LAPORAN
PRAKTIKUM
TEKNOLOGI
INOVASI PRODUKSI PERTANIAN
Acara : Pembuatan Ekstrak Pestisida Nabati
2012
BAB
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Organisme
pengganggu tanaman merupakan salah satu faktor pembatas dalam usaha budidaya
tanaman. Adanya organisme penggangu dapat berdampak pada menurunnya hasil
produksi, baik dari sisi hasil fisik produksi maupun kwalitas produk yang
dihasilkan. Salah satu organisme
pengganggu tanaman yang sering menimbulkan berbagai macam kerugian serta
menambah biaya produksi akibat bertambahnya perawatan adalah hama.
Hama merupakan semua
jenis organisme yang menggangu atau dapat merugikan tanaman.
Sehingga untuk mengatasi dampak dari hama tersebut maka dilakukan
berbagai upaya, salah satunya dengan menggunakan bahan kimia atau pestisida sintetis, karena pada
awalnya dianggap memiliki beberapa kelebihan. Namun pada kenyataannya,
penggunaan pestisida sintesis yang dinilai praktis oleh para petani, untuk mengobati
tanamannya yang terserang hama, ternyata membawa dampak negatif bagi lingkungan
sekitar bahkan bagi penggunanya sendiri. Berdasarkan data dari World health
organisation sudah tercatat bahwa, di seluruh dunia setiap tahunnya terjadi
keracunan pestisida antara 44.000 - 2.000.000 orang, dan dari angka tersebut
yang terbanyak terjadi di negara berkembang. Dampak negatif dari penggunaan
pestisida sintetis diantaranya adalah terjadinya resistensi atau meningkatnya
daya tahan hama terhadap pestisida, terjadinya ledakan hama sekunder,
terjadinya pencemaran air, membunuh mikroorganisme tanah, membengkaknya biaya
perawatan akibat tingginya harga pestisida dan penggunaan yang salah dapat
mengakibatkan racun bagi lingkungan, manusia serta ternak.
Jika dilihat dari
berbagai macam dampak yang ditimbulkan oleh penggunaan pestisida, maka perlu
dikembangkannya suatu alternatif atau inovasi baru dalam menanggulangi masalah
OPT tersebut yang mengarah pada PHT (Pengendalian Hama Terpadu) serta mengacu
pada pengendalian yang lebih ramah lingkungan. Salah satu inovasi yang dapat
digunakan sebagai pestisida alternatif yang lebih ramah lingkungan yaitu
pestisida Nabati.
Pestisida nabati adalah pestisida
dengan berbagai macam bahan aktif yang berasal dari alam. Bahan aktif pestisida
nabati adalah produk alam yang berasal dari tanaman yang mempunyai kelompok
metabolit sekunder yang mengandung beribu-ribu senyawa bioaktif seperti
alkaloid, terpenoid, fenolik, dan zat – zat kimia sekunder lainnya. Senyawa
bioaktif tersebut apabila diaplikasikan ke tanaman yang terinfeksi OPT, tidak
berpengaruh terhadap fotosintesis pertumbuhan ataupun aspek fisiologis tanaman
lainnya, namun berpengaruh terhadap sistem saraf otot, keseimbangan hormone,
reproduksi, perilaku berupa penarik, anti makan dan sistem pernafasan OPT.
Salah satu kelebihan pestisida nabati adalah mudah
diperoleh, karena dapat dicari dari tanaman sekitar. Lebih dari 1500
jenis tumbuhan dari berbagai penjuru dunia diketahui dapat digunakan sebagai
pestisida nabati. Di Indonesia terdapat 50 famili tumbuhan penghasil racun.
Famili tumbuhan yang dianggap merupakan sumber potensial insektisida nabati
antara lain Meliaceae, Annonaceae, Asteraceae, Piperaceae dan Rutaceae. Selain
bersifat sebagai insektisida, jenis-jenis tumbuhan tersebut juga memiliki sifat
sebagai fungisida, virusida, nematisida, bakterisida, mitisida maupun
rodentisida. Jenis pestisida yang berasal dari tumbuhan tersebut dapat
ditemukan di sekitar tempat tinggal petani, dapat disiapkan dengan mudah
menggunakan bahan serta peralatan sederhana. petani, dapat disiapkan dengan
mudah menggunakan bahan serta peralatan sederhana.
