendalian Hama Plutella Xylostella
L. Pada Tanaman Kedele. Sains Riset 1(1) :11-14.
Roja, Atman.
2009. Pengendalian Hama Dan Penyakit Secara Terpadu (PHT) Pada Padi Sawah. BPTP. Solok.
Setiawati, Dkk.
2008. Tumbuhan Bahan Pestisida Nabati Dan
Cara Pembuatannya Untuk Pengendalian Organisme Pengganggu
Tumbuhan (OPT). Prima Tani
Balitsa. Bandung.
Tohir, Mohamad. 2010. Teknik Ekstraksi Dan Aplikasi
Beberapa Pestisida Nabati
Untuk
Menurunkan Palatabilitas Ulat Grayak (Spodoptera Litura Fabr.) Di
Laboratorium. Teknik Pertanian 15(1):37-40.
Saya di sini untuk berkongsi kesaksian saya tentang apa yang dilakukan syarikat pinjaman yang dipercayai untuk saya. Nama saya Nikita Tanya, dari Rusia dan saya ibu yang cantik dari 3 kanak-kanak saya kehilangan dana saya untuk mendapatkan pinjaman yang sangat sukar untuk saya dan anak-anak saya, saya pergi ke talian untuk mencari bantuan pinjaman semua harapan adalah hilang sehingga satu hari yang setia ketika saya bertemu kawan saya yang baru-baru ini memperoleh pinjaman dari Perkhidmatan Pendanaan Le_Meridian Dia memperkenalkan saya kepada syarikat pinjaman yang jujur ini yang membantu saya mendapat pinjaman dalam masa 5 hari kerja, saya akan berterima kasih untuk selama-lamanya kepada Bapak Benjamin, kerana membantu saya kembali berjalan kaki. Anda boleh menghubungi Encik Benjamin melalui e-mel: lfdsloans@lemeridianfds.com, mereka tidak tahu saya melakukan ini untuk mereka, tetapi saya hanya perlu melakukannya kerana ramai orang di luar sana yang memerlukan bantuan pinjaman sila datang ke syarikat ini dan selamatkan. Watsats: (+ 1 989-394-3740)
ReplyDelete