1.2 Tujuan
1. Untuk
mengetahui berbagai macam jenis bahan yang dapat digunakan sebagai pestisida
nabati.
2. Untuk
mengetahui beberapa jenis pestisida nabati beserta cara- cara pembuatannya.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Pada musim hujan hama yang biasa
merusak tanaman adalah tikus, wereng coklat, penggerek batang dll. Dalam
keadaan tertentu, hama yang berkembang dapat terjadi di luar kebiasaan
tersebut. Sedangkan pada musim kemarau, hama yang merusak tanaman
terutama adalah tikus, penggerek batang dan walang sangit. Pada lahan yang cukup basah, keong mas juga
dapat ditemukan. Semua hama ini bisa berkembang pada pertanaman berikutnya.
Sementara itu, di pesemaian bisa ditemukan tikus, penggerek batang, wereng
hijau, siput murbai, dan tanaman terinfeksi tungro (Roja, 2009).
Penggunaan
insektisida nabati merupakan alternatif untuk mengendalikan serangga hama.
Efektivitas dan jenis racun pada suatu bahan-bahan alami yang digunakan sebagai
pestisida nabati sangat tergantung pada bahan tumbuhan yang dipakai, karena
satu jenis tumbuhan yang sama tetapi berasal dari daerah yang berbeda dapat
menghasilkan efek yang berbeda. Hal tersebut dikarenakan sifat bioaktif atau
sifat racunnya tergantung pada kondisi tumbuh, umur tanaman dan jenis dari
tumbuhan tersebut. Maryani (1995) mengemukakan
bahwa biji sirsak mengandung bioaktif asetogenin yang bersifat insektisidal dan
penghambat makan (anti-feedant). Buah mentah, biji, daun, dan akar
sirsak mengandung senyawa kimia annonain yang dapat berperan sebagai
insektisida, larvasida, penolak serangga (repellent), dan anti-feedant
dengan cara kerja sebagai racun kontak dan racun perut. Kardono et al.
(2003) mengemukakan bahwa ekstrak daun babadotan mengandung insektisida yang
efektif untuk membunuh Sytophilus zeamays dengan LD50 sebesar 0,09%
dalam 24 jam. Biji saga yang diekstrak dengan air atau aseton dapat bersifat
sebagai racun perut bagi serangga, sedangkan tepung bijinya yang diaplikasikan
pada tepung terigu dengan konsentrasi 5% mampu mengendalikan hama gudang Sitophilus
sp. selama tiga bulan. Kardinan dan Iskandar (1997) mengemukakan bahwa
larutan daun sembung dalam air dengan konsentrasi 1% yang ditambah 0,10%
detergen cair (teepol) menyebabkan kematian populasi keong mas (Pomacea
canaliculata) lebih dari 50%. Ekstrak daun melinjo (Gnetum gnemon)
dapat mempengaruhi perilaku makan ulat grayak (Tohir, 2010).
Pestisida nabati dapat berfungsi
sebagai :
1. Penghambat
nafsu makan (anti feedant)
2. Penolak
(repellent)
3. Penarik
(atractant)
4. Menghambat
perkembangan
5. Menurunkan
keperidian
6. Pengaruh
langsung sebagai racun
7. Mencegah
peletakkan telur (Setiawati dkk, 2008).
Salah pestisida nabati yang sering
digunakan adalah berasal dari mimba. Mimba (Azadirachta indica A. Juss)
merupakan tumbuhan yang umum ditanam sebagai tanaman peneduh. Tanaman ini
mempunyai potensi yang tinggi sebagai insektisida botanik. Karena bersifat
toksid terhadap beberapa jenis hama dari ordo Orthoptera, Homoptera,
Coleoptera, Lepidoptera, Diptera dan Heteroptera. Daun dan biji mimba diketahui
mengandung Azadirachtin. Mengingat tanaman ini tersedia dalam jumlah
yang relatif banyak, maka para ahli biologi di Indonesia sejak tahun 1980-an
mulai banyak yang mencoba menggunakan ekstrak mimba untuk mengendalikan hama
tanaman (Bukhari, 2010).
Selain nimba banyak tanaman lain
yang bisa digunakan sebagai bahan pestisida nabatai. Menurut Grainge dan Ahmed
(1988) lebih dari seribu tanaman berpotensi sebagai pengendali hama tanaman.
Tanaman biofarmaka dan atsiri merupakan salah satu tanaman yang dapat digunakan
sebagai pestisida nabati. Umumnya termasuk kedalam famili Meliaceae,
Annonaceae, Asteraceae, Piperaceae dan Rutaceae. Minyak atsiri sudah banyak
dimanfaatkan untuk pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT). Diantara
minyak atsiri yang potensial adalah minyak cengkeh, minyak kayu manis dan
minyak serai wangi. Minyak atsiri tidak hanya sebagai penolak serangga tetapi
juga dapat bertindak sebagai pestisida kontak dan juga bersifat fumigan pada
beberapa serangga tertentu. Tanaman cengkeh dengan kandungan kimianya yang
didominasi oleh eugenol diketahui dapat dimanfaatkan sebagai penolaksss hama
atau insektisidal (Asaad dan Wilis, 2012).
BAB
3 METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Teknologi Inovasi Produksi Pertanian dengan acara “Pembuatan Ekstrak Pestisida
Nabati” dilaksanakan pada hari Jum’at,
23 November 2012 di Laboratorium Penyakit Tumbuhan, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas
Jember.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
1.
Blender
2.
Timbangan
3.2.2 Bahan
1.
Air 1 liter
2.
Alkohol 70% 1 cc
3.
Biji nimbi 50 gr
4.
50 lembar daun sirsak
5.
Satu genggam (100 gr) rimpang jaringau (delingu)
6.
Satu suing bawang putih
7.
Sabun colek 20 gr
8.
50 lembar daun sirsak
9.
5 lembar daun tembakau atau satu genggam tembakau
10.
20 liter air
11.
20 gr sabun colek/detergen
12.
8 kg daun mimba
13.
6 kg lengkuas
14.
6 kg serai
15.
20 kg sabun colek/detergen
16.
20 liter air
3.3 Metode
3.3.1
Ekstrak Nimba
1.
Menumbuk biji nimbi sampai halus dan mengaduk dengan alkohol
2.
Mengencerkan dengan 1 liter air
3.
Mengendapkan larutan semalam lalu menyaringnya
4.
Mengaplikasikan larutan ke tanaman
5.
Serangga akan mati setelah 2 hari
3.3.2
Ekstrak Daun Sirsak
1.
Melarutkan daun sirsak, jaringau (delingu), dan bawang putih
2.
Mencampur seluruh bahan dan merendam dengan air selama 2 hari
3.
Menyaring larutan
4.
Mencampur 1 liter larutan dengan 10-15 liter air
5.
Mengaplikasikan larutan ke tanaman
3.3.3
Ekstrak Sirtem (Sirih dan Tembakau)
1.
Menumbuk halus daun sirsak dan daun tembakau
2.
Mencampur bahan dengan air dan mengaduk hingga rata
3.
Mendiamkan bahan selama satu malam
4.
Menyaring larutan kemudian mengencerkan ( menambahkan 50-60 liter air)
5.
Mengaplikasikan larutan ke tanaman
3.3.4
Ekstrak Belengse (Nimba, Lengkuas, Serai)
1.
Menghaluskan daun nimbi, lengkuas dan serai
2.
Melarutkan bahan yang telah halus dalam 20 liter air
3.
Mendiamkan selama satu malan
4.
Menyaring larutan dan mengencerkan dengan 60 liter air
5.
Mengaplikasikan larutan ke tanaman untuk 1 ha lahan
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Pestisida
nabati
|
Warna
|
Aroma
|
Endapan
|
||||||
1
|
2
|
3
|
1
|
2
|
3
|
1
|
2
|
3
|
|
Ekstrak
mimba
|
Hijau
|
Hijau
tua
|
Hijau
tua
|
Menyengat
|
Tidak
menyengat
|
Tidakmenyengat
|
Mengendap
|
Mengendap
|
Mengendap
|
Ekstrak
daun sirsak
|
Hijau
kekuningan
|
Hijau
kekuningan
|
Kuningkehitaman
|
Menyengat
|
Menyengat
|
Menyengat
|
Mengendap
|
Mengendap
|
Mengendap
|
Ekstrak
sirtem
|
Hijau
Tua
pekat
|
Hijau
Tua
pekat
|
Hijau
Tua
pekat
|
Tidak
menyengat
|
Tidak
menyengat
|
Tidakmenyengat
|
Mengendap
|
Mengendap
|
Mengendap
|
Ekstrak
blengse
|
Hijau
muda
|
Hijaumuda
|
Hijaukekuningan
|
Menyengat
|
Tidak
menyengat
|
Tidakmenyengat
|
Mengendap
|
Mengendap
|
Mengendap
|
Tabel hasil pengamatan pestisida
nabati golongan jum’at sore selama 3 hari.
Keterangan :
Sirtem : Sirih dan tembakau.
Blengse : Nimba, lengkuas, serai
4.2
Pembahasan
Bahan aktif
pestisida nabati adalah produk alam yang berasal dari tanaman yang mempunyai
kelompok metabolit sekunder yang mengandung beribu-ribu senyawa bioaktif
seperti alkaloid, terpenoid, fenolik, dan zat – zat kimia sekunder lainnya.
Senyawa bioaktif tersebut apabila diaplikasikan ke tanaman yang terinfeksi OPT,
tidak berpengaruh terhadap fotosintesis pertumbuhan ataupun aspek fisiologis
tanaman lainnya, namun berpengaruh terhadap sistem saraf otot, keseimbangan
hormone, reproduksi, perilaku berupa penarik, anti makan dan sistem pernafasan
OPT.
Keunggulan pestisida nabati antara
lain yaitu :
a. Mengalami
degradasi/penguraian yang cepat oleh sinar matahari
b. Memiliki
efek/pengaruh yang cepat, yaitu menghentikan nafsu makan serangga walapun
jarang menyebabkan kematian.
c. Toksitasnya
umumnya rendah terhadap hewan dan relatif lebih aman pada manusia (lethal
dosage (LD) >50 Oral)
d. Memiliki
spektrum pengendalian yang luas (racun lambung dan syaraf)
e. Bersifat
selektif dapat diandalkan untuk mengatasi OPT yang telah kebal pada pestisida
sintetis
f. Fitotoksitas
rendah, yaitu tidak meracuni dan merusak tanaman
g. Murah
dan mudah dibuat oleh petani.
Kelemahan pengggunaan pestisida
nabati antara lain :
1. Cepat
terurai dan aplikasinya harus lebih sering
2. Cara
racunnya rendah, tidak langsung mematikan serangga atau memiliki efek lambat
3. Kapasitas
produksinya masih rendah dan belum dapat dilakukan dalam jumlah massal (bahan
tanaman untuk pestisida nabati belum banyak dibudidayakan secara khusus)
4. Ketersediaannya
di toko-toko pertanian masih terbatas
5. Kurang
praktis dan tidak tahan disimpan.
Dari pengamatan yang dilakukan, data
menunjukkan adanya perubahan pada ke tiga parameter yang diamati, yaitu warna,
aroma dan endapan. Pestisida nabati non fermentasi adalah jenis pestisida yang
langsung pakai setelah proses pembuatan. Pada pengamatan yang dilakukan hingga
hari ke-3, semua warana pestisida nabati berubah, hal tersebut dikarenakan
terjadi perubahan senyawa kimia pada bahan yang digunakan, karena bahan yang
digunakan tergolong bahan hijauan yang mengalami proses respirasi, maka bahan
tersebut tergolong bahan klimaterik yang apabila disimpan terlalau lama akan
mengalami perubahan senyawa kimia dan bahkan bisa menjadi tempat berkembangnya
bakteri dan jamur akibat pembusukan. Dari perubahan warna tersebut,
mencerminkan kandungan unsur-unsur sekunder misalnya zat toksik pada pestisida
itu sendiri, sehingga berpengaruh pada keefektifan dalam menanggulangi hama.
Sedangkan perubahan aroma dari
menyengat menjadi tidak menyengat, juga dapat menjadi indikator tingkat
toksisitas pestisida tersebut pada hama. Aroma memiliki peranan tertentu dalam
mekanisme pengendalian hama dengan pestisida nabati, misal sebagai penarik
dengan menciptakan aroma seperti serangga betina dll. Selain itu aroma juga
dapat menjadi penolah, misalnya dengan menimbulkan aroma yang tidak disukai oleh
hama tersebut.
Berbeda dengan aroma dan warana,
pada tingkat pengendapan nyaris tidak terjadi perubahan yaitu mengendap. Hal tersebut menunjukkan bahwa
pestisida tersebut memerlukan perluan khusus dalam penyemprotan, misalnya harus
sering-sering diaduk. Pengendapan tersebut dikarenakan perbedaan massa antara
air dengan bahan yang dihaluskan(diblender), sehingga kareana memiliki massa
yang lebih berat maka bahan tersebut mengendap di dasar wadah(jerigen).
BAB 5. KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah
dilaksanakan, dapat diperoleh beberapa kesimpulan, antara lain yatu:
1. Setiap
pestisida nabati yang berasal dari bahan yang berbeda memiliki fungsi yang
berbeda pula misal: penghambat nafsu makan (anti feedan, penolak (repellent),
penarik (atractant), menghambat
perkembangan, menurunkan keperidian, pengaruh langsung sebagai racun ataupun
mencegah peletakkan telur.
2. Pestisida
nabati dikatakan aman bagi lingkungan karena tidak menyebabkan dampak buruk
bagi lingkungan seperti degradasi tanah, pencemaran air, udara dll. Sedangkan
dikatakan aman bagi manusia karena tidak menimbulkan efek racun bagi manusia,
baik akut maupun kronis.
3. Pestisida
nabati merupakan salah satu inovasi pengendalian hama pada tanaman karena
muudah diperoleh, ramah lingkungan dan lebih murah dari pestisida kimia
(pabrikan).
DAFTAR PUSTAKA
Asaad.
Wilis. 2012. Kajian Pestisida Nabati
Yang Efektif Terhadap Hama Penggerek Buah Kakao (Pbk) Pada Tanaman Kakao Di
Sulawesi Selatan. Suara Perlindungan Tanaman 2(2):24-34.
Bukhari. 2010. Efektifitas Ekstra Daun Mimba Terhadap
Pengendalian Hama Plutella Xylostella
L. Pada Tanaman Kedele. Sains Riset 1(1) :11-14.
Roja, Atman.
2009. Pengendalian Hama Dan Penyakit Secara Terpadu (PHT) Pada Padi Sawah. BPTP. Solok.
Setiawati, Dkk.
2008. Tumbuhan Bahan Pestisida Nabati Dan
Cara Pembuatannya Untuk Pengendalian Organisme Pengganggu
Tumbuhan (OPT). Prima Tani
Balitsa. Bandung.
Tohir, Mohamad. 2010. Teknik Ekstraksi Dan Aplikasi
Beberapa Pestisida Nabati
Untuk
Menurunkan Palatabilitas Ulat Grayak (Spodoptera Litura Fabr.) Di
Laboratorium. Teknik Pertanian 15(1):37-40.
No comments:
Post a Comment